Ketika membuka mata, Dani menemukan dirinya berada di sebuah kamar. Ia tak mengingat apapun tentang dirinya. Di sana dia bertemu dengan pria yang mengaku sebagai bosnya. Pria itu mengatakan kalau Dani merupakan personal trainer di gymnya yang diketahui juga melakukan pekerjaan p|us-p|us.
Namun semua itu tak berlangsung lama, karena ingatan Dani perlahan pulih setelah bertemu wanita yang mengetahui masa lalunya. Saat itulah Dani menggunakan keahlian hipnotisnya dan mengambil alih bisnis gym. Siapa yang menduga? Bisnis itu menjadi sukses besar saat dikelola oleh Dani.
"Layanan trainer-trainer di gym 24 luar biasa. Pokoknya bikin lemas dan banjir lendir. Eh, maksudnya lendir keringat. Hehe..." ucap salah satu tante langganan gym 24.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16 - Memulai Rencana
Malam itu Dani kembali ke kamarnya yang sempit. Pikirannya penuh dengan potongan-potongan ingatan yang baru saja kembali. Tentang penculikan, tentang Laluna, dan tentang Wandi—pria yang kini menjadi bosnya, yang ternyata jauh lebih berbahaya daripada yang pernah ia bayangkan.
Dani duduk di tepi ranjang, menatap kosong ke dinding. Napasnya berat. “Semua ini… tidak bisa dibiarkan,” gumamnya.
Besoknya, Dani datang lebih awal ke gym. Suasana pagi masih sepi, hanya ada beberapa trainer yang sedang membereskan alat. Ia memperhatikan wajah mereka—mata kosong, senyum kaku—persis seperti dirinya beberapa bulan lalu ketika masih berada di bawah pengaruh obat Wandi.
Salah satu di antara mereka, seorang pria berotot bernama Rian, melirik ke arah Dani. Ada sesuatu di sorot matanya yang berbeda, tidak sepenuhnya kosong. Dani mendekat.
“Rian,” bisik Dani pelan. “Kau ingat segala hal tentangmu sebelum datang ke sini.?”
Rian menatapnya lama, lalu mengangguk sedikit. “Tidak sepenuhnya.”
Mereka duduk di ruang penyimpanan peralatan, pura-pura memeriksa barang, padahal sedang berbicara lirih. Rian mengaku kadang mengalami kilasan ingatan saat tidur— tentang kehidupannya sebelum bekerja di sini.
“Wandi menggunakan obat itu pada kita semua,” kata Dani. “Dia menghapus masa lalu kita supaya kita hanya bergantung padanya. Tapi aku sudah ingat, dan aku punya rencana untuk menjatuhkannya.”
Rian menatap curiga. “Kau yakin? Dia punya banyak anak buah. Dan kalau ketahuan, kita tamat.”
“Justru karena itu kita harus melawan dari dalam,” jawab Dani mantap.
Dalam dua hari berikutnya, Dani mulai mendekati beberapa trainer lain. Ada Bayu, yang selalu terlihat melamun saat latihan klien; Andra, yang suka mencatat sesuatu diam-diam; dan dua trainer wanita, Sinta dan Vira, yang keduanya sering mengeluh tentang perlakuan Wandi. Serta tentu saja Thalia dan tiga orang lainnya.
Mereka semua dikumpulkan oleh Dani secara bergantian, selalu di tempat aman seperti gudang atau ruang ganti yang jarang dipakai.
“Wandi bukan hanya memanfaatkan kita untuk melatih klien,” bisik Dani dalam salah satu pertemuan. “Dia juga menjual jasa plus-plus ini dengan memaksa kita, lalu memastikan kita lupa dengan kehidupan asli kita."
Sinta memegang kepalanya, matanya melebar. “Itu menjelaskan kenapa aku sering pusing.”
Vira menggigit bibirnya, marah. “Kalau begitu kita harus buktikan ini. Harus ada bukti yang bisa bikin dia jatuh.”
Dani mengangguk. “Rencana kita ada tiga tahap. Pertama, hentikan pengaruh obat pada kita. Aku masih ingat teknik hipnotis yang dulu kupelajari, bisa kupakai untuk membantu memulihkan ingatan kalian secara bertahap. Kedua, kumpulkan bukti—rekam transaksi, catat jadwal, simpan data klien yang dia pakai untuk bisnis ilegal. Ketiga, kita musnahkan semuanya dengan hati-hati."
“Kenapa tidak lapor polisi?” tanya Rian ragu.
“Tidak! Wandi punya koneksi dengan polisi," sahut Dani.
Mereka semua saling bertukar pandang. Ketegangan memenuhi ruangan, tapi juga ada percikan semangat baru—api perlawanan yang selama ini padam.
Dani memulai langkah pertama malam itu. Di kamarnya, ia memanggil Rian dan Bayu. Dengan cahaya redup dan suara pelan, ia mengarahkan mereka untuk fokus pada suara dan tatapannya. Teknik hipnotis yang lama ia tinggalkan ternyata masih mengalir alami.
“Kalian akan mulai mengingat… sedikit demi sedikit… tidak semuanya sekaligus, supaya tidak membuat kalian panik,” bisiknya.
Ketika sesi selesai, Rian tampak tertegun. “Aku… ingat wajah seorang perempuan. Dia ibuku.” Air matanya menetes.
“Itu awalnya,” kata Dani. “Kita akan kembalikan semuanya.”
Hari-hari berikutnya, Dani semakin hati-hati. Ia tetap menjalani pekerjaannya sebagai trainer, bahkan menerima klien baru yang diarahkan oleh Wandi. Namun di balik senyum profesionalnya, ia mengamati, mencatat, dan merekam.
Ketegangan memuncak ketika suatu malam, Wandi mengumpulkan semua trainer. “Mulai minggu depan, kita dapat klien VIP baru. Mereka bayar besar, jadi pastikan semua bekerja maksimal. Tidak ada yang boleh menolak.”
Dani menatap teman-temannya. Mereka saling bertukar pandang penuh arti. Semua tahu, ini berarti tekanan lebih besar dan risiko lebih tinggi.
Namun di dalam hati Dani, ia justru merasa inilah kesempatan emas.
Jika mereka bisa mengungkap operasi ini saat Wandi sibuk mengurus klien VIP, mungkin mereka bisa menjatuhkannya sekaligus.
Ia mengepalkan tangan di bawah meja. “Wandi, waktumu sudah hampir habis,” gumamnya pelan.
walaupun dia anak dari musuh besarnya tapi Laluna sudah punya anak dari Dani.
semoga nanti bisa bersatu dengan Dani .
bahagia bersama anak mereka
jangan-jangan nanti Lexy juga hamil...