NovelToon NovelToon
CINTA ANTARA DUA AGAMA

CINTA ANTARA DUA AGAMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta
Popularitas:420
Nilai: 5
Nama Author: MUTMAINNAH Innah

Kamu anak tuhan dan aku hamba Allah. Bagaimana mungkin aku menjadi makmum dari seseorang yang tidak sujud pada tuhanku? Tetapi, jika memang kita tidak berjodoh, kenapa dengan rasa ini...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MUTMAINNAH Innah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode 22

Suara azan subuh memisahkanku dari alam mimpi. Di sana, baru saja aku menemuinya. Dia tidak terlihat sedih, tapi juga tidak bahagia. Aku melihatnya di sebuah danau sedang memainkan ponselnya. Lalu melemparkan batu ke danau itu sambil menikmati gelombang air.

Aku lalu memanggilnya dari belakang.

Kuletakkan tanganku di bahunya, sepertinya kami sudah menikah dan punya anak. Karena beberapa detik setelah itu berlari seorang anak perempuan yang memanggilku umi.

Satu bulir bening menetes di pipi ketika mengingat momen itu lagi. Terbayang-bayang wajah datar Jasson ketika melihatku. 'Ya Allah, jaga lah dia. Orang yang sebentar lagi akan bersujud padaMu.'

Aku lalu bersiap untuk sholat subuh.

"Kunci kamar Nayla mana, Bi?" terdengar suara umi di luar sana.

"Untuk apa, Bu? Biarkan dia di sana dulu. Itu hukuman untuknya," jawab abi.

Aku kini nggak bisa berbuat apa-apa. Bertahun-tahun aku hidup seperti di penjara.Tetapi, kali ini benar-benar seperti di penjara.

Usai salat subuh, umi mengantarkan sarapan untukku. Bahkan, makan pun aku harus di kamar ini. Mungkin abi masih jijik padaku karna ketahuan berduaan kemaren.

Aku terima tadirku, jika selanjutnya abi nggak akan pernah percaya padaku lagi.

Setelah salat dan sarapan, aku olah raga juga di kamar. Lalu mandi, bahkan untuk menghirup udara segar yang biasanya masuk dari jendela pun sudah nggak bisa.

Untuk mengatasi bosan, lebih-lebih jaringan internet masih mati. Aku lalu menulis novel selanjutnya. Dengan judul "Cinta di Antara Tasbih dan Salib." Jika memang tidak pernah lagi takdir mempertemukanku dengannya. Semoga buku ini sampai padanya suatu saat nanti.

Jemariku yang lincah mulai menuangkan perasaanku melalui kata demi kata. Wajahnya terbayang dalam setiap paragraf yang kuketik. Kadang, bermain juga adegan yang sedang kuceritakan itu di langit-langit kamar.

Buku ini kutulis untuk kenang-kenangan baginya yang kini entah di mana.

***

Seminggu di kurung di kamar. Hari ini aku sudah diperbolehkan keluar. Pintu kamarku kini tak lagi terkunci.

"Ingat! Kamu hanya boleh keluar kamar, bukan keluar rumah," ucap abi ketika kakiku melangkah keluar dari tempat yang sudah mengurungku selama seminggu ini.

"Iya, Bi," sahutku tertunduk. Aku masih belum berani menatap wajah abi yang belakangan ini terlihat garang.

Aku benar-benar menikmati kebebasan ini meski pun baru ke luar kamar. Kulihat umi sedang duduk menikmati teh di depan TV. Sementara abi langsung berangkat ke percetakan. Tempat usaha yang dibangun abi sejak lama.

umi. "Mi," panggilku dan duduk di samping

Umi lalu mengecilkan suara TV.

"Maafkan umi ya, Nak." Tangannya lalu membelai rambutku. "Nayla yang minta maaf, Mi. Nayla salah, Nayla memang egois. Entah kenapa, Nay benar-benar yakin Jasson itu jodoh Nayla. Makanya malam itu Nay nekat pergi sebentar untuk menemuinya. Karna Nay nggak mau dia membatalkan niatnya untuk masuk Islam." Baru ini aku berkesempatan menceritakan semuanya ke umi setelah beberapa hari belakangan ini aku sibuk sendiri menata hati.

"Umi mengerti, umi juga minta maaf nggak bisa membela kamu. Umi pun sebenarnya nggak masalah jika Jasson mualaf dan menikah denganmu. Tapi abi orangnya keras, Nak. Selama ini umi nggak pernah bilang sama kamu. Tapi sekarang kamu tahu sendiri 'kan bagaimana abi?" lirih umi.

Hebat sekali umi, puluhan tahun menikah dengan Abi, umi bisa menyembunyikan semuanya dariku. Kupikir abi sangat lembut seperti yang selama ini kulihat. Tetapi ternyata tidak. Sekali abi tidak setuju dengan sesuatu, mungkin selamanya abi nggak akan pernah setuju.

Aku lalu memeluk umi kuat-kuat. Merasa nyaman karna ternyata umi mendukungku dengan Jasson. Hanya saja umi nggak sanggup untuk meluluhkan hati Abi.

"Nay bahkan nggak tahu Jasson sekarang di mana, Mi. Jaringan dimatikan abi sejak Nay dikurung. Nay benar-benar nggak ada komunikasi appaun lagi dengannya." Aku mencurahkan kegalauanku pada umi.

"Sabar ya, Nak. Kalau memang kalian berjodoh pasti akan ada jalan. Namun jika tidak, maka inilah yang terbaik." Pikiran umi sama persis denganku.

Aku pun masih dalam tahap mencoba melupakannya. Ini bukan kali pertama aku melakukan ini. Beberapa hari setelah pertemuan pertamaku dengannya aku sudah mencoba. Aku sudah belajar melupakannya tetapi hatiku kuat untuk terus bersamanya.

Kali ini, akan kucoba lagi dengan usaha yang lebih besar. Aku nggak ingin terus-terusan dingin seperti ini dengan Abi. Aku ingin suasananya hangat seperti dulu. Itu juga harapan Jasson yang diungkapkannya di malam itu.

"Iya, Mi. Nay akan mencoba belajar menerima ini semua. Walaupun harapan Nay dengannya begitu besar." Aku tersenyum

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!