Menjadi Ibu Susu Anak Adik Ipar

Arga yang merasa risih, mencoba tak menghiraukan wanita disampingnya. Hingga membuat Melda buka mulut.

" Apa kita, tidak bisa berteman seperti dulu?" Ujarnya sambil menundukkan kepalanya, tak terasa air matanya pun sudah menggenang di pelupuk matanya. Melda berusaha kuat agar airmata itu tidak turun deras. Dan Hanya Arga yang bisa mendengar ucapannya, karena mereka duduk di kursi belakang. memang dia yang salah karena selama ini terlalu memaksakan kehendak, ingin menjadikan pria itu hanya miliknya.

Arga tak langsung membuka mulut, dia menyelami hatinya, karena terus terang saja dia masih trauma dengan apa yang dilakukan wanita itu. Walaupun sudah lama terjadi. Dia tidak mau cepat-cepat mengiyakan keinginan wanita itu, untuk kembali berteman, toh.. mereka juga tidak bermusuhan.

Arga sama sekali tidak membuka mulut. Juga tidak menjawab pertanyaan Melda. Akhirnya Melda pun diam. Masih ada kesempatan. lagian mereka berkerja dirumah sakit yang sama, jadi mereka masih bisa sering bertemu. Dan Dia akan terus mendekati pria itu Sampai dia mendapatkan hatinya.

Akhirnya pesawat landing, perjalanan dua jam yang membuat sesak napas bagi sebagian orang. Dan mereka pun berpisah. Arga yang sudah sampai rumah hanya disambut oleh bibi, karena mamah dan papahnya belum pulang dari rumah sakit. " Oalah mas... Gimana kabarnya?" Sambut si bibi dengan tangis harunya " Alhamdulillah bi saya baik-baik saja, bibi giman kabarnya?" Tanya Arga. saat wanita paruh baya itu memeluknya. " Ko sepi bi?, papah dan mamah kemana? Ameera mana? Rangga dan angel mana?" Tanyanya beruntun. rumahnya seperti tidak ada orang tidak ada suara tawa dan tangis anak dan keponakannya. Kalau Talita dan Angga pasti sedang kerja jadi Arga tidak menanyakan keberadaan mereka.

" Huhhh.." si bibi mengembuskan napas berat " apa ada yang terjadi bi, selama Saya pergi?" Tanya Arga penasaran. " semenjak mas Arga pergi, banyak yang terjadi mas.." ujar si bibi dengan pandangan lurus kedepan. " Maksud bibi apa? Apa yang terjadi?" Arga mulai tak sabar. Karena dia memang tidak tahu apa-apa selama empat bulan ini dia sama sekali tidak berkomunikasi dengan keluarganya, baik orang tuanya maupun istri dan anaknya. Jadi memang Arga tidak tau informasi apapun tentang keadaan keluarganya.

" Mas Angga sama mbak Raisa sudah berpisah, sekarang Bu Raisa pulang kerumahnya bersama anak-anak" ujar si bibi membuat Arga terkejut " apa mbak Raisa sudah tau?. perselingkuhan Angga dengan istrinya? Mangkanya mereka berpisah" batinnya menebak. " Terus mas Angga nikah lagi, sama wanita yang katanya satu kantor sama mas Angga." Ujar bibi lagi " terus mama dan papah pergi kemana?" " Bapak masuk rumah sakit mas, sudah tiga hari." Ujar si bibi membuat Arga bangun dari duduknya. " Mas Arga mau kemana mas...?"

" Mau kerumah sakit bi" ujar Arga langsung menuju mobilnya yang sudah beberapa bulan dianggurkan nya .

Setelah sampai dirumah sakit Arga langsung menuju ruang inap, setelah tadi bertanya pada salah satu rekannya yang hari ini jaga. " Assalamualaikum Mah pah" panggil Arga saat sudah masuk keruangan inap papahnya . " Walaikumsalam... Yaallah Arga" Tantri menangis haru dipelukan Arga. " Nak akhirnya kamu pulang, kamu kemana saja? Kenapa tidak kasih kabar? Mama papah khawatir" cerocos wanita paruh baya itu. " Maafin Arga mah" ucapnya sambil mengecup kening Tantri, Arga merasa bersalah kepada kedua orangtuanya. " Pah gimana kabar papah " ujar Arga memeluk Arya yang terlihat sudah baikan. " Papah baik-baik saja ga, kamu kenapa tidak kasih kami kabar?" Tanya Arya karena putranya itu seperti sudah tidak menganggap mereka lagi.

" Nanti Arga cerita, setelah papah sehat " dijawab anggukan oleh Arya. " Ga itu baju kamu ada darahnya, itu darah siapa?" Tanya Tantri melihat noda darah di pakaian Arga. " Arga kamu kenapa?" Tanya Arya khawatir. " Arga ga apa-apa pah, mah jangan khawatir, hanya luka kecil, mungkin ketekan jadi jahitannya terbuka lagi, mendengar itu Tantri rasanya ingin pingsan. " Dokter tolong! Tolong putra Saya!" Teriak Tantri meminta pertolongan. Akhirnya Arga mendapatkan perawatan dan lukanya pun di jahit ulang karena terlepas.

Talita yang mendapatkan telpon dari Tantri segera menuju kerumah sakit, Talita sangat senang mendengar kepulangan Arga suaminya, orang yang selalu dia rindukan. " Sayang" panggil Talita saat dirinya sudah berada diruang UGD, Talita langsung memeluk tubuh Arga dengan sangat erat membuat Arga setengah meringis. " Aku rindu mas" ujarnya tak bisa menahan tangis, saat Arga ingin membalas pelukan Talita, entah mengapa, bayang kala Talita yang sedang dikungkung oleh Angga memenuhi ingatannya dan suara itu....masih melekat di telinganya suara desahan istrinya yang mendapatkan kehangatan dari pria lain.

" Aww, " keluh Arga sambil memegangi perutnya. Talita melihat Arga kesakitan langsung melerai pelukannya. " Dokter Arga. sebaiknya Anda berbaring, agar jahitannya tidak tertekan" nasehat dokter yang menangani Arga, membuat Talita mengerenyitkan dahinya " luka?, kamu kenapa mas?" Tanya Talita khawatir. Dan langsung menyibak pakaian Arga." Tidak apa-apa, Hanya luka kecil kamu jangan khawatir" Ujar Arga, entahlah wanita itu khawatir benaran atau hanya sandiwara. Arga tidak tahu.

Arga langsung dibawa pulang karena pria itu tidak mau dirawat. Begitupun dengan Arya yang keadaannya sudah membaik dan diperbolehkan untuk pulang. " Kamu ga berangkat kerja?" Tanya Arga. melihat Talita belum siap-siap Masih mengenakan baju tidurnya.Talita langsung menghampiri Arga yang masih terbaring ditempat tidur. dengan senyum penuh minat dia berjalan semakin mendekat membuat Arga risih. Entah mengapa semenjak Arga menyaksikan istrinya dalam dekapan pria lain. Kali pertamanya dia merasa tidak nyaman. Biasanya dia sangat suka dengan gaya istrinya yang agresif terkadang saat dia masih bertugas dia ingin segera pulang. dia kangen dengan tingkah manja istrinya walaupun mereka hasil dari perjodohan.

" Ga, sayang.aku ga kerja aku lagi ambil cuti" ujarnya berbisik ditelinga kanan Arga dan sedikit menggigit nya, membuat Arga hampir terlena dengan jilatan lidah Talita ditelinga nya. Membuat Arga menahan gejolaknya. "Sayang, perut aku masih sakit" ujar Arga sambil menahan tangan Talita yang sedang meremas milik pria itu, membuat Talita yang sedang bergairah menghentikan kegiatannya. " Bukankah hanya perutmu yang sakit?, tidak dengan yang ini" Ujarnya dengan wajah mesum sambil terus membelai-belai milik Arga yang sudah hampir tegak.

" Memang... yang ini tidak sakit, tapi... sekali ditekan, bisa membuka jahitan, tunggu lukanya kering ok? lima atau tujuh hari" elaknya membuat Talita yang sedang bergairah langsung turun dari ranjang dan masuk kekamar mandi. Membuat Arga bernafas lega. Setidaknya dia bisa menghindar sebelum dirinya mengambil keputusan.

" Kamu mau kemana?" Tanya Arga. Melihat istrinya sudah ganti pakaian dan berdandan. " Kerja" Ujarnya singkat. " Bukankah kamu bilang tadi ambil cuti" tanya Arga heran. Tiba-tiba istrinya mau pergi kerja. " Aku berangkat dulu mas.." Ujarnya.. terdengar penuh dengan kekecewaan.