Hari pernikahan yang seharusnya mempersatukan mereka dalam ikatan suci pernikahan berubah menjadi hari duka bagi Kerenza Alana, dimana sang kekasih hatinya di bunuh oleh kelompok mafia yang tidak dikenalnya.
Karena hal itu ia memutuskan pergi dari negaranya membentuk kekuatan dan kekuasaan di negara lain.
Setelah tiga tahun, dirinya kembali lagi untuk membalaskan dendamnya, namun siapa sangka jika ternyata bersamaan dengan itu lelaki tampan datang mengambil alih pekerjaannya.
akankah tujuan mereka sama.? yuk simak ceritanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon baene, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapeter 31
Hari ini adalah hari rabu dimana adalah akan ada pertemuan antara Kerenza dan Wanita misterius yang sedang mencari incarannya, dan persiapan pun sudah di lakukan oleh anggotanya.
Tapi sebelum pertemuan siang nanti Helena harus berangkat ke kantor lebih dulu untuk mengakan meeting penting dengan jajaran petinggi perusahaan termasuk para pemegang saham yang di dalamnya ada Robert juga dan Max.
" Nona Alana, sarapan sudah siap." ucap bibi Caroline sambil mengetuk pintu kamar Kerenza.
" Kenapa kau harus menggangguku disini, kau bisa saja menunggu di meja makan. Dan apa ini kenapa kau harus mengantarkannya disini."
Kerenza bertnya setela membuka pintu dan memperislahkan Bibi Caroline untuk masuk dan menaruh nampan makanannya.
" Saya hanya ingin memastikan kau makan nona Alana."
" Tapi saya bisa makan di meja makan."
"Maaf tapi sayan harus memastikm kau makan dan tidak lagi sembarangan makan dimeja makan."
" Kenapa."
" Karena ini demi kesehatanmu."
" Ya, baiklah terimakasih dan silahkan keluar."
" Baik nona, saya permisi."
Kerenza kembali menutup pintu kamarnya dan dan mengambil tempat untuk duduk hendak makan, tapu tepat pada saat itu pintu kembali di ketuk dan menampakan Catliene dengan wajah yang sedikit panik, tapi kemudian ia menghela napasnya saat mengetahui kalau Kerenza belum menyentuh makananya.
" Ada apa Catline?"
Kerenza bertanya saat Catlien tidak bicara sementata arah pandanganya tertuju pada makanan yang ada di nakas Kerenza.
" Hei..! ada apa." ulang Kerenza.
" Emm Keren, apa kau mau makan makananmu itu." Tanya Catlien ragu ragu.
" Kenapa? kau menginginkannya?"
" Jikalau boleh untukku."
" Apa bibi Caroline tidak memasak banyak"
" Dia memasak tapi aku sepertinya menginginkan makananmu itu." jawab Catline penuh harap.
" Baiklahkau ambil saja, nanti aku makan yang lain saja."
" Terimakasih Keren." saut Catline dan membawa nampan itu keluar.
Sedangkan dI dapur setelah Bibi Caroline tiba disana dia mengbil ponselnya dan mengetikan sesuatu. " sudah saya berikan padanya mulai pagi ini tuan."
Bibi Caroline sibuk dengan ponselnya ponselnya tanpa tau jika dari kejauhan ada yang sedang mengawasinya dan menatap setiap gerak geriknya " Aku tidak akan membiarkan kamu melakukan reecanamu dengan siapa pun itu. Aku akan mencegah setiap usahamu. walau hanya itu yang bisa ku lakukan tapi aku akan tetap melakukannya." Batinnya.
" Nona Alana kenapa kau makan di meja makan lagi.?"
Bibi Caroline bertanya saat dirinya mendapati Kerenza makan kambli si meja makan bersama dengan yang lainnya seperti biasa.
" Oh iya maaf Bibi tapi makananku sudah di makan oleh Cartlie, jadi mau tidak mau aku makan di sini saja.'
" Tapi aku sudah menyiapkan khusus untukmu nona Alana."
" Khusus? apa ada sesuatu di makanan itu sehingga kau tidak menerima jika orang laib memakan makanan itu? sepertinya itu hanya sandwich biasa seperti sebelunya yang sering kita makan. Atau ada sesuatu di dalamnya yang kau tambahkan Bibi Caroline."
Hieber bertanya dengan tatapan penih selidik ke arah Bibi Carilone, sudah pasti dia mencurigai gerak gerika wanita ini yang tidak biasanya.
" Iya ada apa dengan makanan itu? apa benar ada sesuatu didalamnya."
Kaisar ikut bertanya dengan tatapan yang sama seperti Hiebert, tatapan penuh selidik. wajar jiak seperti itu karena sekarang mereka benar benar harus ekstra hati hati pada siapa pun itu termasuk yang mengabdi pada mereka sekalipun.
" Tidak ada. hanya saja dalam sandwich saya hanya menambahkan daging yang lebih banyak untuk kesehatan Nona Alana."
" Oh, ya sayang sekali kalau begitu."
" Kenapa?" tanya mereka bersamaan baik Krenza, Hiebert, Kaisar dan taj terkecuali bibi Caroline.
" Sandwichnya jatuh saat aku terpleset tadi dan itu semua karena Hiebert yang sembarang menuangkaa air di lantai." Seru Catline dengan wajah cemberutnya.
" Jangan menyalahkan aku karena kecerobohanmu nona." sentak Hiebert.
" Ck kau sangat menyebalkan sekali."
" Sudah Hentikan!" bentak Kerenza " Kalian selesaikan sarapan dan segera berangkat." ucap Kerenza dan langsung berdiri meninggalkan meja makan.
Yang lain ikut menyusul Kerenza kecuali Hiebert yang masih menatap Bibi Caroline dengan tatapan dinginnya, diam hingga akhirnya ia berkata." Aku tidak akan membiarkan kamu melakukan apa yang kau mau Nyonya! apa kau pikir aku tidak tau apa yang kau campurkan di sandwich itu."
" Memangnya apa yang aku lakukan?"
Caroline menatap Hiebert dengan tatapan menantang, dia sama sekali merasa tidak takut dengan pria yang ada di hadapannya ini. Etah apa yang membuat diserasa seperti itu, apa mungkin karena dia belum mengetahui siapa Hiebert yang sebenarnya atau memang tidak ada kata takut di kamus seorang Caroline.
" Kau!" bentak Heieber, tanganya sudah menarik kerah baju wanita setengah baya itu tanpa perasaan, bahkan tatapanya semakin nyalang saja untik Caroline.
" Kau berungtung karena aku tidak langsung menghabisimu, jika saja karena bukan permintaan tuanku, aku sudah melenyapkanmu saat ini juga."
" Siapa tuanmu? apa dia orang yang sama dengan tuanku? atau kau memiliki tuan lain yang juga bertujuan untuk mengahbisi Alana."
" Tutup mulutmu Nyonya, jika masih ingin hiduo maka segera urungkan niatmu. Atau jika tuanku sudah bosan maka aku tidak akan selamat darinya."
" Kakatan pada tuanmu, aku tidak akan berhenti sebelum tujuanku terpenuhi, dan jika dia mau menghentikan ku lebih baik di hentikan sekarang dari pada nanti dia menyesal."
" Jangan pernah mengancan tuanku, jika kau tidak mau berakhir cepat." tekan Hiebert.
" Apa kau hanya bisa mengancamku anak muda. Jika iya, lebih baik kau belajar banyak bagaimana mengahdapi musuh." kata Caroline dengan senyum mengejeknya.
" Kau.-"
" Hiebert.!" panggil Kerenza membuat lelaki itu menghentikan ucapannya.
" Ingat! aku akan terus mengawasimu."
Hiebert berlalu pergi setelah mengatakan itu, menuju halaman dimana Kerenza dan yang lainnya berada. " maaf aku tiba tiba sakit perut jadi agak lama." kata Hiebert beralasab saat tatapan Kerenza mengarah padanya.
" Kita berangkat." ajak Kerenza.
"Morning love."
Brillo datang dan menghentikan langkah mereka semua, berjalan mendekat dan satu kencupan mendarat tepat di bibir Kerenza yang membuat Kisar Catline dan beberapa pengawal disana melotot kecuali Hiebert yang memalingkan wajahnya ke arah lain.
" Apa yang kau lakukan Brillo."
" Tentu saja menyapa wanitaku."
" Tapi kenapa kau harus menciumku di hadapan mereka semua."
" Kenapa? ada yang keberatan? apa kau keberatan Hieberr?" tanya Brillo pada Hiebert.
" Tidak tuan muda. sama sekali tidak keberaran dengan hal itu." jawab Hiebert tenang.
" Dan kau Kaisar? kau keberatan." tanya Brilli lagi tapi kali ini tangannya sudah merangkul mesra pinggang Kerenza yang membuat Kerenza semakin melotot padanya.
" Tidak tuan muda, saya juga tidak keberatan." jawab Kaisar cepat.
" Saya juga tidak tuan muda." timpal Catline.
" Kau dengar love mereka tidak keberatan."
" Ck menyebalkan sekali kalian ini."
Kerenza pergi menuju mobil miliki Brillo karena dia yakin jika kedatangan Brillo untuk menjemputnya dan dia tidak mau lagi menolak karena percuma saja.
Usai kepertian Helan kini giliran Aggotanya untuk berangkat, tapi sebelum berangakat Kaisar mendapat panggilan telepon dari Miguel dan itu menjadi kesempatan bagi Catline untuk bicara pada Hiebert.
" Sebentar aku angkat telepon dulu." kata Kaisar meninggalkan mereka.
" Terimaksmasih." ucap Catline setelah kekasihnya pergi.
" Untuk apa." tanya Hiebert dingin.
" Aku tau kau sengaja melakukan itu agar makanan itu tidak aku makan. aku tau seperti apa dirimi, tidak mungkin sembarangan untuk bertindak ceroboh."
" Aku tidak menyelamatkanmu, tapi itu murni karena ketidak sengajaan." jawab Hiebert cuek.
" Baiklah jika kau mengatakan itu ketidak sengajaan."
" Kau tau, aku tidak akan membiarkan siapa pun mencelakai Kerenza, bahkan termasuk dirimu."
Hiebert berkata penuh penekanan, menatap tajam pada Catline denga raut muka yang tidak bisa di tebak.
" Sudah ayo berangkat." ajak Kaisar.
Mereka berangkat menyusul Kerenza yang lebih dulu menuju kantor.
TBC