NovelToon NovelToon
Me VS Crazy CEO

Me VS Crazy CEO

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat
Popularitas:3.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: sinta amalia

BELUM MELEWATI PROSES RE-WRITE🙏


Apa jadinya jika ternyata CEO menyebalkan dan kamu fikir gila itu, ternyata adalah teman dekatmu saat masa putih abu. Dia pula yang selama ini menunggu jawaban atas perasaanya.

Humaira Khairunisa seorang gadis, bukan dari kalangan jetset, yang bekerja di perusahaan milik Alvian Jihad, gadis itu tak tau jika Alvian adalah Jihad temannya dulu. Lalu bagaimanakah kisah mereka selanjutnya, apa yang akan terjadi jika keduanya dipertemukan sebagai bos dan bawahan ?
"Pak Alvian ?! rasanya pengen gue santet aja tuh orang ! belum ketemu aja gue udah tau kalo nih orang titisan pemimpin Nazi ! apalagi kalo ketemu, minta di cincang pake kapaknya Wiro sableng ! lama lama gue bakar juga nih kantor !"

Seulas senyum terbit dari laki laki yang tak sengaja mendengar omelan karyawannya itu,

"Apa kabar loe Ca? masih t

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sensus penduduk

"Bentar bee, tarik nafas dulu ! kalo nanti aku pingsan di dalem jangan di gelindingin sampe klinik ya ?!" Ica meringis, percaya atau tidak baru kali ini ia akan bertemu orang dan bukan hantu, tapi gugupnya setengah mati.

"Ekhem !!! hofff...hofff.. !" Ica berdehem mengusir rasa tak nyamannya dan menarik nafas lalu membuangnya.

"Itu mah jatohnya kaya orang mau lahiran, calm down baby. Mamah ga akan nelen kamu hidup hidup, perlu di cincang dulu, trus dimasak !" jawab Jihad malah semakin menggoda Ica.

"Njirrr ! eh, maaf maaf !"

"Minggir !" Ica mendorong Jihad pelan dari kaca spion mobil, Jihad hanya tertawa melihat Ica yang salah tingkah begini, merapikan penampilannya lewat kaca mobil.

"Apa pas ketemu aku pertama kali kamu juga kaya gini?" tanya Jihad yang memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.

"Boro boro !" sarkas Ica berbohong, tak tau saja Jihad, Ica malah sampai touch up beberapa kali di kamar mandi kantor.

"Bagusss ! calon istri durhakim !" Jihad menjiwir belakang baju Ica dan menariknya menuju ke dalam, seperti menarik anak kucing.

Dimana kesan romantisnya jika begini.

"Ini, ga usah di tarik tarik gini nyonkk ! udah kaya anak kucing kecebur got aja !" protes Ica.

"Yang indah kek, mau ketemu nyokap loe nih !" ujar Ica. Jihad mengangkat alisnya sebelah. Seperti diberi kesempatan oleh gadis ini. Jihad memperdalam tatapannya pada Ica, tatapan yang bisa membuat gadis mana saja akan terbius dibuatnya. Tangan Jihad menarik pinggang Ica untuk menempel padanya, membuat si empunya seketika merapatkan tubuh yang mulai sedikit ramping karena lelahnya mencari sebongkah berlian.

Keduanya malah saling beradu tatapan, baru kali ini Ica merasakan yang namanya terpesona oleh sosok Alvian Jihad.

"Ga usah kaya gini bee, akunya baper !" cicit Ica.

"Fyuhhh !!!" Jihad meniup wajah Ica lalu tertawa.

"Ihhh rese nyi Blorong !!" Ica memukul mukul dan hendak menjambak Jihad.

"Lucu banget mukamu bubble, kalo terpesona kaya orang oon !" tawa Jihad. Jihad membalasnya dengan memasukkan kepala Ica ke dalam ketiaknya.

Ceklek !!!!

Sontak keduanya mematung di depan pintu dengan posisi yang sedang bergulat ria.

Ibunda Jihad membuka pintu depan karena mendengar suara gaduh di luar.

Glekkk !!!

Ica menelan salivanya susah. Bukan moment ini yang seharusnya yang ditangkap oleh ibunda Jihad sebagai kesan pertamanya melihat Ica.

Jihad melepaskan Ica, dan merapikan rambut gadisnya ini.

Ibu Jihad cukup terkejut melihat keduanya seperti anak kucing yang tengah masa masa pertumbuhan. Tapi sedetik kemudian ia tertawa melihat ekspresi keduanya, apalagi melihat wajah Ica.

"Eh, selamat siang eh sore..eh," Ica mendongakkan kepalanya ke luar teras melihat apakah ini masih siang atau sudah sore. Jihad mengulum bibirnya, melihat Ica yang sedang dilanda gugup.

"Sore deh tante, "

"Waalaikumsalam, " jawab ibu Jihad.

"Astaga lupa, kenapa jadi mendadak oon, assalamualaikum !" Ica menghela nafas lelah.

"Ji, ini siapa?" tanya ibunya.

"Kenalin ini Ica, mah ! Humaira Khairunisa, " jawab Jihad. Alis ibu Jihad yang asalnya mengernyit berubah santai.

"Aahh, ini Ica. Ica..yang bikin anak saya tidak mau berpacaran dengan gadis lain, yang membuat anak pertama saya menolak untuk dikenalkan dengan gadis lain, "

Jederrrr !!!!!

Bumi gonjang ganjing, langit serasa runtuh menimpa tubuh Ica, seharusnya Ica tampak perfect dengan pernyataan ibu Jihad yang seolah olah Ica adalah gadis sempurna sampai sampai laki laki seperti Jihad menolak gadis lainnya, yang mungkin lebih segalanya dari Ica.

Ica semakin pucat dibuatnya, tangannya mendingin seperti es. Otaknya jadi blank tak bisa berfikir apapun, percayalah yang ingin Ica lakukan saat ini adalah melepas wedges nya lalu berlari sekencangnya melompat keluar dari pagar yang menjulang tinggi seperti tembok penjara. Tapi realitanya jangankan melepas sepatu dan berlari, hanya untuk menggerakkan anggota badannya saja ia merasa kaku dan kebas.

Jihad meraih tangan Ica,

"Iya mah, ini orangnya, Ica...gadis yang sudah membuat Jihad menolak semua gadis, " Ica menoleh kaku, antara terenyuh dan takut.

Wajah ibu Jihad meneliti Ica dari atas sampai bawah, beralih melihat ke arah Jihad.

"Untuk ukuran penampilan oke, sopan !" jawabnya. Apakah harus Ica bersorak menyalakan petasan korek, ataukah ia justru seharusnya takut dari awal saja ibu Jihad benar benar memperhatikan bibit, bebet, bobotnya. Ica sangat memaklumi, setiap orangtua ingin yang terbaik untuk anaknya, apalagi Jihad adalah seorang CEO, tentulah faktor itu penting, sebagai standar calon menantu idaman, bukan perempuan sembarangan yang akan menikah dengannya, setengah rasa percaya dirinya terkikis air keraguan layaknya tanah longsor.

"Silahkan masuk Ica, di gubuknya tante sama om," wajahnya menghangat menatap Ica.

"Ya?" beo Ica,

Ibunda Jihad terkekeh, melihat kepolosan Ica, "jadi mau di luar saja atau mau jalan sendiri ke dalam? ga mungkin kan tante gendong kamu ke dalam ?!" tanya perempuan paruh baya itu, meskipun usianya sudah hampir setengah abad, tapi kecantikannya tidak pudar. Mungkin perawatan kulit dan wajah yang mahal membuatnya terlihat awet muda.

"Makasih tante, " Ica membungkuk.

Ini bukan gubuk, gubuk mana yang lantainya saja berlapis marmer, jika di rumah mungkin sudah dibongkar kakenya untuk dijadikan batu akik.

"Bee, segini aja disebut gubuk, terus rumahku disebut apa ? kandang ayam kah?" tanya Ica berbisik.

"Kandangnya kamu lah, " jawab Jihad berbisik.

"Si*@lan !" desis Ica, Jihad tertawa.

"Bi, tolong buatkan minum untuk tamu !" pinta ibunya Jihad.

Ica tak banyak bicara saat ini, otaknya kosong seperti torn air kalo musim kemarau, hanya menggema suaranya sendiri jika dipukul.

Ica duduk di sofa depan, omg...! sofanya saja lebih empuk daripada ranjang di rumahnya. Dengan teganya Jihad malah meninggalkan keduanya di ruang depan menuju kamarnya.

"Ica, apa kabar ? waktu itu kita ketemu pas masih SMA ya?" tanya ibu Jihad, dari gaya bicaranya saja sudah terlihat wanita berkelas, lalu apa kabar dengannya yang biasa mengumpat dan nyablak.

"Baik tante, iya..tapi tante masih cantik, sama kaya dulu !" jawab Ica mencari basa basi yang cocok meskipun terkesan garing kaya kerupuk, dan terlihat seperti seorang penjilat yang haus akan tahta dan harta.

"Ica bekerja atau kuliah ?" tanya ibu Jihad.

"Ica bekerja dan berkuliah tante, fakultas ekonomi baru semester 1," jawab Ica, kejujuran adalah nomer satu.

"Ica juga bekerja di perusahaan Jihad, ga sengaja sih tante, Ica ga tau kalo ternyata...ya gitu deh tante," Ica menggantung ucapan, ia rasa itu tak perlu ia ucapkan. Jemari Ica sudah memainkan ujung wiru bantal sofa saking gugupnya.

"Sebentar, tante tinggal dulu ya !" ucap tante Vivi meninggalkan Ica sendiri, Ica mengelus dadanya, menghela nafas lelah.

"Astaga ! sawan gue, kaki gue udah kaya ga berpijak gini, " gumam gadis itu mengusap keringat di keningnya.

"Udah kaya ketemu sama kedubes Arab aja, " kembali gumamnya.

"Silahkan non, " seorang asisten rumah tangga memberikan minuman kepada Ica, tapi belum sempat diminum Ica, minuman itu tersenggol oleh si bibinya sendiri, hingga terjatuh dan pecah.

Prankkkk !!

"Astagfirullahaladzim, "

"Ya Allah, maaf non maaf !" ucapnya menyesal, Ica ikut merosot dari kursinya membantu si bibi.

"Bi, sini Ica bantu..ga apa apa bi, namanya juga ga sengaja kan !"

"Awww ! " pekik si bibi yang jarinya tertusuk pecahan kaca.

"Eh, bibi ga apa apa ?" tanya Ica.

"Maaf non, "

"Ga apa apa bi, sini Ica bantu ! dimana kotak p3k nya ?" tanya Ica.

"Biar bibi obatin sendiri aja non, nanti bibi buatkan lagi minumnya ya non, " Ica tersenyum.

"Bi, ga usah repot repot...biar Ica bikin sendiri, bibi temenin aja Ica !" jawab Ica.

Ica memaksa si bibi yang sudah tak enak hati itu dan hendak membuat minumnya sendiri, "bibi tunggu aja disini, biar di depan Ica yang bersiin !"

"Tidak usah non, biar Surti aja !" Sur..." panggilnya pada asisten rumah tangga lainnya.

"Oh oke kalo gitu bi,"

"Maaf ya non, "

"Udah sii, bibi santai aja, " Ica mengusap usap pundak asisten rumah tangga itu.

"Mamah udah liat kan, Ica itu tulus orangnya, pacaran sama Jihad ga menjadikan dia menempatkan dirinya lebih atas dari orang lain, sampai sekarang di kantor dia ga mau dianggap pacar Jihad, mah.. " ucap Jihad.

Ibunya tersenyum dan menepuk nepuk pundak putra pertamanya yang memang sudah tak sabar untuk melamar kekasihnya itu.

Ibu Jihad turun, "ini kenapa mbak?" tanya ibunya pada asisten rumah tangga yang satunya.

"Anu bu, maaf tadi bi Esih ga sengaja nyenggol gelasnya, " jawab si asisten yang sedang membersihkan bekas pecahan beling.

"Maaf ya Ica, apa kena sama Ica?" tanya ibu Jihad.

"Engga tante, " geleng kepalanya.

"Kalau begitu mbak, ambilkan lagi minum buat tamu, " pinta ibu Jihad, membuat asisten rumah tangga itu mengangguk.

"Ica, rumah kamu dimana?" tanya nya kembali.

"Di jl.Flamboyan tante, kampung Duren, tapi durennya bukan duda keren, " jawab Ica, tante Vivi tertawa kecil.

"Ahh, tante tau daerah sana..rumahmu sebelah mana nya?"

"Rumah Ica masuk gang lagi tante, gang kecil sih, ga akan bisa masuk mobil, maklum lah rumah Ica ga sebesar rumah Jihad, tapi insyaallah masih bisa buat berteduh, " tak ada kebohongan diantara Ica dan tante Vivi, akan seperti apa nantinya Ica hanya memasrahkannya pada sang pemilik kehidupan.

"Oh iya kamu berapa bersaudara? "

"Ica anak bungsu dari 4 bersaudara, 2 kaka Ica sudah menikah dan memiliki anak, ka Novi menikah dengan uda Dante, 2 2 nya lulusan D3, bang Riski menikah dengan teh Mira mereka ketemu di kampus juga..lulusan S1, bang Galih juga S1 Teknik Informatika, kalo mamah sama ayah bukan sarjana, ayah Ica salah satu karyawan swasta di percetakan dan mamah calon make up artis tapi ga jadi, " kekeh Ica, menceritakan silsilah keluarganya tanpa malu. Pertanyaan ini sudah seperti sensus penduduk.

"Maaf ya Ica, tante banyak tanya kaya lagi nyensus warga, " jawab tante Vivi.

"Ga apa apa tante, Ica maklum..seorang ibu pasti akan melakukan hal begini, begitupun Ica nanti, pasti pengen anaknya bergaul dengan orang yang baik baik," jawab Ica, tapi ada segaris kesenduan di wajah Ica, apakah ia sudah cukup masuk kriteria teman teman yang cocok untuk bergaul dengan Jihad, dia bukanlah lulusan LN seperti Kara, bahkan nilai ulangannya pun banyak merahnya sewaktu SMA, dia juga bukan model, atau kontestan sebuah ajang ratu kecantikan atau gadis sampul.

"Bagi tante latar belakang keluarga memang penting, tapi tante bukan sosok ibu pacar jahat yang gila harta dan kekuasaan, kaya di tv tv loh !" kelakarnya.

Jihad hanya menyunggingkan senyumannya dari tangga atas mendengar semua pertanyaan ibunya pada Ica.

"Hayooo loh bang, lagi nguping apa?" Jian menepuk pundak kakanya.

"Tuh !" tunjuk Jihad pada ibunya.

"Mamah lagi sama siapa, cantik bang !" Jian hendak menghampiri ibunya yang sedang bersama Ica.

"Eittsss ! enak aja, calon gue itu !" jawab Jihad menarik baju adiknya.

"Loe malah ketawa tawa liat cewek loe diospek mamah, pacar laknat loe !"

"Sekali kali ngerjain dia, loe emang ga kenal sama dia?" tanya Jihad. Jian mengamati Ica dari atas sampai bawah.

"Kaya kenal, "

"Itu Ica, temen SMA yang pernah gue bawa ke rumah, "

"Oh yang somplak itu, yang kalo ngomong nyablak itu ! temen debat loe !" ujar Jian tertawa jika mengingat perdebatan sengit antara mereka dulu, ia mengingat semua kelakuan Ica yang sengklek, tak pernah akur dengan kakanya, tapi sekarang malah akan menjadi calon pendamping hidupnya, bagaimana nanti jika mereka sampai berumah tangga, Jihad mengangguk setuju sambil tertawa.

"Cantik bang, bukannya dulu sukanya sama gue ya ?!" tanya Jian.

"Gue tikung ya bang, "

"Gue hajar loe sampe abis, " jawab Jihad, Jian tertawa.

"Lalu kapan tante sama om bisa ke rumah mu untuk berkenalan dengan keluargamu ?!" Ica seketika melongo mendengar pertanyaan itu.

"Hah?!" Ica belum bisa mencerna ucapan tante Vivi.

.

.

Jangan lupa tekan jempol ya sayang 😉

1
Umi Syafaah
Luar biasa
Anonymous
/Good//Good//Good//Good/
Rini Fajarwati
keren
Lies Atikah
suka visual nya cantik dan ganteng
Lies Atikah
mesra dikit napa ca buat bang Alvin leleh
Lies Atikah
ngakak bener2 nih si Ica
Lies Atikah
nantap ca
Vlink Bataragunadi 👑
asemmmmm. kirain/Facepalm/
Vlink Bataragunadi 👑
nganak ceunah/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Vlink Bataragunadi 👑
peluk icaaaa/Sob/
Vlink Bataragunadi 👑
masuk angin Jiiii/Joyful/
Vlink Bataragunadi 👑
beungeuuut icaaaa ih maluuuuu/Facepalm/
Vlink Bataragunadi 👑
aduh daddy Ji itu idung ky perosotan teka /Drool/
Vlink Bataragunadi 👑
kl sugar daddy nya macam Ji mah aku juga mauuuuuu/Tongue//Chuckle/
Vlink Bataragunadi 👑
gagal romantis/Curse/
Vlink Bataragunadi 👑
ya ampuuuun kaliian pasangan aneh tapi bikin baperrrr/Sob/
Vlink Bataragunadi 👑
iiiih kok jadi mellow sih/Cry/
Vlink Bataragunadi 👑
aaaaaaaa eca ternyata elpeuuuu, qt samaaa/Kiss//Kiss//Kiss//Kiss//Kiss/
Vlink Bataragunadi 👑
ya ampuuuun ni tumah rame benerrrrr/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Vlink Bataragunadi 👑
kl ica wiro sablengnya, kara sinto gendengnya/Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!