Jing an, seorang penulis yang gagal, secara ajaib terlahir kembali sebagai Luo Chen, Tuan Muda lugu di dalam novel xianxia klise yang ia benci. Berbekal 'Main Villain System' yang bejat dan pengetahuan akan alur cerita, misinya sederhana... hancurkan protagonis asli. Ia akan merebut semua haremnya yang semok, mencuri setiap takdir keberuntungannya, dan mengubah kisah heroik sang pahlawan menjadi sebuah lelucon tragis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ex, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 sang penjaga sarang api
Raungan memekakkan telinga dari [Magma Core Serpent] menghantamku, sebuah gelombang suara yang begitu kuat hingga kerikil di bawah kakiku bergetar.
Binatang buas itu, yang kini terbangun sepenuhnya, mengangkat sepertiga tubuhnya dari platform batu obsidian, menjulang di atasku seperti menara iblis. Matanya yang terbuat dari emas cair mendidih karena amarah. Ia telah tidur selama puluhan tahun dan menyerap esensi [Earth Core Flame] selama ratusan tahun, dan seekor serangga kecil berani melempari kepalanya.
Aura Foundation Establishment Puncak meledak darinya. Itu bukan aura Qi biasa... itu adalah gelombang panas yang murni dan menindas.
Udara di antara kami berdua bergetar dan terdistorsi seperti fatamorgana di gurun. Jubah hitamku mulai berasap di tepinya hanya karena berdiri di hadapannya.
'Hoo... panas sekali,' pikirku, senyum di wajahku tidak memudar. 'Aura Level 9 Puncak yang didukung oleh elemen api. Ini... ini baru namanya pemanasan.'
Aku mengalirkan Demonic Qi-ku yang dingin, menetralkan gelombang panas yang mencoba memasak organ-organku dari dalam.
Ular raksasa itu tidak membuang waktu. Ia membuka rahangnya yang sangat besar, cukup besar untuk menelan kereta kuda dan aku tidak melihat lidah bercabangnya. Yang kulihat hanyalah cahaya oranye-putih yang menyilaukan, berkumpul di tenggorokannya.
Ia menarik napas, menyedot udara panas di sekitarnya.
"Sudah kuduga," gumamku. "Serangan pernapasan yang klise."
FWOOOOOOSSSSHHH!
Ular itu tidak menyemburkan api. Ia menyemburkan magma cair murni. Sebuah sungai neraka selebar tiga meter melesat melintasi danau, langsung ke tempatku berdiri.
Aku bahkan tidak repot-repot mengangkat pedangku untuk memblokirnya.
[Void Step]!
SWOOSH!
Aku menghilang dari tempatku. Sedetik kemudian, kolom magma itu menghantam tebing tempat aku berdiri sebelumnya.
BOOOOOOM!
Batu vulkanik yang kokoh itu meleleh seketika, berubah menjadi genangan lava yang mendesis. Gelombang panas susulan yang ditimbulkannya cukup kuat untuk memanggang burung roh dari jarak seratus meter.
'Sial, serangan itu,' pikirku, muncul kembali di atas tonjolan batu di sebelah kiri. 'Bahkan dengan [Aegis of the Founder] dan tubuh Fiendgod-ku, menerima serangan itu secara langsung mungkin akan merepotkan. Binatang ini bodoh, tapi kuat.'
Melihat serangannya meleset, [Magma Core Serpent] itu menjadi semakin marah. Ia mendesis frustrasi. Ia tahu aku cepat.
Kemudian, ia melakukan sesuatu yang tidak terduga. Alih-alih menyemburkan api lagi, ia menukik.
SPLAAAAASSHHHH!
Tubuhnya yang sepanjang dua puluh meter itu terjun langsung ke dalam danau magma di antara kami. Permukaan danau meledak, mengirimkan gelombang magma cair ke segala arah.
Aku melompat mundur, menghindari percikan yang mematikan itu.
Kawah itu menjadi sunyi. Hanya suara magma yang bergejolak yang tersisa. Ular itu telah menghilang di bawah permukaan.
'Menyelam? Bodoh. Apa dia pikir aku akan menunggunya...'
Pikiranku terputus. Indra dari Fiendgod-ku yang kini ditenagai oleh esensi darah berteriak memberiku peringatan.
Di bawah kakiku!
KRAAAAA-BOOOOOOM!
Danau magma di depanku meledak ke atas! Tanpa peringatan, [Magma Core Serpent] itu meluncur keluar dari lava seperti torpedo raksasa. Ia tidak mencoba menggigitku. Ia menggunakan tubuhnya yang besar dan berat, yang kini berlumuran magma mendidih, untuk menghantamku dan tebing tempatku berdiri. Ia ingin menghancurkanku dan menguburku di bawah berton-ton batu.
Itu adalah gerakan yang cepat dan brutal.
Tapi aku lebih cepat.
[Void Step]!
Aku berteleportasi lagi. Tapi kali ini, aku tidak mundur. Aku maju.
Saat ular raksasa itu masih di udara, di puncak serangannya, aku muncul kembali... tepat di atas kepalanya yang besar dan bersisik.
Dia tidak bisa berhenti. Dia tidak bisa berbelok. Dia hanya bisa melanjutkan serangannya yang gagal ke tebing.
CRASH!
Tebing tempatku berdiri beberapa detik lalu hancur lebur.
Dan aku? Aku mendarat dengan ringan di punggungnya yang bersisik. Panasnya luar biasa... telapak kakiku serasa terbakar, tapi Demonic Qi-ku melindunginya.
"Waktunya menguji armor barumu, Kawan," desisku.
Si ular meraung kesakitan dan frustrasi, menyadari aku ada di punggungnya. Ia mulai menggeliat dengan ganas, mencoba melemparkanku atau menabrakkan tubuhnya ke dinding kawah.
Aku mengabaikan guncangan itu. Aku mencengkeram sisiknya yang panas, mengalirkan Demonic Qi-ku ke [Netherworld Slaughter Blade].
[Netherworld Slaughter Sword]: Blood Cross!
Aku tidak menahan diri. Aku menusukkan pedangku dan mengayunkannya dalam dua tebasan diagonal yang brutal, tepat di sambungan antara dua sisik terbesarnya.
KRRRRRREEEEEENNNGGGG!
Suara jeritan logam yang diparut terdengar memekakkan telinga.
Sisik obsidian yang lebih keras dari baja itu terbelah! Pedangku menembus daging yang lembut di bawahnya, membenam sedalam setengah meter.
Darah menyembur keluar. Tapi itu bukan darah merah. Itu adalah cairan hitam pekat yang mendidih dan berbau belerang dan besi terbakar.
HIIISSSSSSSSSSSSSS!
Kali ini, itu adalah jeritan kesakitan murni. Seluruh tubuh ular itu kejang hebat karena syok. Dia tidak pernah terluka seperti ini... mungkin seumur hidupnya.
"Satu goresan," kataku sambil mencabut pedangku yang berasap. "Sembilan ratus sembilan puluh sembilan lagi menyusul."
BOOM!
Ular raksasa itu membanting sisi tubuhnya yang terluka ke dinding kawah. Kekuatannya begitu besar hingga seluruh tebing bergetar dan bongkahan-bongkahan batu seukuran rumah berjatuhan ke dalam danau magma. Binatang itu jelas-jelas panik, mencoba menghancurkanku seperti serangga.
Tapi aku tidak ada di sana.
Tepat sepersekian detik sebelum benturan, aku mengaktifkan [Void Step]. Aku menghilang dari tempat lukanya, dan muncul kembali sepuluh meter lebih jauh di punggungnya, lebih dekat ke lehernya. Aku seperti kutu yang melompat di punggung seekor banteng yang mengamuk.
"Lagi!"
BOOM!
Dia menghantamkan sisi tubuhnya yang lain. Dan lagi-lagi, aku sudah menghilang, melompat ke bagian ekornya.
'Bodoh,' pikirku, berdiri dengan mantap di atas sisik yang berguncang itu seolah-olah aku sedang berselancar. 'Kau terlalu besar. Terlalu lambat. Kau hanya membuang-buang energimu yang berharga, menghancurkan rumahmu sendiri, sementara aku bahkan belum berkeringat.'
[Magma Core Serpent] itu meraung frustrasi. Ia berhenti membantingkan tubuhnya. Ia menyadari bahwa serangga kecil di punggungnya ini tidak bisa dihancurkan dengan cara itu.
Ia berputar di tempat, tubuhnya yang besar menciptakan gelombang di danau magma. Ia mengangkat kepalanya tinggi-tinggi, menatapku yang berdiri di dekat ekornya, matanya yang terbuat dari emas cair mendidih karena kebencian murni.
Ia tahu ia tidak bisa menangkapku di darat atau di dinding.
Lalu, ia mengambil satu-satunya pilihan yang tersisa.
Ia mendesis panjang dan menukik... lurus ke bawah.
SPLAAAAASSSHHHHHH!
Seluruh danau magma meledak ke atas saat tubuh sepanjang dua puluh meter itu terjun kembali ke rumahnya, ke dalam lava cair, membawaku serta.
Tekanan dan panas yang luar biasa langsung menyelimutiku. Rasanya seperti ditelan oleh inti planet. Panasnya jutaan kali lebih hebat daripada udara di luar. Ini adalah lingkungan di mana Foundation Establishment biasa akan meleleh menjadi abu dalam sepersekian detik.
Tapi aku... aku hanya merasa sedikit... hangat.
[Aegis of the Founder] di balik jubahku bersinar dengan cahaya perak kebiruan yang kuat, menahan gelombang panas pertama. Di bawahnya, Ancient Fiendgod's Metamorphosis diaktifkan sepenuhnya. Tubuhku berdenyut, Demonic Qi-ku yang dingin mendidih melawan panas, menciptakan lapisan pelindung di sekitar kulitku. Rasa sakit itu ada, tapi itu adalah rasa sakit yang produktif... panas dari magma ini justru membantu menempa tubuhku lebih jauh lagi.
Ular itu, yang kini berada di elemen aslinya, pasti mengira aku sudah mati. Ia berhenti bergerak liar. Ia mengira telah merebusku hidup-hidup. Ia mulai berbalik perlahan di dalam magma, mungkin bersiap untuk menelan sisa-sisa abuku.
Kesalahan fatal.
Selagi dia diam, aku masih mencengkeram sisiknya. Aku berada tepat di atas luka menganga yang kubuat dengan [Blood Cross].
'Sekarang,' pikirku, senyum iblis terukir di wajahku, tersembunyi oleh lautan api.
Aku tidak akan memberinya kesempatan kedua. Aku mengalirkan setiap tetes dari Demonic Qi yang telah kupadatkan di Dantianku... energi dari para serigala, babi hutan, beruang, dan semua binatang lain yang telah kubantai ke dalam [Netherworld Slaughter Blade].
Pedang hitam pekat itu tidak bersinar. Sebaliknya, ia menjadi lebih gelap, begitu hitam hingga ia tampak seperti sebuah lubang di tengah magma yang menyilaukan. Ia menyerap semua cahaya di sekitarnya.
Aku mengarahkan ujung pedangku tepat ke tengah luka yang kubuat tadi.
[Netherworld Slaughter Sword]: Soul Pierce!
Aku menusuk.
SHHHHLLLLRRRKKK!
Jika [Blood Cross] adalah tentang kekuatan fisik, [Soul Pierce] adalah murni tentang penetrasi yang didukung Qi. Pedangku menembus daging lembut itu seperti pisau panas menembus mentega. Ia meluncur lurus ke dalam tubuh binatang itu, menembus organ internalnya yang mendidih.
Tapi serangan fisik itu hanyalah pembuka.
Qi iblis murni, yang dikompres menjadi jarum hitam setipis rambut, melesat dari ujung pedangku, mengabaikan daging dan darah, dan langsung menghantam apa yang kucari: Spirit Core binatang itu, jiwanya.
HIIIISSSSSSSSSS.
Tidak ada raungan keras. Hanya ada getaran mental yang memekakkan telinga. Jeritan jiwa yang dihancurkan.
Di dalam lautan magma, seluruh tubuh [Magma Core Serpent] yang sepanjang dua puluh meter itu menegang seketika, menjadi kaku seperti baja. Mata emas cairnya yang besar berkedip sekali... lalu padam.
Mati.
Tubuh raksasanya, yang kini hanyalah daging mati, mulai tenggelam perlahan ke dasar danau magma.
Aku mencabut pedangku, menendang keras bangkainya untuk memberiku momentum.
[Void Step]!
FWOOSH!
Aku melesat keluar dari danau magma seperti peluru, terbang melintasi platform batu obsidian, dan mendarat dengan ringan tepat di depan pintu masuk gua yang kini tidak terjaga.
Aku berdiri di sana, [Aegis of the Founder] di bawah jubahku bersinar merah padam sebelum perlahan mendingin. Magma cair menetes dari jubah hitamku, tetapi aku tidak terluka.
Lalu, itu terjadi.
Danau magma di depanku mulai bergolak hebat.
Asura's Blood Devil Scripture telah diaktifkan.
Dari bangkai raksasa yang tenggelam di bawah sana, gumpalan esensi darah yang luar biasa besar... jauh... lebih besar dari apa pun yang pernah kulihat meledak ke permukaan. Itu bukan lagi asap merah. Itu adalah pilar energi berwarna merah dan emas yang kental, berdenyut dengan esensi api yang murni dan kehidupan yang telah berusia seratus tahun.
Pilar itu melesat melintasi danau dan menghantamku.
"AAAAAHHHHH....!"
Aku terlempar ke belakang, punggungku menghantam dinding batu gua. Rasa nikmat yang luar biasa dan murni membanjiri setiap sel di tubuhku. Ini bukan lagi makanan. Ini adalah pesta dewa. Dantianku meledak. Tetesan cairan iblis di dalamnya berputar gila-gilaan, menyerap energi merah-emas itu.
BOOM!
Penghalang yang telah menahanku di Foundation Establishment Level 1 hancur berkeping-keping.
Foundation Establishment Realm - Level 2!
Foundation Establishment Realm - Level 3!
Kekuatanku melompat dua tingkat dalam hitungan detik.
Aku terengah-engah, bersandar di dinding gua, tubuhku berdenyut dengan kekuatan baru.
"Sekarang... itu," kataku sambil tersenyum lebar. "Baru namanya hidangan utama."
Aku menyarungkan pedangku dan menatap ke dalam kegelapan gua di belakangku, di mana [Earth Core Flame] menunggu.
"Waktunya untuk... hidangan penutup."