Lin Zhiyuan, adalah pemuda lemah yang tertindas. Ia menyelam ke kedalaman Abyss, jurang raksasa yang tercipta dari tabrakan dunia manusia dan Dewa, hanya untuk mendapatkan kekuatan yang melampaui takdir. Setelah berjuang selama 100.000 tahun lamanya di dalam Abyss, ia akhirnya keluar. Namun, ternyata hanya 10 tahun terlalui di dunia manusia. Dan saat ia kembali, ia menemukan keluarganya telah dihancurkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25 Kawan, atau Lawan
Bisikan marah terdengar di antara para warga.
“Apa katamu…?”
“Berani sekali dia…”
“Kera?!”
Salah satu pria tua yang memegang tongkat berdiri maju, menatap Zhang Wei tanpa gentar.
“Memberi kami hidup?”
Nadanya tajam, penuh emosi yang telah lama tertahan.
“Kekaisaran TIDAK PERNAH ADA untuk kami!”
Zhang Wei mengangkat alis, tidak percaya seseorang berani berbicara seperti itu di hadapannya.
Pria tua itu melanjutkan,
“Ketika desa kami dibakar, ketika keluarga kami dibantai, ketika rumah kami berubah menjadi abu… Kekaisaran tahu siapa pelakunya. Kalian tahu. Tapi apa yang kalian lakukan?”
Semua warga ikut berseru, suara mereka pecah seperti air bah:
“Diam!”
“Kami dibiarkan mati!”
“Kami dianggap sampah!”
“Kami bahkan mendapat diskriminasi ketika mencoba mengungsi ke kota lain!”
“Sekarang kalian menyuruh kami tunduk? APA KAU SUDAH GILA?!”
Nada kota itu naik.
Energi spiritual tipis bergetar di udara karena amarah kolektif.
Zhang Wei menatap mereka semua dengan sinis. “Berani sekali kalian menggonggong kepada kekaisaran.”
Ia meludah ke tanah.
“Manusia-manusia rendahan yang tidak tahu diri.”
Tangan-tangan para prajurit mulai meraih gagang pedang.
Yexuan yang melihat dari kejauhan mengerutkan alis tajam, tangannya yang memegang pisau dapur mulai bergetar karena marah dan benci dan cemas.
'Orang-orang ini sudah gila! Kalian membenci kekaisaran? Baiklah. Tapi mengatakan itu di depan Zhang Wei?! Di depan panglima yang terkenal membantai seluruh desa hanya karena satu orang tidak menunduk?'
Ia mengertakan giginya. Dalam hatinya, Yexuan ingin menerjang ke depan, ingin menghentikan warga yang sudah kehilangan kendali itu, ingin berteriak agar mereka berhenti menantang kematian.
Namun ia tidak bisa melakukan itu. 'Tidak bisa... jika orang itu melihatku, maka tamatlah sudah....'
Sementara itu di lapangan, para warga tetap menatap teguh ke arah rombongan prajurit kekaisaran. Tidak ada yang bergerak. Tidak ada yang menunduk.
Zhang Wei menggeram, suaranya rendah namun penuh ancaman mematikan. “Aku akan mengatakannya sekali lagi… Tunduk atau mati.”
Tidak ada yang merespon.
Hanya angin yang berdesir.
Salah satu prajurit mengetuk pedangnya ke tanah. “Jenderal, izinkan kami menghabisi mereka!”
Zhang Wei mengangguk perlahan. Senyum tipis namun kejam muncul di bibirnya. “Kalau begitu… Ini adalah hari eksekusi kalian.”
Ia mengangkat tangan.
Para prajurit langsung melangkah serempak maju dengan pedang terhunus.
Warga mulai berdesakan. Ketegangan naik.
Terasa seperti malam pembantaian akan terulang kembali. Trauma masa lalu yang seharusnya sudah sembuh.
Yexuan, yang melihat itu dari kejauhan, langsung berdiri.
“Tidak… ini buruk!” bisiknya panik.
Dia membenci Linzhang, dia membenci pemimpin kota ini yang hendak menjadikannya budak. Namun, setelah menghabiskan waktu seharian di kota ini, Yexuan mulai merasakan kehangatan dan tekad semua warga kota yang mencoba bangkit dari keterpurukan.
'Aku harus bergerak... Meski nyawaku menjadi taruhannya....'
Namun sebelum ia bisa melangkah lebih jauh
Udara Mendadak Berubah
Yexuan merasakan bulu tengkuknya berdiri.
Udara tiba-tiba menjadi berat.
Sangat berat. Seakan gunung besar menimpa bahunya.
Para prajurit yang hendak menyerbu berhenti mendadak. Lutut mereka bergetar, sebagian kehilangan keseimbangan.
“Apa… apa ini?!”
“Tekanan… spiritual?!”
Zhang Wei sendiri menajamkan mata. Tangan yang menggenggam tali kekang kudanya mengeras.
Ia menatap ke arah sebuah titik tertentu.
Tap... Tap... Tap...
Seseorang berjalan perlahan dari balik bayangan bangunan.
Langkahnya tenang. Tidak terburu-buru. Namun setiap langkah mengguncang jantung siapapun yang melihatnya.
Para prajurit, bahkan Zhang Wei menahan nafas mereka.
Sosok itu muncul sepenuhnya.
Zhiyuan.
Aura gelap dan dingin yang mengelilinginya membuat udara bergetar.
Tatapannya datar— Namun di balik pupilnya…
Terdapat monster yang siap menelan siapa saja.
Warga langsung mundur memberi jalan, bukan karena takut padanya… Tapi karena mereka tahu siapa yang melindungi Linzhang.
Zhiyuan berhenti tepat di antara rakyatnya dan prajurit kekaisaran.
Ia mengangkat wajah sedikit, menatap Zhang Wei.
“Datang tanpa diundang… dan berniat membantai rakyatku.”
Suaranya tenang, namun menyimpan bau kematian.
Ia mengangkat dagunya kecil.
Ekspresi datar, namun retakan aura membunuh tampak dengan jelas.
“Apakah kau sudah bosan hidup?”
Yexuan memegang dadanya kuat-kuat. Jantungnya berdegup begitu keras sampai ia merasa seolah tubuhnya sendiri menolak kenyataan di depan mata.
“Zhiyuan… kau memang kuat. Tapi… melawan Zhang Wei? Seorang Jenderal Kekaisaran dengan ranah Pendekar Langit tingkat 5? Apakah kau benar-benar mampu?”
Ketakutan dan kekaguman bercampur dalam diri Yexuan.
Sementara Zhiyuan berdiri bagai dinding baja yang tak bisa ditembus, ketenangannya membuat semua orang lupa bahwa di hadapan mereka berdiri salah satu jenderal paling mengerikan di Kekaisaran Langit Zen.
Zhang Wei akhirnya menekan napas panjang, meredakan syok yang sempat mencengkram dadanya sebelum ia menyembunyikan segalanya di balik wajah datar.
Ia menarik kendali kudanya lalu turun dengan perlahan.
Langkahnya mendekati Zhiyuan, tidak terburu-buru, namun penuh kewaspadaan. Aura membunuh tipis mengitari tubuhnya, namun ia menekannya kuat-kuat agar tidak memancing konfrontasi langsung.
Dalam hati, Zhang Wei sudah memahami siapa yang berdiri di depannya.
'Jadi, ini dia… orang yang membunuh Patriark Wang dan menghancurkan Kota Wangzen dalam semalam....'
Meskipun kebenaran pasti belum jelas, semua laporan intel menuding satu nama.
Dan hari ini, ia melihatnya dengan mata kepala sendiri.
Zhang Wei kemudian menoleh kearah prajuritnya, lalu mengangkat satu tangan.
“Masukkan pedang kalian.”
Para prajurit langsung mundur setengah langkah sebelum menyarungkan kembali senjata mereka tanpa membantah sedikit pun.
Warga yang tadinya bersiap mati perlahan menurunkan bahu mereka, beberapa hampir jatuh terduduk karena tegang.
Zhang Wei merogoh sakunya, mengambil kertas kuno dengan segel emas kekaisaran.
Dengan satu gerakan cepat dan penuh wibawa, ia membuka gulungan itu, memperlihatkannya langsung pada Zhiyuan.
Huruf emas yang memancarkan tekanan kekaisaran melompat dari permukaannya—sebagai bukti keahliannya.
“Lin Zhiyuan,” ujar Zhang Wei dengan suara tegas, “atas nama Kaisar Zen, kau diperintahkan untuk menghadap beliau segera.”
Warga terkejut. Prajuritnya sendiri bertukar pandang. Bahkan Yexuan membeku.
Zhang Wei melanjutkan,
“Kau telah menghancurkan Keluarga Wang dan terlibat dalam kehancuran Kota Wangzen. Kaisar ingin memastikan apakah kau adalah sekutu, atau musuh kekaisaran."
Kalimat itu melayang di udara, berat, penuh tekanan politik.
Namun Zhiyuan hanya menatapnya tanpa gentar sedikit pun.
“Bukan aku yang menghancurkan Wangzen,” jawabnya datar. Tidak ada pembelaan, tidak ada kemarahan—hanya fakta.
Zhang Wei mengangguk kecil.
“Aku tahu. Tapi rumor telah menyebar. Kau adalah pusat dari tragedi itu. Kekaisaran tidak akan tinggal diam saat begitu banyak rakyatnya mati dengan mengenaskan.”
Zhiyuan justru tertawa kecil.
“Lalu? Ketika keluarga Lin dihancurkan dan Kota Linzhang dibantai, dimana Kaisarmu ittu? Apa yang dia lakukan untuk kami? Padahal korban jiwa di pihak kami jauh lebih besar daripada yang dialami Wangzen. Dan sekarang... Kaisarmu ingin bermain dengan rasa iba?”
mlh kalo baru awal2..kek semua tokoh tu mukanya smaaaaaaa..🤣🤣