"Kamu berjanji tidak akan menyentuh aku! Kenapa kamu merenggut kesucian ku?"
"Apakah kamu benar-benar masih suci?"
Aurora dianugerahi kecantikan yang luar biasa, sebagai seorang wanita malam, dia menikmati rayuan dari berbagai lelaki, tapi hanya melayani lelaki yang amat kaya.
Namun Aurora memiliki rahasia besar, yaitu hingga sekarang dia tetap perawan.
Aurora menerima tawaran Rayyan untuk menjadi istri kontrak tanpa berhubungan fisik, namun rahasia Aurora hampir ketahuan oleh lelaki tersebut.
Tatapan Rayyan padanya semakin lama semakin panas... Membakar hatinya...
Bagaimana Aurora melanjutkan hubungan suami-istrinya dengan suami palsunya? Dan bagaimana dia mempertahankan keperawanannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Dalam Masalah
Aurora sedang menonton Drakor di handphonenya. Wanita itu meletakkan handphonenya setelah melihat waktu yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Dengan malas-malasan, Aurora melangkah menuju kamar mandi untuk menggosok giginya. Setelah itu Aurora mencuci wajahnya, lalu mengeringkan wajahnya dengan handuk kecil.
Aurora melihat dadanya yang penuh dengan kiss mark yang dibuat oleh Rayyan yang masih terlihat jelas. Aurora kemudian melihat lehernya di cermin. Di lehernya juga masih ada kiss mark yang dibuat oleh Rayyan. Wanita muda itu hanya bisa menghela napas melihat semua tanda yang dibuat oleh Rayyan.
"Ceklek"
Aurora langsung menoleh menatap pintu kamar mandi begitu terdengar suara pintu kamar mandi itu terdengar di buka dari luar.
"Akkh!"
Aurora, sangat terkejut saat melihat seorang pria berambut gondrong yang hanya melilitkan handuk di pinggangnya masuk ke dalam kamar mandi itu.
"Siapa kamu? Kenapa masuk ke kamar orang sembarangan! Cepat keluar! Pergi!"teriak Aurora menatap tajam pada pria yang berdiri di depan pintu itu yang tidak lain adalah Hendrik.
"Woahh..! Aku tidak salah lihat, 'kan? Ada bidadari di sini. Aku tidak menyangka bisa bertemu bidadari di kamar mandi,"ucap Hendrik menatap kagum pada Aurora. Mata pria itu sama sekali tidak berkedip menatap wajah cantik Aurora. Bahkan mata nakal pria itu menelisik seperti menelanjangii tubuh Aurora.
"Pergi! Dasar mesum! Kenapa kamu masuk ke kamar orang sembarangan? Pergi!"teriak Aurora mengambil botol shampo yang ada di dekatnya dan melemparkannya pada Hendrik. Aurora sungguh tidak suka dengan tatapan mesum pria di depannya itu.
"Plak"
"Ups!"Aurora menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
Hendrik menghindar dari botol shampo yang di lempar Aurora. Tapi nahasnya, botol shampo itu malah tepat mendarat dengan keras di dahi Rayyan yang baru saja muncul dan berdiri tepat di belakang Hendrik.
"Maaf! Ada kesalahan teknis. Lemparan seharusnya tepat sasaran, tapi karena target menghindar, jadi lemparan salah alamat,"ucap Aurora seraya menyengir bodoh menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"𝙈𝙖𝙢𝙥𝙪𝙨! 𝘽𝙖𝙜𝙖𝙞𝙢𝙖𝙣𝙖 𝙠𝙖𝙡𝙖𝙪 𝙞𝙗𝙡𝙞𝙨 𝙢𝙚𝙨𝙪𝙢 𝙞𝙩𝙪 𝙢𝙖𝙧𝙖𝙝 𝙥𝙖𝙙𝙖𝙠𝙪? 𝙄𝙣𝙞 𝙨𝙚𝙢𝙪𝙖 𝙜𝙖𝙧𝙖-𝙜𝙖𝙧𝙖 𝙤𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙢𝙚𝙨𝙪𝙢 𝙨𝙞𝙖𝙡𝙖𝙣 𝙞𝙣𝙞. 𝘿𝙖𝙧𝙞 𝙢𝙖𝙣𝙖 𝙙𝙖𝙩𝙖𝙣𝙜𝙣𝙮𝙖 𝙤𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙢𝙚𝙨𝙪𝙢 𝙞𝙣𝙞?"gumam Aurora dalam hati.
Hendrik langsung menoleh ke belakang dan menatap Rayyan yang diam dengan wajah datarnya. Dahi pria itu terlihat benjol karena Aurora melempar dengan sekuat tenaga. Biasa main bola kasti di kampung dulu, membuat Aurora bisa melempar dengan kuat dan tepat sasaran. Tapi karena Hendrik menghindar dengan cepat, lemparan Aurora jadi salah sasaran.
Hendrik tertawa terbahak-bahak melihat Rayyan dengan dahi benjolnya. Sedangkan Rayyan menatap dingin pada Hendrik.
"Mau apa kakak masuk ke dalam kamar aku dengan keadaan seperti itu?"tanya Rayyan yang ekspresinya berubah menjadi dingin.
"𝙅𝙖𝙙𝙞 𝙥𝙧𝙞𝙖 𝙜𝙤𝙣𝙙𝙧𝙤𝙣𝙜 𝙞𝙣𝙞 𝙖𝙙𝙖𝙡𝙖𝙝 𝙠𝙖𝙠𝙖𝙠 𝙨𝙞 𝙞𝙗𝙡𝙞𝙨 𝙢𝙚𝙨𝙪𝙢 𝙞𝙩𝙪. 𝙋𝙖𝙣𝙩𝙖𝙨 𝙨𝙖𝙟𝙖 𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙢𝙚𝙨𝙪𝙢𝙣𝙮𝙖,"gumam Aurora dalam hati.
"Aku tidak menemukan shampo di dalam kamarku. Jadi, aku ingin meminjam milikmu,"sahut Hendrik santai.
"Dengan keadaan seperti itu? Apa kakak ingin menggoda istri ku?"tanya Rayyan dengan nada dinginnya.
"Apa? Dia istri kamu? Kapan kamu menikah dengan dia? Kok, kamu nggak mengabari aku? Apa kamu sudah tidak menganggap aku sebagai kakak mu lagi?"tanya Hendrik yang lebih terdengar seperti protes.
Rayyan membungkuk,. mengambil shampo yang tadi mendarat cantik di dahinya, hingga dahinya menjadi benjol dalam sesaat,"Ini! Ambil ini, dan keluar dari kamarku! Lain kali, jangan masuk ke kamarku sembarangan!"ucap Rayyan dengan aura yang terlihat suram.
"Plak"
Rayyan meletakkan botol shampo itu tepat di dada Hendrik agak keras hingga Hendrik agak terdorong ke belakang.
"Hais.. tidak ada sopan santun sama yang lebih tua,"gerutu Hendrik memegang botol shampo itu kemudian berjalan keluar dari kamar mandi Rayyan.
"Apa kakak pikir masuk ke kamar orang lain tanpa ijin itu sopan?"tanya Rayyan masih dengan wajah dinginnya. Tampak jelas tatapan tidak suka di mata Rayyan.
"Terserah kamu lah,"ucap Hendrik seraya berjalan menuju pintu kamar Rayyan.
"Brakk"
Hendrik menutup pintu kamar Rayyan lumayan kasar.
"Sial! Perempuan itu cantik sekali. Tanpa make-up saja sudah secantik itu, bagaimana kalau dipoles make-up sedikit? Pasti sangat cantik. Cocok untuk model ku. Aku tidak bisa membayangkan, bagaimana jika dia dipotret dengan lingerie di atas ranjang,"gumam Hendrik dengan senyuman penuh arti di bibirnya, berjalan menuju kamarnya.
Hendrik juga seorang Casanova sama seperti Aiden. Bedanya, Aiden tidak akan menganggu milik orang lain. Sedangkan Hendrik, pria itu tidak perduli dengan apapun. Jika Hendrik menyukai seorang perempuan, maka Hendrik akan berusaha untuk mendapatkan perempuan itu dengan cara apapun. Intinya, Hendrik adalah pria brengseek.
Setelah Hendrik keluar dari kamar itu, Rayyan pun beralih menatap Aurora. Wanita itu kembali menyengir bodoh saat Rayyan menatapnya.
"Jadi, ada kesalahan teknis? Lalu bagaimana dengan dahiku yang benjol karena kesalahan teknis itu?"tanya Rayyan seraya memicingkan sebelah matanya, melangkah mendekati Aurora yang terus berjatuhan mundur.
"𝙈𝙖𝙢𝙥𝙪𝙨! 𝙆𝙖𝙡𝙞 𝙞𝙣𝙞 𝙖𝙠𝙪 𝙗𝙚𝙣𝙖𝙧-𝙗𝙚𝙣𝙖𝙧 𝙙𝙖𝙡𝙖𝙢 𝙢𝙖𝙨𝙖𝙡𝙖𝙝,"gumam Aurora dalam hati.
"Dugh"
"Plak"
Tubuh Aurora membentur dinding dan Rayyan menempelkan tangan kanan dan kirinya di sebelah tubuh Aurora. Mengunci pergerakan Aurora dengan tatapan yang begitu tajam pada Aurora.
"A.. akan aku obati,"ucap Aurora kembali menyengir bodoh.
"Sepertinya kamu sudah benar-benar sembuh. Lemparan kamu cukup keras,"ucap Rayyan tersenyum miring.
"Ma..mau apa kamu?"tanya Aurora menatap curiga pada Rayyan.
"Emp.."
Tiba-tiba Rayyan mencium Aurora dengan agresif. Aurora yang tidak berpengalaman pun nampak kewalahan. Rayyan lah orang pertama yang mencium nya. Aurora sama sekali tidak memiliki pengalaman dalam berciuman. Aurora berusaha memberontak dengan mendorong dada Rayyan, tapi Rayyan malah mencekal kedua tangan Aurora. Pria itu memegang kedua tangan Aurora dengan tangan kirinya den menekan tangan Aurora di dinding, tepatnya di atas kepala Aurora, tanpa melepaskan pagutan bibirnya pada bibir Aurora. Saat Aurora mulai kesulitan bernapas, Rayyan melepaskan pagutannya.
"Lepaskan aku! Dasar iblis mesum!"bentak Aurora seraya mengatur napasnya.
"Iblis mesum? Kamu mengatai aku iblis mesum? Akan aku tunjukkan bagaimana iblis mesum ini berbuat mesum,"ucap Rayyan dengan seringai di wajahnya, membuat Aurora membulatkan matanya.
"Ma.. mau apa kamu? Jangan macam-macam!"ucap Aurora yang tiba-tiba berkeringat dingin.
Masih jelas di ingatan Aurora bagaimana beberapa malam yang lalu Rayyan menggagahi dirinya hingga tubuhnya terasa remuk redam. Aurora juga kesulitan untuk berjalan karena Rayyan yang terlalu kasar padanya waktu itu. Bahkan sejak kejadian malam itu, Aurora belum keluar sama sekali dari kamar itu.
"Apa kata-kata ku tadi masih kurang jelas? Aku mau menunjukkan bagaimana iblis mesum ini berbuat mesum,"ucap Rayyan semakin membuat nyali Aurora menciut.
"Ja.. jangan macam-macam! Kita sudah sepakat bahwa tidak ada sentuhan fisik,"ucap Aurora mencoba mengingatkan Rayyan.
"Bagaimana jika kamu yang ingin aku sentuh?"tanya Rayyan mengelus pipi Aurora lembut dengan jemari tangannya.
"Tidak akan! Lepaskan aku!"bentak Aurora.
"Aku pasti akan melepaskan mu. Tapi..."
...🌸❤️🌸...
.
To be continued