NovelToon NovelToon
KIN, DENDAM HARUS TERBALASKAN

KIN, DENDAM HARUS TERBALASKAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Fantasi / Misteri / Horror Thriller-Horror / Hantu
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Tsaniova

Melati dan Kemuning tak pernah melakukan kesalahan, tapi kenapa mereka yang harus menanggung karma perbuatan dari orang tuanya?

Sampai kapan dan bagaimana cara mereka lepas dari kutukan yang pernah Kin ucapkan?


Assalamualaikum, cerita ini murni karangan author, nama, tempat dan kejadian semua hanya kebetulan semata. Selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsaniova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cinta Yang Baru Kini Hadir

Di jam pelajaran, Melati terlihat tidak fokus, pak guru pun memanggilnya untuk maju ke depan, mengisi soal matematika yang ada di papan di tulis. Namun, bukannya jawaban yang dia tulis melainkan nama Seno.

Semua murid menertawakannya dan Melati hanya tersenyum tipis, ada sebagian dari mereka yang meledek.

"Cie, Melati dan Seno!"

Lalu, Melati menoleh untuk menatap Seno yang duduk di bangku pojok kanan paling belakang.

Tatapan itu membuat Seno sempat bergetar, bukan bergetar karena cinta, tapi ada sesuatu yang menyiratkan dari sorot mata Melati.

Sepulang sekolah, Seno yang berjalan di belakang itu terus memperhatikan Melati. "Gila, aku kira dia bakalan down, nggak bakalan berani natap aku, tapi ternyata dia cukup berani, apa dia ketagihan sama aku? Atau ada sesuatu yang lain?" tanyanya dalam hati.

Seno yang mulai penasaran pun ingin mengetahui lebih jauh.

Sementara itu, Melati berjalan dengan kaki pincangnya baru saja melewati Arini dan Ratih. Gadis itu naik ke angkutan umum yang berjejer rapih di depan gerbang, dia naik ke kendaraan yang berbeda dengan teman-temannya, dia menyadari sikap mereka yang sudah berubah.

"Aku nggak pernah minta pertemanan ini, mereka yang sok datang bagai pahlawan, mereka harus tau kalau aku nggak perlu dikasihani!" kata Melati, dia mencoba acuh tak acuh walau dalam hatinya sakit.

Bagaimana tidak sakit, tiba-tiba dijauhi seperti ini tanpa penjelasan.

Melati yang tak terbiasa naik angkutan umum itu menunggu lama, dia pun memprotes sopir. "Kang, kenapa nggak jalan?"

"Masa saya cuma bawa kamu doang, tunggu yang lain, barang kali ada yang mau naik lagi!" jawabnya dengan sesekali melirik ke spion, menatap Melati.

Sementara itu, para murid yang lain enggan naik satu angkot dengan Melati. Terlihat ada satu pelajar yang sudah melongokkan kepalanya ke angkot, begitu melihat Melati duduk di ujung sana, dia pun kembali turun, sepertinya takut ketularan sial, atau takut dijadikan tumbal pesugihan keluarga Melati?

Padahal, itu semua hanya gosip yang tak pernah terbukti kenyataannya.

Menyadari tidak ada yang mau dekat dengannya, Melati pun turun dari angkot, dia berjalan kaki untuk jarak yang lumayan jauh.

"Nggak papa, pulang pergi kita jalan kaki!" kata Melati dan saat di tengah perjalanan, gadis pincang itu tak sengaja mengijin ekor kucing liar yang sedang menikmati makan siangnya di tepi jalan.

Seketika kucing itu berteriak, loncat dan langsung menerkam Melati. "Aaaaaaaaaa!" teriak Melati dengan tangan yang berusaha menyingkirkan kucing ngamuk itu dari tubuhnya.

Namun, kucing itu tak berhenti, dia mencakar lengan Melati membuat gadis itu jatuh terjengkang, tongkatnya pun sampai terlepas karena Melati masih berusaha menyingkirkan kucing itu.

Dia menangis, takut, sakit dan juga terkejut, tapi tiada satupun dari mereka yang melihat kejadian ini mau menolongnya. Melati hanya menjadi bahan tontonan.

Lalu, ada seorang pemuda yang baru saja turun dari sepedanya, dia mengambil tongkat Melati untuk mengusir kucing yang masih terlihat marah. "Hussssss!"

"Raaarrrrrrr!" kucing itu melompat ganas ke arah pemuda itu, cakarnya nyaris mencakar wajah. Dengan cepat, dia mengayunkan tongkat Melati, menghantam tubuh hewan itu hingga terpental. Si kucing mendesis marah, tapi akhirnya lari menghilang dari pandangan semua orang.

Pemuda itu menghela napas, lalu segera menghampiri Melati yang tergeletak di tanah. “Kamu nggak apa-apa?” tanyanya sambil membantunya berdiri.

Melati masih gemetar, tapi mengangguk pelan, matanya sesekali melirik ke arah tempat kucing itu menghilang.

"Kenalkan, aku Arman, anak Kyai Sholeh," ucap pemuda itu dan Melati mengangguk pelan.

"Terima kasih, Arman," balas Melati sambil mengambil tongkatnya dari tangan pemuda tersebut, lalu berjalan pergi. Sesekali ia menoleh, dan melihat Arman tersenyum ke arahnya membuat hatinya berdebar malu.

Sementara itu, Arman masih heran melihat warga sekitar yang hanya diam menonton. Ia pun melanjutkan perjalanan dengan sepedanya. Saat melewati Melati, Arman tak lupa mengingatkannya untuk berhati-hati di jalan.

"Dia berbeda, tatapan matanya juga teduh. Sepertinya dia anak baik-baik," gumam Melati dalam hati.

Sementara itu, di belakang, Seno memperhatikan dari kejauhan. Entah kenapa, ada rasa cemburu yang merayap di hatinya saat melihat pria lain bersikap begitu baik pada Melati.

“Tetap aku pemenangnya. Kan aku yang sudah merawanin Melati. Buktinya dia nggak marah, mungkin dia juga suka. Berarti kemarin dia nangis itu cuma pura-pura jual mahal,” batin Seno, bibirnya terangkat sinis.

Singkat cerita, Melati dan Kemuning sudah duduk di kursi ruang tengah. Si Mbok tengah membersihkan luka di kaki Melati dengan hati-hati.

“Maafin si Mbok. Non, Mbok nggak melindungi Non dengan baik,” ucapnya, suaranya berat menahan sesak. Hatinya remuk saat Melati menceritakan bahwa dirinya hanya menjadi tontonan di jalan.

Si Mbok tak sanggup membayangkan betapa hancurnya hati Melati saat itu.

“Melati nggak papa, Mbok. Nggak usah nangis,” kata Melati pelan. Si Mbok hanya mengangguk, menyeka sudut matanya.

Sementara itu, luka di kaki Kemuning tak kunjung sembuh. Kini, dari kulit yang robek itu tercium bau anyir bercampur busuk, meski obat dan perban selalu rutin diganti. Daging di sekitar lukanya mulai menghitam, seperti dilahap sesuatu yang tak kasatmata.

“Kita bawa Muning ke dokter aja, Mbok. Melati khawatir,” ucap Melati sambil menatap cemas kaki adiknya.

“Iya, tadi Muning malah diledekin sama teman-teman, katanya bau,” sahut Kemuning lirih, menunduk, menyembunyikan rasa malunya.

Si mbok memesan becak, lalu memangku Kemuning yang duduk di pangkuannya. Di sepanjang perjalanan, Melati menatap khawatir pada adiknya, lalu bertanya,

"Mbok, urusan sopir yang kabur itu sudah diurus?"

Si mbok menarik nafas panjang sebelum menjawab.

"Mbok sudah ke kantor polisi. Mereka minta mbok kasih keterangan, buat laporan juga. Tapi, mereka bilang, kalau mau urusannya cepat, harus ada uang. Sementara keuangan kita lagi tipis, mbok rasa harus bicarakan dulu sama Non Melati."

Melati menghela nafas dalam. "Apa ini termasuk salah satu dari kutukan itu? Hidupku dan Muning benar-benar nggak akan pernah bahagia?" batin Melati.

Becak berhenti di depan klinik. Si mbok membantu Kemuning masuk, sementara Melati mengikuti. Saat perban dibuka, bau busuk langsung menyengat. Kulit di sekitar luka menghitam, dagingnya seperti membusuk.

"Kenapa bisa makin parah begini?" gumam perawat.

Melati menatap adiknya, sedikit mengangguk, mencoba menguatkan sang adik.

Tak ada yang aneh di mata medis, luka itu hanya dibersihkan lalu dibalut dengan perban baru dan diberi obat.

Setelah mengambil obat, mereka pun pulang. Dalam perjalanan, Melati melihat Seno bermain bola bersama teman-temannya.

Saat bola menggelinding ke tepi jalan, Seno mengambilnya. Matanya tanpa sengaja bertemu pandang dengan Melati. Ada rasa bersalah yang menyeruak di hatinya saat melihat Melati bersama Kemuning.

Dia ingin menghampiri dan meminta maaf, tapi suara teman-temannya memanggilnya untuk kembali ke lapangan membuat langkahnya terhenti.

Sekali lagi, Seno menoleh dan saat itu Melati masih menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Sesampainya di rumah, Melati langsung meminta buku keuangan. Angka-angka di dalamnya membuat dadanya mengeras, pendapatan merosot jauh.

"Kenapa, Mbok? Apa yang salah?" tanyanya sambil menutup buku itu cepat.

"Penggilingan sepi, Non. Orang-orang lebih pilih jual padi ke tempat lain," jawab si mbok, suaranya berat.

Melati menatap kosong ke meja. "Kalau begini terus, kita bisa bangkrut, Mbok."

Diam.

Keduanya terdiam, tapi isi kepala mereka berisik seperti angin ribut.

Tak lama, pintu diketuk. Si Mbok membukanya, menampakkan Parmin dan Imam pekerja penggilingan.

"Kami mau mengundurkan diri, Mbok. Sekalian minta gaji yang belum dibayar," kata Parmin.

"Tunggu dulu. Uangnya belum cukup. Bagaimana kalau kalian bantu jual berasnya dulu, buat nutup gaji?"

Parmin menghela napas. "Nggak laku, Mbok. Orang-orang bilang keluarga ini penganut pesugihan. Takut jadi tumbal kalau beli beras di sini."

Dari dalam, Melati keluar. Sorot matanya tajam. "Kata siapa pesugihan?"

Bersambung dulu, kelanjutannya ada di bab selanjutnya. Yuk, yang udah baca jangan lupa dikomen, ya. Biar ramai lapaknya, okey. Terima kasih 😇

1
Rhina sri
kasian melati yg jadi karma dari bapaknya
Rhina sri
apa yg dilu drajat lakukan sm kinan kena sm melati🥺
Queen Alma: 🤧🤧🤧🤧🤧🤧
total 1 replies
Rhina sri
kesalahan drajat di masa lalu membuat anak anaknya gk tenang di hantui dgn dendam
Queen Alma: Semoga ada cara buat Melati sama Kemuning lepas dari kutukan Kin
total 1 replies
Rhina sri
walau si drajat udah meninggal kinan masih bls dendam tuk meneror anaknya
Queen Alma: Sakit hatinya masih belum reda ka 🥺🥺
total 1 replies
Rhina sri
makin seru ceritanya aku suka
Queen Alma: Terimakasih 😍🥰🥰
total 1 replies
Rhina sri
kin harus balas dendam lagi gk seru dong kalo harus di musnahkan sm dukun😂
Queen Alma: kutukan itu bakal tetep ada walau Kin udah nggak ada, udh jadi karma turun temurun 😩🥺
total 1 replies
Rhina sri
makin seru ceritanya.. buka ajah kalung jimatnya biar kin yg ngejar ngejar si drajat
Rhina sri
astagfiruloh tega banget semua org.. udah saatnya kinan balas dendam
Rhina sri
kasian kinan hamil dari laki laki bejat😭
Queen Alma: 🥺🥺🥺🥺🥺
sedih bgt yaaa
total 1 replies
ㅤㅤ
kasihan karsih, tega baget si drajat..
Queen Alma: bukan manusia emang si Drajat 😌
total 1 replies
ㅤㅤ
kin blum musnah kan, biar bsa balas dendam lgi.. 🤭
Queen Alma: heheee belum ko,
total 1 replies
ㅤㅤ
tadi prasaan hamil muda kok udh mau lahiran thor..
Queen Alma: kayanya dipersingkat deh 🤭✌
total 1 replies
ㅤㅤ
tega banget orang² kampung, kasihan Kin dan emak.ny.. 😢
Queen Alma: 🤧🤧🤧🤧🤧🤧
total 1 replies
ㅤㅤ
jahat banget si Drajat, mana memanfaatkan anak kecil lagi..😒
Queen Alma: jelmaan dia mah bukan manusia 😌😌
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!