Hagia terkejut bukan main karena dirinya tiba-tiba dilamar oleh seorang pria yang jauh lebih muda dari usianya. Sebagai seorang janda beranak satu yang baru di ceraikan oleh suaminya, Hagia tidak menyangka jika tetangganya sendiri, Biru, akan datang padanya dengan proposal pernikahan.
"Jika kamu menolakku hanya karena usiaku lebih muda darimu, aku tidak akan mundur." ucap Biru yakin. "Aku datang kesini karena aku ingin memperistri kamu, dan aku sadar dengan perbedaan usia kita." sambungnya.
Hagia menatap Biru dengan lembut, mencoba mempertimbangkan keputusan yang akan diambilnya. "Biru, pernikahan itu bukan tentang kamu dan aku." kata Hagia. "Tapi tentang keluarga juga, apa kamu yakin jika orang tuamu setuju jika kamu menikahi ku?" ucap Hagia lembut.
Di usianya yang sudah matang, seharusnya Hagia sudah hidup tenang menjadi seorang istri dan ibu. Namun statusnya sebagai seorang janda, membuatnya dihadapkan oleh lamaran pria muda yang dulu sering di asuhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Starry Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Hagia terlihat berjalan kesana kemari dengan wajah khawatir, sebab Hasya hilang dari pandangan matanya. Saat bertanya pada mbak Sri, wanita paruh baya itu tidak tahu kemana perginya gadis kecil yang biasa diasuhnya, sebab ia sibuk membuat kue bersama beberapa tetangga Hagia.
"Kemana sih? Kayaknya belum lama teriak-teriak." gumamnya. Matanya celingukan mencari keberadaan putrinya, wanita dengan bergo cream itu berjalan sampai teras rumah, namun belum menemukan tanda-tanda keberadaan putrinya.
"Kamu cari Hasya?" suara Malik mengalihkan perhatian nya.
Hagia menoleh kearah pria yang sedang asik dengan burung murai batu peliharaan nya yang bersiul riuh. "Bapak liat Hasya gak? Di dalam rumah gak ada."
Malik meliriknya sambil bersiul seolah berbicara dengan burung dalam sangkarnya. "Jelas gak ada, Hasya di bawa Bilal ke rumahnya. Katanya Biru kangen, udah dua hari gak ketemu sama Hasya." jawab Malik tanpa mengalihkan perhatiannya.
"Bilal kesini?" Hagia berjalan mendekati Malik dan duduk di kursi rotan yang ada di sebelahnya.
"Iya, si Hasya juga mau-mau aja di ajak Bilal. Katanya mau ketemu sama Abinya." cerita Malik terkekeh, saat Bilal datang menjemput cucunya. Gadis kecil itu sama sekali tidak menolak saat mendengar nama Biru.
Hagia melamun sambil bertopang dagu, sudah dua hari ini mereka di pingit oleh umi Salma yang melarang keduanya untuk bertemu. Tapi ia tidak menyangka jika Biru menyuruh Bilal untuk membawa Hasya ke rumahnya.
Saat sedang larut dalam lamunan, suara mbak Sri membuyarkan, katanya salah satu karyawan toko menelepon, Rani. Hagia bergegas masuk dan berbicara dengan Rani.
"Assalamualaikum. Ada apa, Ran?" tanya.
"Walaikumsalam, Bu. Saya sama Tia sudah mengantar seragam yang untuk keluarga Kyai Ismail, tapi kata umi Salma, seragam yang untuk saudara nya langsung diantar kerumah masing-masing. Gak jauh sih, di kampung sebelah." lapor Rani dari ujung telepon.
"Memang sorban nya udah datang?" paket seragam yang disediakan memang bukan hanya pakaian. Tapi dari sandal atau sepatu heels, sampai sorban dan kopiah. Semua itu atas permintaan Biru yang langsung dibayar tunai pada Hagia.
"Sudah tadi pagi, makanya langsung saya antar. Biar besok bisa handle punya keluarga Bu Hagia." bukan hanya Hagia yang repot mempersiapkan pernikahan, tapi juga seluruh karyawan toko, yang nantinya akan Hagia hitung sebagai kerja lembur.
"Oke deh, kalian hati-hati.
Assalamualaikum." pesannya mengingatkan.
"Walaikumsalam." sahut Rani, lalu Hagia menutup teleponnya.
Malik berjalan dengan senyum lebar dari arah luar, Hagia mengerutkan keningnya melihat wajah sumringah bapak nya seperti ada sesuatu.
"Bapak kenapa?" tanyanya heran.
"Seragam nya udah dikirim?" Hagia mengangguk. "Berarti bapak punya baju baru dong." kata riang sambil menarik turunkan alisnya.
Hagia tertawa pelan mendengarnya, entah apa yang membuat pria 59 tahun itu bersikap seperti anak kecil hanya karena baju baru.
"Perasaan, Hagia sering beliin bapak baju baru." Ia ingat, setiap kali ada baju Koko terbaru, sarung, atau apapun. Hagia selalu membelikan untuk ayah tercintanya, ia berusaha memberikan yang terbaik untuk satu-satunya orang tua yang ia miliki.
Malik duduk disamping Hagia dan memeluk pundak putrinya. "Kan baju yang ini beda. Ini baju dari calon suamimu, jadi bapak merasa spesial." ujarnya.
Hagia mendengus. "Bapak itu bukan martabak, apalgi nasi goreng. Gak usah merasa spesial." protesnya.
Namun Malik sama sekali tidak perduli, ia tetap dengan perasaan bahagianya. "Tapi, Nak. Kalau bapak gak pake sorbannya gak apa-apa kan?" ia merasa tidak pantas memakai sorban, sebuah kain yang identik dengan ke-sholihan pemakainya.
"Ya gak apa-apa, Pak. Yang pakai yang mau-mau aja, cuma kata Gus semua paket seragamnya harus sama. Jangan yang ini dikasih sorban, yang lainya nggak. Cuma kalau bapak merasa berat pakainya, ya gak usah di pakei. Gimana nyamannya bapak aja." tutur Hagia, membuat Malik semakin bimbang.
.....
Di kediaman Bachtiar, suasana rumah menjadi ramai dengan suara riang Hasya. Umi Salma tampak sudah menerima kehadiran bocah tiga tahun itu sebagai anggota baru keluarganya. Tiba-tiba memiliki cucu yang sudah bisa diajak bermain, bukan sebuah hal yang buruk, pantas saja Biru mendesak Bilal untuk menjemput gadis kecil itu.
"Utiiiii, tolong!!!" pekiknya melengking, kaki kecilnya berlari menuju kearah umi Salma, dan dibelakang Biru mengejarnya.
"Hahah..... Utiiiii, Abi mau makan Hasya!" ia menyembunyikan tubuh mungilnya di belakang kaki umi Salma.
Umi Salma langsung mengangkat tubuh mungil itu dan membawanya masuk dalam kamar. "Umi! Umi! Jangan masuk kamar dong." rengek Biru di depan pintu.
"Shuuttt." umi Salma tersenyum dan meletakkan jari telunjuknya didepan bibir, sebagai isyarat agar Hasya diam. Bocah itu menutup mulutnya dengan keduanya tangannya.
"Umi, buka pintunya. Umiiii, umiiii!" teriak Biru. Namun umi Salma mengabaikannya dan membawa Hasya duduk diatas kasur.
"Uti, kasian Abi nya." cicit Hasya mendengar teriakan Biru yang masih belum menyerah.
Tangan umi Salma membelai bibi chubby Hasya dengan lembut. "Biarin aja, Abi sebentar lagi mau ke pesantren." katanya, dan benar saja tak lama suara Biru sudah tidak terdengar.
"Abi kelja?" tanyanya polos.
Umi Salma tersenyum lembut. "Iya, Abi kelja." jawabnya menirukan cedal Hasya.
Namun setelah mendengar jawaban utinya, wajah mungil Ir jadi murung. "Hasya kenapa? Gak suka Abi kerja?" tanyanya langsung diangguki Hasya. "Kenapa?" ia tentu bingung dengan reaksi Hasya.
"Nanti Abi jadi kayak ayah." cicitnya pelan.
Umi Salma mengerutkan keningnya semakin tidak paham dengan maksud calon cucunya. "Memangnya ayah kenapa?"
"Ayah kelja, ayah capek, ayah gak mau main sama Hasya." tuturnya dengan bibir mengerucut.
Umi Salma kini paham, mungkin dulu mantan suami Hagia jarang bermain dengan putrinya dengan alasan lelah bekerja. Itu sebabnya Hasya terlihat tidak suka mendengar Biru bekerja.
"Jadi Hasya takut Abi gak mau main sama kamu?" tanyanya memastikan, dan mendapat anggukan mantap dari Hasya. "Abi pasti mau main sama Hasya, kalau Abi gak mau main sama Hasya. Hasya main sama Uti, Kakek Abi, atau sama Acil Bilal." katanya memeluk Hasya dan memberi pengertian.
"Kakek Abi juga kelja, Uti." ralatnya, mengingat sejak dirinya datang belum bertemu dengan kakek Abi Ismail.
Umi Salma tertawa dan mencium pipi Hasya dengan gemas. "Kita ke dapur, yuk. Ada mbak-mbak lagi buat kue, Hasya mau?" tawarnya mengalihkan perhatian.
Tanpa ada penolakan, Hasya langsung berseru. "Hasya mau kue colekat."
Lagi-lagi umi Salma tertawa mendengar kata-kata yang keluar dari mulut mungil itu. "Kue coklat, sayang. Bukan colekat." ralatnya turun dari kasur dan menuntun Hasya kearah dapur.
Di dapur, ada beberapa pekerja dan santriwati yang sedang sibuk membuat berbagai macam jenis kue kering. Meskipun serangkaian acara tidak diselenggarakan di rumah, namun umi Salma tetap sibuk menyiapkan berbagai kue untuk di suguhkan kepada tamu-tamu dan keluarga yang nanti akan singgah ke rumahnya.
*
*
*
*
*
TBC
Happy Reading 🤗🤗🤗🤗🤗
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian di kolom komentar, like, subscribe, dan vote 🥰🥰🥰
Sarangeeee sekebon jagung tetangga 🫰🏻🫰🏻🫰🏻