KARMA
Sebelum membaca karya ini alangkah baiknya jika membaca karya pertamaku yang berjudul Aku Bukan Pelakor, agar bisa mengikuti jalan ceritanya.
Karya KARMA ini menceritakan tentang pembalasan pengkhianatan yang di lakukan julio kepada istri dan anak-anaknya.
Julio bukan hanya mengkhianati istrinya namun ia membohongi ana dengan mengaku lajang untuk mendapatkan hati dan tubuh ana, selain itu ia juga di duga menggelapkan dana perusahaan tempatnya bekerja serta perusahaan milik istrinya.
Lalu apa sajakah KARMA yang akan di terima oleh julio?
Semuanya akan di ceritakan di Novel ini.
Terima kasih, selamat membaca😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31
"Retno maukah kamu menikah denganku?" tanya Cakra sambil menatap mata Retno.
"Uhuuuk..."
Saking kagetnya mendengar ucapan Cakra, Retno sampai tersedak. Wanita itu sama sekali tak menyangka jika pria yang selama ini sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri itu menaruh hati dan mengajaknya untuk menikah.
"Kamu kenapa Ret?" Cakra memberikan minum kepada Retno.
"Tidak, aku tidak apa-apa mas." Retno meminum minuman yang di berikan oleh cakra.
"Aku serius ret, aku sudah lama menaruh hati padamu. Sejak pertama kali kita bertemu di perpustaakan daerah, kamu masih ingat kan?" tanya Cakra.
"Waktu itu sempat aku meminjamimu kartu memberku karena kamu tidak membawa kartu mebermu, dan kartu itu sampai sekarang belum kamu mengembalikannya" ucap cakra sambil tersenyum mengenang saat pertama kalinya bertemu dengan Retno.
"Benarkah?!" Retno menggaruk-garuk kepalanya, ia benar-benar lupa mengenai kartu member itu.
Sambil tersenyum Cakra menganggukan kepalanya.
"Ya sudahlah, aku sama sekali tidak keberatan. Tapi jangan cuma kartunya saja yang kamu simpan, orangnya juga ya" Cakra mencoba menggombali Retno.
Mendengar gombalan Cakra, Retno tersipu malu sambil menundukan kepalanya.
"Tapi tak lama setelah itu aku tidak lagi melihat mas cakra, mas cakra pergi meninggalkan aku begitu saja." ucap retno.
"Aku mendapat beasiswa kuliah kedokteran di Jakarta, waktu itu aku tidak punya handphone untuk menghubungimu, aku juga tidak tahu rumahmu di mana. Tapi selama satu minggu berturut-turut sebelum aku berangkat, aku menunggumu di perpustakan, sayangnya selama satu minggu itu kamu tidak datang ke perpustakaan." terang Cakra.
"Saat itu aku di rawat, aku terkena DBD." ucap Retno.
"Aku pernah berjanji pada diriku sendiri setelah aku resmi menjadi dokter aku akan mencarimu kembali, namun setelah aku kembali ternyata kamu sudah menikah dan memiliki rangga."
"Aku memang terlambat datang kepadamu, tapi aku ingin selalu memastikan kamu dan keluargamu sehat, maka dari itu aku menawarkan diri untuk menjadi dokter keluargamu. Aku pikir ini adalah kesempatan kedua yang tuhan berikan untukku, so maukah kau menikah denganku?" iuang Cakra.
Retno terdiam sesaat ia berfikir tak mungkin baginya untuk menerima cakra karena dirinya adalah ODHA, ia tidak mau menularkan penyakit yang di deritanya pada orang sebaik Cakra.
"Mas cakra ini kan masih single dan berpendidikan pasti banyak gadis-gadis di luar sana yang jauh lebih cantik dan berpendidikan yang lebih pantas untuk mas cakra, aku tidak ingin kedua anak-anakku merepotkan mas cakra."
Retno menggunakan alasan keduanya untuk menolak cakra, karena ia tidak mungkin mengatakan jika dirinya ODHA.
"Aku sudah menganggap rangga dan rama seperti anakku sendiri, aku sangat menyayangi mereka, aku tidak pernah merasa di repotkan oleh mereka, justru aku sangat senang bisa terus berada di samping mereka menyaksikan tumbuh kembang mereka."
"Maaf mas cakra, aku tetap tidak bisa menerima mas cakra."
"Kenapa?"
"Aku tidak bisa mas."
"Apa alasannya?" Cakra terus memaksa retno mengatakan apa alasandia menolak dirinya.
"Karena a-aku... a-aku..." Retno benar-benar bingung harus memberikan jawaban apa terhadap cakra.
"Aku tidak mencintaimu" ucap Retno, sambil membuang wajahnya agar Cakra tak melihat kilatan kebohongan yang terpancar dari matanya.
"Benarkah? bukankah dulu kamu juga sempat mencari dan menungguku?"
"Itu dulu mas cakra, itu hanya cinta monyet. Sekarang sudah berbeda, aku sudah tidak mencintai mas cakra lagi." Retno berusaha untuk tenang agar cakra tak menemukan celah, jika retno sedang berbohong kepadanya.
"Terima kasih atas makan malamnya, aku permisi dulu. Assalamualaikum." Retno beranjak dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan cakra yang masih terdiam di restoran dengan tatapan nanar melihat kepergian retno.
Retno pergi berlari keluar dari restoran, beruntung ia langsung mendapatkan taxi, ia meminta supir taxi tersebut mengantarnya pulang.
"Maafkan aku mas cakra, maafkan aku. Aku terpaksa mematahkan hatimu, demi kebaikan mas cakra, mas cakra berhak mendapatkan wanita yang jauh lebih layak dariku." gumam Retno, retno tidak dapat lagi menahan air matanya, sepanjang perjalan menuju kediamannya ia menangis, menumpahkan kesedihannya.
"Sudah sampai bu." Ucap supir taxi yang membawa retno pulang ke kediamannya.
Retno langsung menghapus air matanya, kemudian ia memberikan uang kepada supir taxi tersebut.
"Terima kasih." ucap retno, ia keluar dari taxi.
Ia menghela nafas panjangnya sebelum ia masuk ke dalam rumahnya.
"Umi... umi sudah pulang?" Rangga menyambut kedatangan retnyo sambil mendorong stroler adeknya.
"PRnya sudah di kerjakan mas?"
"Sudah umi."
"Umi periksa ya." Retno menggendong rama samabil menggandeng rangga menuju kamar kamar rangga.
Satu bulan pasca penolakan Retno terhadap Cakra, tak membuat Cakra menyerah begitu saja, ia masih terus berusaha mengejar Retno.
Bahkan Cakra menghampiri Retno di kantornya, hari itu merupakan hari terakhir retno dan seluruh karyawannya menyelesaikan project terakhir bersama Bu Andini.
Bersamaan dengan itu Retno pun sudah menjual seluruh asset termasuk ruko kantornya kepada pihak lain. Hasil penjualan asset tersebut, rencananga akan ia gunakan untuk membayar semua kewajiban-kewajiban perusahaannya, seperti: hutang, gaji, pesangon dll. Sisanya ia gunakan untuk tabungan Rama dan Rangga serta modal usaha, rencananya Retno ingin membuat toko kue di rumahnya.
"Sekali lagi saya ucapkan terima kasih atas kerja kerasnya selama ini, semoga di tempat lain kalian bisa jauh lebih sukses dan semoga kenangan, pengalaman serta ilmu selama berada di kantor ini menjadi bekal bagi kalian semua. Mohon maaf jika saya ada salah-salah kata atau perbuatan, selamat siang, wassalamualaikum" ucap retno di penghujung pertemuannya bersama seluruh stafnya yang bekerja.
"Bu retno, maafin tia juga ya jika selama ini tia banyak salahnya hiks..." Tia mendekat ke arah retno, ia menangis sambil memeluk retno. Kemudian di susul dengan sataf wanita yang lainnya bersama-sama memeluk retno.
Suasana kantor hari itu menjadi sangat haru, isak tangis para staff mewarnai perpisahan mereka. Setelah satu jam kemudian barulah satu persatu para staffnya berpamitan pulang, sementara retno masih ingin berkeliling memutar memory indahnya di kantor milik peninggalan bapaknya.
"Ini pak kuncinya." Retno menyerahkan kunci kantornya pada security yang bertugas menjaga kantor tersebut.
Dari kejauhan retno melihat Cakra mendekat ke arahnya, Retno pun berjalan ke arah Cakra.
"Ada yang ingin aku bicarakan padamu." ucap Cakra.
"Tentang hubungan kita? kan semuanya sudah jelas mas."
"Biar aku saja yang mencintaimu, dengan kamu mengizinkan aku untuk selalu dekat denganmu dan anak-anak saja bagiku sudah cukup."
"Maaf mas cakra, aku benar-benar tidak bisa. Maafkan aku."
Rintik gerimis mengiringi langkah Retno menjauh dari Cakra, namun langkahnya terhenti saat cakra mengatakan.
"Karena kamu seorang ODHA, sehingga kamu menolakku?"
Seketika retno membalikan tubuhnya menghadap cakra, ia benar-benar terkejut karena ternyata cakra mengetahui rahasia besarnya.
"Da-dari mana mas tahu?" tanya retno terbata-bata.
"Mulai minggu depan aku yang akan menanganimu, dokter yang saat ini menanganimu akan pindah tugas ke luar kota dan aku yang akan menggantikannya" Cakra berjalan mendekat ke arah retno.
"Jika mas cakra sudah tahu, mengapa mas cakra nekat melamar aku. Apa mas cakra tidak memikirkan keselamatan diri mas sendiri?"
"Aku dokter, jadi aku tahu bagaimana cara pencegahannya."
"Mas, pernikahan itu tak hanya menyatukan dua insan tapi juga dua keluarga. Apa mas sudah memikirkan bagaimana perasaan orang tua mas jika mengetahui menantunya seorang ODHA? Bagaimana pandangan orang-orang di sekitar terhadap mas dan juga keluarga mas cakra. Lagi pula aku yakin kedua orang tua mas cakra menginginkan keturunan dari mas cakra, terlebih mas cakra anak laki-laki satu-satunya. Percayalah mas, mas akan dapatkan wanita yang jauh lebih baik dari aku yang pantas untuk mas cakra. Terima kasih banyak atas semua kebaikan dan perhatian yang mas berikan untuk aku dan juga anak-anakku, aku permisi dulu ya mas, assalamualaikum."
Cakra tidak dapat lagi berkata apa-apa, ia hanya terdiam meski hatinya masih ingin terus mengejar retno. Secara logika semua yang dikatakan retno memang benar adanya, kedua orang tuanya sudah memaksa cakra untuk menikah dan memberikannya cucu.
sungguh menguras air mata, tapi sangat puas n byk pelajaran yg bisa diambil dlm cerita ini
sungguh sangat terharu dgn novel ini