Pernikahan Aulia di uji melalui suami dan keluarganya. Hidup bahagia yang dia bayangkan kini sirna sejak hadirnya orang ketiga. Bahkan anak kandungnya sendiri pun tak pernah mendapat perhatian dan kasih sayang dari ayahnya. Perhatiannya hanya di tu jukan pada ponakan satu-satunya. Tanpa keluarga sang suami tau jika wanita yang seringkali mereka hina dan rendahkan, bukanlah wanita biasa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aliyah Ramahdani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingin Keluar
" Bu, bahan-bahan di kulkas, habis. aku belum bisa masak" ucap Aulia pagi itu
" Kenapa gak ngomong dari kemarin, sih?" Jawab Bu ayu sedikit kesal
" Aku udah ngomong sama Mbak Vita, Bu" ucap Aulia melirik Vita
" Kamu mau nyalahin aku? salah sendiri gak ngomong langsung sama ibu" jawab vita protes
" Ya udah, kamu ke pasar sekarang. jangan lama-lama" ucap Bu ayu menatap tajam Aulia
" Iya Bu" jawab Aulia segera beranjak
Dengan menggunakan ojek, Aulia pun tiba di pasar. dia belanja semua yang diperlukan, butuh waktu sedikit lama untuk dia kembali ke rumah
" Si Aulia belum pulang juga, vit?" Tanya Bu ayu pada Vita yang sedang duduk bersama valdo
" Belum Bu, gak tahu deh ngapain aja dia di pasar sana" jawabnya Baru saja vita selesai bicara, Aulia pun muncul dari balik pintu
" Kenapa lama sekali kamu, Aulia..?" teriak Bu ayu, begitu Aulia baru melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah
" Maaf bu, jalannya macet" jawabnya bersusah payah mengangkat belanjaannya
" Alah.. omong kosong..!! Ibu curiga, Kamu mungkin bertemu dengan seorang pria di sana, kan?"
" Astagfirullah Bu, itu gak benar" jawab Aulia
" Hahaha.. Ibu ini ngomong apa sih? mana mungkin ada pria yang menyukainya, bu. kalau ada juga, ya.. paling tukang ojek, bu" ucap valdo tertawa
" Ya kan bagus dong bu, kalau dia ada pria lain. biar Vino ada alasan untuk meninggalkannya" sambung ucap Vita ikut bersuara
Aulia tak ingin menanggapi ucapan mereka dan memilih masuk ke dalam dapur untuk memasak makan siang mereka dengan hati yang sedikit sakit
******
Aulia sedang berbaring di kamarnya siang itu, dia merasa sedikit pusing. lantaran dia terlalu lelah dengan semua pekerjaannya Braaak... Vita membuka pintu kamar Aulia dengan sangat kasar
" Hei, Aulia..!!! enak sekali kamu tiduran di sini, kamu gak lihat di luar mau hujan? pakaian masih belum diangkat juga" ucap Vita berdiri di depan pintu kamar dengan suara keras
" Mbak, bisa gak kali ini mbak yang angkat pakaiannya? kepalaku sakit sekali Mbak" ucap Aulia dengan sedikit lemah
" Alah, alasan aja kamu. Apa kamu gak lihat perutku ini? aku sedang hamil, gak boleh capek" jawabnya
" Iya Mbak, nanti aku angkat" " Gak ada nanti-nanti"
" Makanya kalau kerja tuh jangan setengah hati, apa-apa selalu aja dibilangin" ucap valdo dari yang berdiri tak jauh dari sana
" Mbak, bilangin sama dia. habis itu beresin kamarku, pokoknya harus rapi begitu aku kembali" teriak valdo lagi sebelum melangkah keluar dari rumah
" Tuh kamu dengarkan apa yang di katakan valdo?"
" Iya Mbak, nanti aku beresin kamarnya" ucap Aulia keluar dengan menahan rasa sakit kepalanya Menjelang sore, Aulia telah menyelesaikan semua pekerjaannya. kini waktunya dia untuk membersihkan tubuhnya. namun, kedatangan Vino menghentikan niatnya
" Mas, kamu sudah pulang?" Tanya Aulia menghampiri vino
" Mulai sekarang, kamu nyuci gak usah pakai mesin, biaya listrik kita melunjak, tahu gak?" ucap Vino tak menghiraukan pertanyaan istrinya
" Tapi Mas, aku selama ini emang gak dibolehin pakai mesin cuci sama Mbak Vita kok, Mas. Jadi bukan salah aku" jawabnya
" Siapa tau aja kan kamu pakai secara diam-diam, biar kerjaan kamu cepat selesai" ucap Bu ayu
" Gak bu, aku gak pernah pakai sama sekali. Mungkin saja karena valdo sering bermain PS di kamarnya, aku juga lihat ada banyak kabel di sana, Mas" ucap Aulia lagi
" Gak usah membela diri kamu, itu karena valdo butuh hiburan, jadi harus ada PS. lagian itu gak makan listrik banyak, kok" jawab bu ayu membela sang anak
" Sudah, sudah..!! pokoknya sekarang kita harus hemat" ucap Vino sebelum berlalu dan diikuti oleh sang ibu
******
Makan malam pun tiba. seperti biasa, mereka masih saja protes tentang rasa masakan Aulia. Memang, Aulia tak pandai dalam hal memasak dan dia akui itu
" Harusnya kamu tuh belajar masak yang bener, Aulia. biar ada yang bisa dibanggain dari kamu" ucap Bu ayu
" Iya nih, mau dibuang juga sayang, kan? Kamu harusnya belajar, jangan capek aja jadi alasan. kalau soal bersihin rumah aku juga bisa, tapi kalian tahu sendiri kan, aku ini istri satu-satunya mas Indra si pengusaha kaya, aku gak mau tanganku kasar. lagi pula, asisten rumah tanggaku banyak" jawabnya berbohong membuat Aulia serasa ingin terbahak
" Dengar gak kamu? betul kata ibu, kamu tuh harus belajar masak. jujur saja, aku sudah muak dengan rasa masakanmu" ucap Vito tak peduli dengan perasaan Aulia
" Masakan gak enak, cantik juga gak, penampilannya berantakan, keluarga gak jelas, apa yang bisa dibanggakan darinya" ucap vita " Kalau gua mah, cari yang baru aja. Spek Mbak Astrid gitu" sambung valdo
" Kalau itu sih Ibu juga setuju" ucap Bu ayu tak mau kalah
Aulia melirik sekilas pada Vino, dan mendapati Vino sedang tersenyum mendengar ucapan adik dan ibunya. membuat Aulia semakin tak tahan dan memilih menyelesaikan makannya lebih dulu
Setelah makan malam selesai, Aulia pun menyusul Vino ke kamar yang sudah masuk lebih dulu saat Aulia masih membereskan meja dan mencuci piring bekas makan mereka. dia melihat Vino sedang bermain dengan ponselnya
" Mas, aku mau ngomong" ucap Aulia menghampiri Vino
" Ngomong aja langsung, aku sibuk" jawabnya cuek
" Aku ingin kita pindah dari sini, aku ingin kita hidup berdua saja, membangun rumah tangga kita sendiri. kita beli rumah atau gak kita ngontrak aja, Mas"
" Maksud kamu apa sih?"
" Aku capek, Mas" keluh Aulia
" Sudahlah lebih baik kamu tidur, gak usah banyak drama" ucap Vino memilih keluar dari kamar
Aulia sudah bertekad untuk keluar dari rumah itu, dia sudah tak sanggup menghadapi sikap ibu mertua dan kedua iparnya
*******
Sudah berapa hari ini Aulia lebih banyak diam, dan mengerjakan semuanya tanpa diminta. bahkan untuk bicara pada Vino pun dia tak sudi. Dia sangat kecewa, karena Vino tak ingin mengabulkan permintaannya untuk berpisah rumah dengan ibunya
Vino yang merasa sedikit mengerti dengan situasi Aulia, pun kini masuk ke kamar menyusul Aulia
" Kamu kenapa sih, Aulia? udah dikasih tempat tinggal yang enak, makanan sudah ada dan gak kekurangan apapun, masih aja minta rumah sendiri?" ucap Vino
" Kamu pikir aku cuma butuh rumah dan makan, Mas?"
" Lalu apa?" tanya Vino mulai kesal
" Aku butuh rumah yang bisa membuatku nyaman, Mas. aku butuh kasih sayang, aku bukan pembantu di sini, Mas" jawabnya dengan air mata yang sudah berlinang
" Kamu pernah mikir gak gimana rasanya tiap hari dihina? dan dijadikan bahan olokan keluargamu? aku gak minta kamu belain, tapi setidaknya jangan ikut menambah luka, Mas" ucap Aulia terisak
" Kamu terlalu sensitif, mereka gitu karena emang kamu yang salah. Aku juga gak bisa belain kamu, karena mereka keluargaku" ucap vino "
Tapi aku istrimu, Mas...!!!" ucap Aulia dengan nada meninggi
" Kamu bahkan gak pernah sekalipun belain aku, kamu cuma diam dan ikut nyalahin aku. Kamu pikir aku gak capek? aku lelah, Mas. aku ingin keluar dari rumah ini"
" Lalu kalau kita keluar, gimana dengan keluargaku?"
" Mereka tidak cacat, Mas. mereka semua sudah besar...!!! Jangan manja mereka dengan kebodohanmu. atau aku akan keluar sendiri dari rumah ini" ucap Aulia kemudian merebahkan tubuhnya di kasur dan membelakangi vino
krsel bgt