Diva seorang siswa yang dikenal Bodoh sehingga sering tidak naik kelas. Dia terpaksa harus pindah sekolah agar bisa naik kelas. Berharap menjadi lebih baik di sekolah yang baru, Diva justru malah berubah menjadi seorang siswa yang tomboi dan garang.
Bersama dua orang berandals di sekolahnya Diva berhasil merubah hidupnya menjadi lebih menyenangkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DIVA Thirty two
Gandhi segera menjenguk Ricky setelah pemuda itu menghubunginya.
Setibanya di ana Ricky langsung menceritakan semua tentang yang dialami Diva dan teman-temannya.
"Tolong selamatkan Diva, Om. Aku yakin hanya Om yang bisa menyelamatkannya," ujar Ricky
Gandhi tampak terdiam, lelaki itu mungkin tidak akan mendapatkan persetujuan dari Herly saat hendak membebaskan Diva.
Apalagi jika Bosnya tahu jika Diva adalah putri Rachel gadis yang seharusnya ia bunuh.
"Aku tidak bisa menjanjikan apapun kali ini. Masalahnya begitu rumit hingga susah di jelaskan. Tapi aku akan mencoba mencarikan seorang pengacara untuk mereka, semoga saja ia bisa mengeluarkan mereka," ucap Gandi
"Terserah Om saja, yang penting mereka segera dibebaskan," tukas Ricky
Setelah menjenguk Ricky, Gandhi kemudian menjenguk Diva juga.
Seperti ucapan Ricky memang ada yg ganjil dari penangkapan Diva, meskipun ia sudah tahu tapi Gandhi terlihat tenang seolah tak mengetahui apapun.
Ia bahkan harus menunggu cukup lama dengan birokrasi yang berbelit-belit.
"Apa hubungan anda dengan tersangka?" tanya seorang polisi dengan ketus
"Dia putriku," jawab Gandhi dengan dingin
Seketika polisi itu tertawa mendengar jawaban Gandhi.
"Aku tidak menyangka kasih sayang seorang ayah begitu besar kepada putrinya sampai ia rela bangkit dari kubur untuk menyelamatkan putrinya," ejek sang sipir sambil terkekeh
Tenyata tidak mudah untuk bisa menemui Diva. Ia dan kedua temannya seperti seorang napi kelas 1 yang tak bisa di kunjungi oleh orang lain selain keluarganya sendiri. Itupun dengan waktu terbatas dan dengan pengawalan yang ketak dari pihak kepolisian.
Karena kesal dengan perlakuan para polisi yang memandangnya sebelah mata bahkan tak mempercayainya jika ia adalah ayah Diva, maka Gandi langsung membuka kartu As miliknya yang selama ini ia sembunyikan.
Lelaki itu tanpa ragu langsung membuka jasnya kemudian menyingsingkan lengan kemejanya untuk memperlihatkan sebuah tato singa kepada sang polisi.
Lelaki itu seketika menelan ludahnya saat melihat tato itu. Ia buru-buru beranjak dari duduknya dN mengantar Gandhi menemui Diva.
"Cepat bawa napi 212 ke ruang kunjungan !" ucap polisi itu menghubungi seorang sipir
Ia kemudian membukakan ruang kunjungan dan mempersilakan Gandhi masuk.
"Silakan duduk, dan mohon tunggu sebentar, karena bawahan saya sedang membawa putri anda kemari," ujar sang polisi
Tak lupa ia menyuruh bawahan lainnya untuk menyiapkan minuman dan camilan untuk Gandhi
"Silakan dinikmati Tuan, maaf saya tinggal sebentar," lelaki itu segera pergi meninggalkan Gandhi
"Huft, aku tak menyangka kalau bocah itu putri seorang gengster. Pantas saja ia berani memukuli putra komandan ternyata dia memiliki backingan yang kuat. Kalau sudah begini lalu siapa yang akan menang?" ujar pria itu menoleh kearah Gandhi yang tetap cool sambil memainkan ponselnya
"Bagaimana bisa ia begitu berkharisma padahal hanya duduk saja," ucap pria itu kembali melangkahkan kakinya.
Ia seketika berhenti saat melihat petugas sipir membawa Diva menuju ruang kunjungan.
"Stop!" seru pria itu menatap lekat kearah Diva.
Lelaki itu tampak memperhatikan Diva dari ujung rambut sampai ujung kaki dan menyamakannya dengan Gandhi.
"Jika dia benar anaknya kenapa tidak mirip sedikitpun. Apa jangan-jangan dia berbohong?" gumam polisi itu
"Kenapa anda terus berputar-putar seperti itu, lama-lama aku bisa pingsan karena pusing melihat anda!" celetuk Diva
Lelaki itu langsung menoyor kepala Diva, "Ck, Dasar berandal kecil, kenapa kau selalu saja membuatku kesal!" gerutu pria itu
Saat ia berusaha melakukan hal serupa, Gandhi segera menahan lengan pria itu.
"Jangan berani menyentuhnya di depan ku jika kau tidak ingin mati!" ancam Gandhi
hara kemana ya 🤔🤔🤔