NovelToon NovelToon
Misteri Permainan Takdir

Misteri Permainan Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / CEO Amnesia / Pengasuh
Popularitas:883
Nilai: 5
Nama Author: Sagitarius-74

Maya yang kecewa dengan penghinaan mantan suaminya, Reno, mencoba mencari peruntungan di kota metropolitan.. Ia ingin membuktikan kalau dirinya bukanlah orang bodoh, udik, dan pembawa sial seperti yang ditujukan Reno padanya. "Lihatlah Reno, akan aku buktikan padamu kalau aku bisa sukses dan berbanding terbalik dengan tuduhanmu, meskipun dengan cara yang tidak wajar akan aku raih semua impianku!" tekad Maya pada dirinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagitarius-74, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RUMAH BARU

Tiba-tiba Murni merasa pandangannya mulai kabur. Ia limbung dan hampir terjatuh. Untungnya Made dengan sigap menangkap tubuh istrinya.

"Murni, kamu kenapa?" tanya Made panik.

" Aku.. Aku.." Suara Murni patah-patah. Ia tak sanggup menyelesaikan perkataannya karena pandangannya langsung kabur berganti hitam, ia tak bisa melihat apa-apa. Murni pingsan dalam dekapan Made.

"Murni! Murni!.. Bangun Sayang!.." Teriak Made, ia kaget karena baru pertama kalinya Murni pingsan. Ia takut ada apa-apa sama istrinya.

"Ayo, cepat bawa dia ke kamar! Jangan lupa, kamar kalian ada di lantai paling atas!" Bu Ratna pura-pura cemas, dengan sigap ia langsung membuka pintu.

Made memangku Murni mengikuti petunjuk Bu Ratna menggunakan lift menuju ke kamarnya yang ada di lantai 5.

Beberapa menit kemudian..

Murni membuka matanya perlahan. Ia merasa kepalanya sedikit pusing. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Rumah mewah, hadiah pernikahan, dan... pingsan.

"Kamu sudah sadar, Yang?" tanya Made yang duduk di sampingnya, tampak khawatir.

Murni mengangguk lemah. "Aku di mana, Mas?"

"Kamu di kamar tidur rumah baru kita," jawab Made, tersenyum lega. "Kamu tadi pingsan karena terlalu kaget dan bahagia."

Murni mencoba bangkit dari tempat tidur, namun tubuhnya masih terasa lemas. Made membantunya untuk duduk.

Murni mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Kamar tidur itu sangat luas dan mewah, dengan tempat tidur berukuran besar, lemari pakaian yang besar, dan kamar mandi pribadi yang dilengkapi dengan bathtub.

"Ini benar-benar rumah kita, Mas?" tanya Murni, masih tak percaya.

"Iya, Yang, Ini rumah kita. Bu Ratna memberikan rumah ini sebagai hadiah pernikahan untuk kita," jawab Made, ia menggenggam tangan Murni dengan erat. "Kita harus berterima kasih banyak pada Bu Ratna."

"Iya, Mas. Kita harus membalas kebaikan Bu Ratna," sahut Murni.

"Nanti kita pikirkan bersama. Sekarang, kamu istirahat dulu," ujar Made.

Murni mengangguk. Ia kembali berbaring di tempat tidur. Made menyelimutinya dengan selimut yang lembut. Murni memejamkan matanya, mencoba menikmati kebahagiaan yang sedang ia rasakan.

"Yang, bangun.. Kamu belum makan apa-apa. Ini udah malam lho!" Suara Made lembut membangunkan Murni.

"Ahh.. males, Mas. Aku cape mau turun ke bawah, kamar kita ada di lantai atas," jawab Murni. Ia menguap, lalu menggeliat. Terlihat perut Murni penyok seperti ada tendangan dari dalam perutnya.

"Awww!" Murni kaget, rupanya jabang bayi di dalam perutnya sedang protes mencari makan.

"Hahah.. Yang, lihat tuh kaki anak kita, dia gak bisa diem. Kayaknya dia pengen ditengok sama bapaknya. Udah sebulan lebih lho aku gak ituin kamu. Aku kangen." Tiba-tiba Made merasakan sesuatu yang mulai nyesek, si Jhoni sudah minta jatah.

Murni mengangguk, ia menarik lengan Made ke pelukannya. Rupanya Murni memiliki keinginan yang sama, buka puasa bareng setelah sebulan full puasa..

"Aw geli Mas!" Murni berteriak, entah apa yang dilakukan Made, tapi beberapa saat kemudian suaranya hilang, hingga larut malam mereka tak keluar kamar.

Rupanya setelah si Jhoni menengok anak Murni, dan beberapa kali meletus, akhirnya Murni dan Made tumbang, mereka lemas dan tertidur hingga pagi..

Keesokan harinya, Murni dan Made bangun pagi-pagi sekali. Mereka berdua sangat bersemangat untuk menjelajahi rumah baru mereka.

"Pagi Sayang.." Sapa Made, dikecupnya pipi Murni.

" Mas, kita turun ke bawah, yuk! Mur laper."

Murni yang sudah mandi dan berpakaian rapi bergelayut manja di tangan Made.

"Ayo, sayang!" Made melingkarkan tangannya di pinggang Murni yang sudah melar efek dari hamil tua-nya.

Mereka keluar dari kamar tidur dan menuju ruang makan.

Di ruang makan, Bu Ratna sudah menunggu mereka dengan sarapan yang lezat. Menu sudah tersedia dengan berbagai pilihan. Nasi goreng, telur dadar, roti bakar, dan berbagai macam buah-buahan segar. Murni dan Made merasa sangat terharu dengan perhatian Bu Ratna.

"Selamat pagi, anak-anak," sapa Bu Ratna dengan senyum hangat. "Bagaimana tidurnya semalam?"

"Nyenyak sekali, Bu. Terima kasih banyak," jawab Murni.

"Iya, Bu. Kami sangat berterima kasih atas semua yang Ibu berikan," timpal Made.

"Sudah, tidak usah sungkan begitu. Ini kan rumah kalian sendiri," kata Bu Ratna. "Ayo, kita sarapan dulu."

Selama sarapan berlangsung, keadaan hening, tak ada percakapan, hanya suara denting sendok beradu dengan piring yang sibuk terdengar.

Selang 20 menit akhirnya mereka beres menghabiskan sebagian makanan yang terhidang di meja.

"Ayo anak-anak, berhubung makan udah usai, sekarang saatnya aku perkenalkan seluk beluk rumah kalian!" ajak Bu Ratna.

Ia mengajak Murni dan Made untuk berkeliling rumah, menunjukkan setiap sudut rumah, mulai dari ruang tamu, ruang keluarga, dapur, hingga taman belakang.

"Wah, bagus amat, Bu," kata Murni dan Made berbarengan. Mereka sangat kagum dengan desain rumah yang modern dan elegan. Mereka juga sangat menyukai taman belakang yang luas dan asri.

"Rumah ini sangat indah, Bu. Kami sangat menyukainya," puji Murni. Ia tak hentinya berjalan kesana kemari, memegang setiap perabotan yang dilewatinya.

"Waah.. Barangnya bagus-bagus ya Mas?" teriak Murni, girang.

"Cih! dasar cewek norak!" gumam Bu Ratna, pelan. Ia tak kuasa melihat tingkah Murni yang menurutnya sangat norak dan kampungan.

"Bu, makasih.. Aku dan Murni sangat menyukai semua pemberian Ibu," kata Made, ia berkata pada Bu Ratna tapi matanya terus memandangi Murni yang mondar-mandir, perasaan rasa syukur menyelimuti hati Made melihat istrinya bahagia.

"Saya senang kalian suka," balas Bu Ratna. Ia Pura-pura senang, padahal dalam hatinya ia kesal karena hartanya dinikmati Murni. Tapi demi ambisinya, ia harus menyingkirkan rasa kesalnya pada Murni.

"Saya sengaja memilih rumah ini karena lokasinya strategis. Dekat dengan tempat kerja kamu, Pram. Dan juga dekat dengan pusat kota."

"Iya, Bu. Kami sangat bersyukur," timpal Made, tak henti-hentinya Made berterimakasih atas kebaikan Bu Ratna..

Sore harinya, Bu Ratna berencana mengajak Murni jalan-jalan ke pusat perbelanjaan.

Selain akan membeli perlengkapan bayi untuk calon anaknya Murni, Bu Ratna juga berencana akan make over Murni agar berubah adi wanita sosialita. Hal itu ia lakukan, sebagai tahapan dari rencana menghancurkan Maya.

"Mur.." teriak Bu Ratna nyaring. Ia kesana kemari mencari Murni. Maklum, rumah tersebut ceritanya sangat besar ya ges.. hehe.

"Iya Bu.." jawab Murni.. Ia sedang asyik mematut diri di depan cermin.

"Lagi ngapain kamu, Mur?.. Suamimu mana? aku mau izin bawa kamu ke Mall."

"Aku merasa gak pantas jadi orang kaya. Penampakanku ko lusuh ya? mirip pembantu." Murni masih anteng mematut diri. Perutnya yang buncit bagai mau jatoh, kulit sedikit hitam, rambut di cepol gak beraturan, daster sedikit lusuh.

"Hahah.. Kamu baru tahu ya? Makanya ibu mau make over kamu sekarang. Okey?! Made mana?" Bu Ratna tertawa girang karena kepolosan Murni.

Belum Murni menjawab, tiba-tiba dari arah tangga terdengar suara Made, "Iya Bu, ada apa cari aku?"

"Pram, mamah mau ajak istrimu jalan-jalan ke Mall, bolehkan?" tanya Bu Ratna.

"Boleh.. Aku senang Murni diajak jalan, agar ia tahu Bandung. Makasih banyak, Bu.. " Made tersenyum, ja menggenggam erat tangan Murni.

"Mas, boleh enggak Mas gendong aku sampai naik mobil? Aku capek," rengek Murni..

Ketika Made hendak mengangkat tubuh Murni, spontan tangan Bu Ratna yang besar memukul keras tangan Made.

"Hentikan!!"

1
Tie's_74
Walaupun karyaku ini ada beberapa adegan dewasanya, tapi ada pelajaran kehidupan yang bisa diambil, kalau dalam hidup ini kita jangan menilai orang dari luarnya saja. Bisa jadi orang yang kita pandang rendah, ternyata dia mempunyai kemampuan diatas kita. Selain itu pelajaran yang dapat diambil dari cerita ini, kita jangan cepat menyerah dengan keadaan, dan harus selalu semangat.. Yakinlah kalau dibalik cobaan pasti akan ada hikmahnya. Ok gess, selalu semangat ya.. 🥰🤗
Tie's_74
Dari bab ini, bisa dipetik pelajaran, bahwa dalam hidup ini kita jangan cepat menyerah. Sesulit apapun Tuhan berikan ujian pada kita, kita jangan cepat menyerah dan selalu semangat menjalani hidup. Karena laut pun tak selamanya pasang, ada masanya surut. Begitupun dengan kehidupan kita. Ada saatnya kita di uji, tapi bila kita tak cepat menyerah, yakinlah kalau badai akan segera pergi, berganti dengan balasan yang setimpal dari Tuhan akan Perjuangan kita. Akan indah pada waktunya.. Untuk para pembaca setiaku, selalu semangat ya.. Semoga kita sehat selalu dan diberikan rezeki lancar, Aamiin.. /Heart/
Tie's_74
Dari bab ini, kita bisa ambil pelajaran, jangan menilai orang dari luarnya ya guys.. Dengan usaha dan kerja keras, yakinlah bahwa hidup kita akan lebih baik. dan tentunya, kita harus percaya diri.. 😁.. Selalu semangat untuk semua pembaca setiaku. 🙏🏻🤗
Tie's_74
Makasih Kaka komennya.. 🙏
Codigo cereza
Terharu banget
Tie's_74: makasih komennya, Kaka 🙏🏻🤗
total 1 replies
Hao Asakura
Ceritanya keren, bahasanya juga mudah dimengerti!
Tie's_74: makasih komennya kakak... 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!