NovelToon NovelToon
Kutukan Cinta Terlarang

Kutukan Cinta Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Duniahiburan / Cinta Terlarang / Office Romance / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:934
Nilai: 5
Nama Author: Cerita Tina

Luna tak pernah bermimpi bekerja di dunia hiburan, ia dipaksa pamannya menjadi manajer di perusahaan entertainment ternama.

Ia berusaha menjalani hidup dengan hati-hati, menaati aturan terpenting dalam kontraknya. Larangan menjalin hubungan dengan artis.

Namun segalanya berubah saat ia bertemu Elio, sang visual boy group yang memesona tapi kesepian.

Perlahan, Luna terjebak dalam perasaan yang justru menghidupkan kembali kutukan keluarganya. Kejadian aneh mulai menimpa Elio, seolah cinta mereka memanggil nasib buruk.

Di saat yang sama, Rey teman grup Elio juga diam-diam mencintai Luna. Ia justru membawa keberuntungan bagi gadis itu.

Antara cinta yang terlarang dan takdir yang mengutuknya, Luna harus memilih melawan kutukan atau
menyelamatkan orang yang ia cintai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cerita Tina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ramalan

Jadwal kerja sosial Elio hari itu sudah selesai. Ia menarik hoodie gelapnya, menutup kepala, dan menempelkan masker di wajah untuk menghindari kemungkinan ada orang yang mengenalinya.

Luna sudah menunggunya di depan gedung panti jompo sambil memeluk tas kecilnya. Ia sengaja memarkirkan mobilnya sedikit jauh diluar diluar panti itu, untuk menghindari nenek yang penuh drama tadi pagi.

“Akhirnya,” gumam Luna dengan senyum tipis begitu Elio muncul.

"Hai honey." sapa Elio. Nampak senyum manis tersungging di bibirnya, ia begitu senang melihat Luna.

Luna menatapnya lembut, "Bagaimana hari ini?, apakah kau menjadi rebutan para nenek-nenek lagi?" canda Luna terkekeh.

Elio menyeringai, "Hei, jangan cemburu begitu, di hatiku hanya ada kamu." jawab Elio dengan percaya diri.

Mereka pun tertawa kecil, Lalu mereka berjalan kaki menuju parkiran di ujung blok. Udara menjelang malam terasa agak lembab, lampu jalan berpendar redup.

Tiba-tiba langkah Elio melambat. Matanya menangkap sebuah stand di pinggir jalan dengan pamflet bertuliskan ‘Baca Keberuntunganmu’.

“Ayo kita coba,” bisik Elio dengan mata yang berbinar.

Luna mengangkat alisnya, sebenarnya ia sedikit malas dengan hal yang menyangkut ramalan tapi melihat Elio tampak bersemangat, ia menurut saja.

Mereka melangkah masuk. Sesampainya didalam, Luna merasakan hawa dingin yang aneh, bukan sekadar udara malam.

Mereka pun di sambut oleh seorang wanita paruh baya dengan penampilan yang sedikit misterius.

“Selamat datang, Putri Pemberi Berkat,” sapa wanita itu sambil menatap lekat ke arah Luna.

Luna tertegun, alisnya berkerut. “Apa maksudnya?” pikirnya dalam hati, tapi ia tak menjawab apa-apa.

Mereka kemudian duduk bersila di depan meja bundar kecil yang ditutupi kain merah marun. Di atasnya hanya ada lilin kecil dan semangkok air dengan kelopak mawar.

“Tolong lihat keberuntungan kami,” kata Elio tanpa melepaskan maskernya.

Wanita itu menatap mereka bergantian, lalu tersenyum samar. “Kehidupan karir kalian bagus. Kalian akan maju, karena ada dua orang penambah keberuntungan di sekitar kalian. Salah satunya adalah kau.” Ia menunjuk ke arah Luna.

Luna hanya menahan senyum kikuk, ia tak tahu harus menanggapi apa.

“Ehm… bagaimana dengan yang lainnya?” tanya Luna kemudian.

Senyum wanita itu perlahan memudar. Tatapannya menjadi lebih berat dan dingin. Ia bersuara lebih pelan, “Apa kalian saling mencintai?”

Elio dan Luna saling menatap, lalu mengangguk mantap. Wanita itu kemudian menarik napas panjang.

 “Dengan berat hati, aku harus mengatakan ini. Kalian tidak akan bisa bersama.”

Deg. Hati mereka berdua seperti dihantam batu. Luna menelan ludahnya.

“Hmm, ya, itu memang benar. Profesi kami memang tak mengizinkan kami bersama,” ucap Luna sambil menyeringai, berusaha terdengar santai.

“Soal profesi, kalian bisa melewatinya. Tapi yang lebih besar bukan itu,” potong sang peramal.

Luna langsung menajamkan pandangan. “Apa maksudmu?”

“Aku melihat benang merah antara kalian tidak tersambung,” jawab sang peramal datar.

Luna dan Elio saling berpandangan, menunggu penjelasan.

“Itu karena kutukan keluargamu. Kutukan yang turun-menurun dari leluhur ayahmu. Itu menutup jalur kebahagiaan kalian berdua."

Wajah Luna mengeras, tak percaya dengan apa yang baru ia dengar.

“Nona… kau tidak bisa menjalin hubungan, apabila kau yang menyukainya lebih dulu.” lanjutnya.

“Kenapa?” suara Luna mulai meninggi.

“Itulah kutukanmu. Kalian tidak akan bahagia. Dan orang yang kau cintai itu akan terus tertimpa kesialan.” ucap sang peramal tegas.

“Apa-apaan itu!” seru Luna kesal. Tangannya tanpa sengaja menyentak meja itu sampai mangkok air didepannya berguncang.

“Sayang, tenanglah…” Elio buru-buru menahan tangan Luna, berusaha menenangkannya.

“Aku hanya tidak menyangka, ada orang yang mencari uang dengan cara begitu,” ketus Luna sambil memalingkan muka.

Wanita itu masih menatap Luna dengan mata yang serius. “Aku bicara jujur, Nona. Kutukan dari leluhur ayahmu telah sampai kepadamu. Ingatlah itu.”

Luna menatapnya tajam, bibirnya terkatup rapat. Elio akhirnya mengeluarkan beberapa lembar uang, meletakkannya di atas meja sebagai tanda terima kasih, lalu mengangguk sopan. “Kami permisi.”

Ia menarik Luna keluar. Begitu mereka berada diluar, udara luar terasa lebih lega tapi wajah Luna masih suram.

“Hah… apa-apaan itu. Berani-beraninya dia mengacak-acak moodku,” gerutu Luna sambil menghembuskan napas panjang.

Elio hanya tersenyum tipis. Ia berusaha menenangkan diri, meski di kepalanya sendiri kata-kata sang peramal tadi masih terngiang-ngiang.

Mereka berjalan lagi menuju tempat Luna memarkirkan mobilnya. Luna masih merasa aneh, namun matanya tak sengaja melirik ke arah Elio yang sedang senyum-senyum sendiri.

"Ada apa, sepertinya kau tampak senang?" tanya Luna.

"Hmm.. iya, Setidaknya aku tahu, kalau kau menyukaiku lebih dulu." jawab Elio dengan nada menggoda.

Luna berhenti melangkah dan menatap wajah Elio. "Apa kau memercayainya?"

"Entahlah. Tapi tak ada salahnya percaya dengan hal-hal baik yang dikatakannya."

"Ya, anggap saja itu sebagai afirmasi." Timpal Luna.

Luna kemudian menunduk, "Tapi bagaimana kalau kutukan itu memang benar?" lirihnya.

"Hei, jangan begitu. Itu pasti tidak benar. Mana ada kutukan seperti itu di zaman sekarang." seru Elio.

Wajah Luna masih muram. Elio mencoba mengintip wajah luna yang masih menunduk, ia memasang wajah konyol mencoba menggodanya.

Luna mengangkat pandangannya ke arah Elio. "Kalau itu memang benar, jangan jatuh cinta padaku El." lirihnya.

"Pergilah, selamatkan lah dirimu." lanjut Luna getir. Kata-kata itu bukanlah isi hati Luna yang sebenarnya. Lalu Luna melanjutkan langkahnya yang sempat tertahan tadi.

Elio berjalan cepat, lalu merangkulnya dari belakang. "Bagaimana bisa aku pergi, kau sudah memiliki hatiku sepenuhnya. Aku benar-benar mencintaimu Luna, aku serius." ucapnya tegas.

Luna sangat senang mendengar itu dari Elio. Pipinya tiba-tiba memerah, namun ia tak tahu harus merespon apa. Hatinya masih terasa kacau.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!