Notes : Bukan untuk bocil.
"Panggil aku Daddy, Gadis Manis."
Abercio Sanchez. Andai Lucy tak menikah kontrak dengan pria itu, mungkin ... putrinya Ciara tak akan terjebak dalam kegilaan Abercio yang berstatus ayah sambung dari anak tersebut.
Ciara A. Garnacho. Seorang gadis polos yang kekurangan kasih sayang dari sosok ayah kandungnya. Kelemahan tersebut malah dimanfaatkan oleh Abercio yang menjadi ayah sambung dari gadis tersebut.
Hal apakah yang Abercio lakukan sehingga Ciara menuruti semua kegilaan Abercio saat menjadi ayah sambungnya?
Yuk, subscribe novel ini dan baca kelanjutan kisah Abercio dan Ciara!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sheninna Shen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tanpa Good Night Kiss Darimu
...“Good night, Sweetheart. Daddy sayang Ciara. Daddy sedih malam ini nggak ada ‘Good Night Kiss’ dari kamu, Sayang.” – Abercio Sanchez...
“Anak siapa?! Aku 'kan selalu pakai pengaman saat kita bercinta!”
Abercio terlihat begitu marah pada Megan. Selama ini, dengan siapapun ia bercinta, ia selalu memakai pengaman. Bahkan ia tak pernah berfikiran untuk mengeluarkan laharnya di dalam liang wanita manapun meskipun memakai pengaman.
Abercio mendorong tubuh Megan dengan kasar. Di saat yang sama Ciara berlari ke kamarnya. Rasa laparnya seketika hilang.
Blam!
Ciara menghempaskan pintu kamarnya dengan penuh amarah. Gadis itu mengunci pintu dan langsung membanting tubuhnya ke atas ranjang. Ia membenamkan wajahnya ke bantal dan lagi-lagi ia menangis terisak-isak. Rasanya sakit. Sangat sakit saat mengetahui Megan hamil.
“Hiks… hiks… Daddy Cio bajingan!” umpat Ciara kesal. “Kenapa cinta pertamaku malah tertuju pada pria bajingan seperti itu?! Hiks… hikss….”
Di luar ruangan, di depan kamar Abercio, Megan tertunduk ketakutan dengan mata yang berkaca-kaca. Ia tak berani mengangkat kepalanya untuk menatap Abercio. Karena ia tahu, jika Abercio sudah marah, perempuan ataupun laki-laki itu sama di matanya.
“Megan! Itu bukan anak aku ‘kan?!” Abercio memegang kedua bahu Megan dengan sangat kuat dan mata yang melotot.
“B-bukan, Pak. I-itu … s-saya nggak tau anak siapa,” tutur Megan terbata-bata. Ia merasa bahunya sangat sakit saat dicengkeram dengan sangat kuat oleh tangan besar Abercio.
“Jadi kenapa tadi kamu memelukku sambil mengatakan kamu hamil?! Hah?!” tanya Abercio dengan suara yang mengerikan.
“S-saya … mau minta tolong bayarin biaya untuk saya a-aborsi, Pak,” tutur Megan takut.
“Ck!” Abercio berdecak sebal sambil melepaskan kedua tangannya dari bahu wanita itu dengan sangat kasar.
Tubuh Megan sampai terdorong dengan kuat karena tindakan kasar Abercio.
“Aku akan mentransfer uangnya ke rekeningmu. Jangan pernah memelukku atau bermesra-mesraan denganku lagi di depan Ciara!” bentak Abercio sambil berlalu pergi meninggalkan Megan. “Turunlah selagi aku menyuruh dengan baik-baik.”
Megan langsung berlari menuruni tangga sesuai yang diperintahkan oleh Abercio. Sedangkan Abercio, pria itu berdiri di depan pintu kamar Ciara. Ia menyeka kasar wajahnya dan mendengus dengan sebal.
“Haaa… masalah siang tadi belum teratasi, malah bertambah lagi masalah yang lainnya,” sesal Abercio sambil menghela nafasnya.
Tok! Tok! Tok!
“Ciara …” Abercio mengetuk pintu kamar Ciara sambil memanggil gadis itu dengan lembut. “Dengerin penjelasanku dulu, ya?”
Ciara tak menyahut ucapan Abercio. Abercio kembali mengetuk pintu itu dan berusaha membujuk Ciara yang pastinya saat itu sedang marah dan lapar.
“Ciara … kamu belum makan, Sayang. Nanti kamu sakit. Ayo, kita makan dulu,” bujuk Abercio. “Kalau kamu nggak buka pintunya, aku akan membukanya sendiri.”
Di saat yang sama, Ciara berjalan mendekat ke arah pintu kamar tanpa membuka pintu tersebut. “Ciara lagi pengen sendiri.”
“Tapi kamu harus makan dulu, Sayang,” ucap Abercio dari luar.
“Ciara nggak laper.” Ketus Ciara dengan suara yang serak dan parau.
Mendengar suara Ciara yang begitu lemah, serak dan parau itu membuat Abercio semakin bersalah dan frustasi. Apa yang harus ia lakukan agar gadis itu mau membuka pintu dan makan? Urusan dia mau mendengarkan atau tidak penjelasan darinya, biarlah nanti saja atau mungkin besok masih bisa dibicarakan.
“Ciara mau makan apa? Biar Megan yang—”
“Megan lagi! Megan lagi! Lagi-lagi Megan! Daddy aja yang makan masakan Megan! Ciara nggak mau!” potong Ciara. “Memangnya Megan doang yang bisa masak?! Ciara juga bisa!”
Emosi Ciara kembali tersulut saat Abercio menyebut nama wanita yang ia benci itu lagi. Kenapa harus Megan sih?! Memangnya hanya Megan yang bisa masak? Memangnya dia tak bisa masak sama sekali? Kalau sekedar untuk makan sehari-hari, dia bisa masak sendiri.
“Ki-kita makan di luar, hmm? Kamu mau makan apa? Kita cari—”
“Nggak mau! Ciara ngantuk! Kalau Daddy masuk ke kamar Ciara sekarang, besok Ciara bakalan kabur dari rumah!” potong Ciara penuh amarah.
Abercio tak dapat berkata apa-apa lagi. Ia hanya dapat menghela nafas dan pasrah.
“Ya udah. Kalau laper, nggak apa-apa bangunin aku. Kita cari makan ke luar. Ya? Jam berapa pun itu. Aku akan menemanimu,” ucap Abercio lembut.
“Good night, Sweetheart. Daddy sayang Ciara. Daddy sedih malam ini nggak ada ‘Good Night Kiss’ dari kamu, Sayang,” lirih Abercio.
Abercio melangkahkan kakinya dengan berat dan malas menuju ke kamarnya. Kemudian ia masuk ke kamar dan membiarkan pintu kamarnya terbuka. Ia berbaring di atas ranjang sambil memejamkan mata dan meletakkan lengannya ke atas dahi.
“Good night, Sweetheart.” Gumam Abercio pelan sembari membayangkan wajah Ciara yang sedang tersenyum ke arahnya.
...❣️❣️❣️...
...BERSAMBUNG…...
dia cinta pertama kamu bert bahkan demi dia kamu merelakan nyawamu juga untuk cinta perma kamu.aku bahkan yang baca sampai air mataku jatuh tampa sadar.