Passionate Daddy

Beri jempol 👍 disetiap akhir episode yang kalian baca, sudah sangat cukup membahagiakan buat Author untuk selalu semangat berkarya.

Apartemen Pok Fu Lam.

Tempat yang cukup jauh dari kota, dan mungkin inilah satu-satunya tempat yang tepat untuk Luna saat ini. Dibanding berkeliling tak memiliki arah. Disini cukup strategis tanpa membuang banyak tenaga, hanya duduk dan merenung.

“Kau boleh meminjam tempat ini...” Seru Bryan.

“Apa ini milikmu?.” Luna melihat sekitar ruangan tersebut.

“Tentu saja... Kau pikir aku akan membawamu ketempat yang bukan milikku. Itu tidak mungkin aku lakukan.”

“Selama bersamamu, aku tidak pernah tahu tentangmu, tapi sepertinya kau memilik banyak hal.”

“Ini sama sekali tidak penting bagiku.” Balasnya

“Kenapa?.” Luna terus bertanya.

“Apa kau tidak sadar? Dibanding diriku, kau memiliki segalanya. Ayahmu, dia adalah orang terpandang. Dibanding diriku, mungkin orang sepertimu hanya memandang kami dengan sebelah mata.” Bryan bertingkah seolah merendahkan dirinya. Karena begitulah, ia bukan siapa-siapa di banding Richard Owen, ayah Luna.

“Bahakan aku tidak begitu perduli dengan segala yang dimiliki oleh Daddy ku..” Ungkap Luna. Karena memang benar, ia tidak pernah terlalu membanggakan apapun yang dimiliki Richard.

“Karena kau hanya mencintainya ! Kurasa kita sama saja.” Potong Bryan

“Maksudmu...”

“Kita sama-sama memiliki keluarga. Tapi cerminan sebuah keluarga begitu tidak nampak. Ayah dan ibu, mereka adalah dua orang yang egois. Dan kehidupanmu, kurasa tidak jauh berbeda dariku.” Ini adalah pertama kalinya Bryan menceritakan tentang dirinya pada seseorang, dan itu hanya Luna. Entah kenapa Bryan bisa sangat terbuka dengan wanita yang ada dihadapannya itu.

“Apa kau membenci mereka?.” Tanya Luna.

Bryan tersenyum...

“Benci ? Bahkan aku sering lupa bahwa aku memiliki mereka.”

“Setidaknya kau lebih beruntung Bryan. Aku bahkan tidak pernah tahu siapa orang tua kandungku, dan apa alasan mereka menelantarkan ku. Aku hanya yakin bahwa ayah dan ibuku tidak pernah menginginkanku.”

“Tapi lihatlah. Tuhan itu adil, saat kau merasa tidak memiliki siapapun. Tuhan mengirim Richard padamu.” Terang Bryan.

“Dan sekarang dia menjadi Orang Tuaku.” Luna tertegun.

“Ya tepat sekali.” Ujar Bryan kembali.

“Kau benar aku hanya kurang bersyukur dengan semua ini.” Ucap Luna lesu.

“Sudahlah jangan dipikirkan, bukankah kau ingin menenangkan pikiran. Ayo ikut, kita jalan-jalan dipinggir pantai.” Ajak Bryan.

Mendengar kata pantai Luna sangat bersemangat sekali, ia segera mengikuti langkah Bryan pergi.

Dan benar saja pemandangan disana cukup menyegarkan mata Luna dan Bryan.

Luna berlari di bibir pantai, bermain dengan ombak kecil yang datang membasahi kakinya. Disinilah Luna bisa sejenak melupakan masalahnya, ia tertawa dan tersenyum bahagia.

“Bryan kemari lah. Apa kau hanya ingin menontonku..” Panggil Luna. Melihat Bryan yang begitu terpesona melihatnya.

“Tidak, aku tidak ingin basah.” Tolak Bryan.

Bryur..... Luna memercikan air laut itu pada Bryan dan itu membuatnya basah sekarang.

“Sekarang kau sudah basah...” Tawa Luna.

“Kau.... Akan ku balas kau....” Ancam Bryan, yang segera berlari menghampiri Luna.

“Argh... Bryan... Hentikan...” Luna berlari, menghindari Bryan.

Hahahhaha.

Hanya ada tawa mereka yang memenuhi tempat itu sekarang.

\*

“Apa kau sakit Rich... Kau membuatku malu dihadapan tim-tim ku.” Kesal Maria, yang tanpa seijin Richard langsung masuk keruang kerjanya.

“Apa kau punya sopan santun? Ini ruang kerjaku.” Bentak Richard.

“Kau ini kenapa? .” Maria kembali membentak.

“Kau yang kenapa. Jangan karena aku, kau bisa bersikap seenaknya. Ini tempatku tidak satupun bisa melakukan sesuatu sesukanya disini, termasuk kau.”

Sadar bahwa ia sudah membuat Richard begitu marah, Maria mencoba mengambil hati pria itu kembali.

“Sayang... kau terlalu banyak pikiran...” Maria mendekati Richard dan duduk dipangkuan pria itu.

“Jangan menyentuhku. Perhatikan sikapmu... Keluar sekarang.” Richard mengusir Maria dengan kasar.

“Argh. Ada apa denganmu sekarang. Gara-gara anak itu semua menjadi sangat berantakan.” Entah kenapa Richard merasa sangat terganggu karena sikap Luna, yang mungkin akan membencinya.

Dan Maria, ia merasa bahwa wanita itu adalah batu sandungan besar untuknya dan putrinya. Dan entah mengapa yang Richard inginkan saat ini hanya Luna, dan Luna saja.