Jiwanya tidak terima di saat semua orang yang dia sayangi dan dia percaya secara bersama-sama mengkhianatinya. Di malam pertama salju turun, Helena harus mati di tangan anak asuhnya sendiri.
Julian, pemuda tampan yang berpendidikan dibesarkan Helena dengan penuh cinta dan kasih sayang. Tega menghunuskan belati ke jantungnya.
Namun, Tuhan mendengar jeritan hatinya, ia diberi kesempatan untuk hidup dan memperbaiki kesalahannya.
Bagaimana kisah perjalanan Helena?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aset Yang Hilang
"Pergilah bermain, ada sesuatu yang harus Ibu kerjakan. Ingat, jangan membuat masalah!" ucap Helena sembari menyentuh pipi Keano setelah mereka menyelesaikan sarapan.
Di atas meja makan, ibu mertua mengawasi Helena bersama Julian. Seorang pelayan membawa Keano bermain di ruang tengah. Ibu mertua terburu-buru mengejar Helena yang akan menaiki lantai dua bersama Lina. Ia memberikan Julian kepada pelayan pribadinya.
"Helena! Helena, tunggu!" panggil ibu mertua mengalihkan fokus Keano dari mainan yang sedang ia mainkan.
Dia memperhatikan dari tempatnya mengawasi kedua wanita berbeda usia itu. Helena menghentikan langkah, menoleh pada ibu mertuanya.
"Ada apa, Ibu?" tanya Helena, menatap wajah ibu mertua yang terburu-buru mendatanginya.
Ada senyum harapan tersirat di wajah itu, membuat Helena waspada dan curiga.
"Ku dengar dari pekerja kau akan mendaftarkan anak itu sekolah. Bagaimana jika kau juga mendaftarkan Julian? Sebagai anak angkat keluarga ini, Julian juga harus berpendidikan," ucap sang ibu mertua sambil tersenyum manis.
Tersenyum manis hanya karena kau butuh sesuatu. Di luar itu, kau selalu masam padaku. Kau terlalu menilai tinggi anakmu, padahal dia tidak memiliki kemampuan untuk menjalankan bisnis.
"Itu benar. Jika Ibu mau, aku bisa mendaftarkan Julian juga. Besok atau lusa setelah cuaca membaik aku akan segera pergi," ucap Helena tanpa keberatan sama sekali.
Ibu tertawa senang, dia bahkan menggenggam tangan Helena dan menepuknya. Sesuatu yang tak pernah dia lakukan selama menjadi mertuanya.
Ternyata kau masih bodoh, Helena. Hah, kau akan tetap membiayai pendidikan Julian sampai dia sukses. Senangnya mempunyai menantu bodoh seperti Helena.
Hati jahatnya bergumam, dia berbalik dan pergi ke kamarnya sendiri. Helena tak beranjak, menatap punggung sang mertua yang kian menjauh dan menghilang di balik pintu. Ia tersenyum sinis, garis wajahnya menggambarkan sebuah rencana.
"Aku khawatir kau akan kecewa, Ibu," ucapnya pelan.
Ia melirik Lina yang berdiri di belakang, dan berkata, "Apa kau sudah melaksanakan apa yang aku perintahkan kemarin, Bu Lina?"
"Sudah, Nyonya. Semuanya sesuai instruksi Anda," jawab Lina dengan kepala tertunduk.
"Baiklah. Berikan padaku, aku akan pergi sendiri," pintanya seraya menadahkan tangan meminta sesuatu.
Lina mengeluarkan sebuah kunci dari saku dan memberikannya kepada Helena. Wanita itu menapaki anak tangga, menuju lantai dua. Ruang kerja Ferdinan adalah tujuannya. Helena berdiri di depan pintu, menatap tinggi ke atas. Ia mengambil alat perekam dan menyimpannya di dalam saku.
"Dulu, kau tidak pernah mengizinkan aku untuk masuk ke dalam ruangan ini. Ternyata kau menyimpan begitu banyak harta di sini. Semua itu adalah milikku, peninggalan mendiang ibuku."
Helena menghela napas panjang, membuka pintu itu dengan menggunakan kunci yang diberikan Lina. Ternyata mudah saja, dia hanya tidak memiliki keberanian melawan perintah Ferdinan. Helena menatap sekeliling ruangan itu, tidak ada yang aneh sebenarnya. Semuanya terlihat normal.
"Aku ingat kau mempunyai ruangan rahasia di ruangan ini." Helena bergumam seraya berjalan mendekati sebuah lemari buku dan menggeser nya.
Nampak sebuah dinding yang terlihat biasa saja, tapi mencurigakan. Helena meraba dinding tersebut, dan menemukan celah untuk membukanya. Ruangan rahasia itu pun terbuka, menampakkan isi di dalamnya.
Helena melangkah masuk, tersenyum melihat semua yang ia temukan. Benar, itu semua adalah harta peninggalan ibunya. Ferdinan sengaja menyimpannya untuk diri sendiri.
"Dulu, kau bahkan membuatku lupa tentang semua ini, Ferdinan. Kukira semuanya sudah habis kau gunakan untuk berbisnis. Sekarang semua ini akan aku ambil kembali. Kau tidak berhak untuk menggunakannya sedikit pun," ucap Helena sembari meraba batangan emas yang menumpuk di sana.
Ia tersenyum puas melihat semuanya masih dalam keadaan utuh. Hanya Ferdinan yang mengetahui ruangan itu seorang diri. Helena mengambil koper dan memasukkan semuanya. Batangan emas, tumpukan uang kertas, serta dokumen-dokumen penting lainnya. Tak lupa pula perhiasan-perhiasan yang tersimpan rapi di dalam kotaknya masing-masing.
Ia tersenyum saat membuka salah satunya, teringat pada kehidupan dulu.
"Dulu, kau memberikan semua perhiasan ini kepada Lusiana. Dengan mudahnya dia menggunakan semua yang ada di sini. Aku tidak dapat melakukan apa-apa selain menangis sendiri. Menelan kesedihan seorang diri. Bodohnya aku!" gumam Helena.
Ia menghela napas, merutuki kebodohannya di masa lalu. Helena tidak menyisakan apapun di dalam sana. Biarlah Ferdinan sibuk mencari saat dia membukanya. Helena tersenyum, membawa semuanya keluar. Merapikan kembali tempat itu seperti semula.
Menutup pintu dan menguncinya seolah-olah tidak pernah ada yang memasuki tempat itu. Helena menyeret koper tersebut ke kamarnya dan akan ia simpan di tempat lain saat ada kesempatan untuk keluar.
"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau memukul tuan muda Julian?" bentak pelayan ibu mertua, suaranya menggelegar hingga terdengar ke kamar Helena.
"Aku hanya membela diriku saja," sahut suara Keano membuat hati Helena gelisah.
Ia buru-buru keluar dan berlari ke lantai bawah.
"Kau hanya pelayan tak seharusnya membentak tuan Keano seperti itu. Lagi pula, anak itu yang lebih dulu menggangu tuan muda," balas pelayan yang menemani Keano bermain.
Keadaan menegang, antara dua pelayan yang masing-masing membela anak majikan mereka. Julian menangis dengan pipinya yang merah, sementara Keano berdiri tegak tanpa rasa bersalah.
"Siapa yang kau sebut sebagai tuan muda? Tuan muda di sini hanya satu!"
dan kekuatan sekali jika itu adalah ayah kandungnya si Keano 👍😁
Tapi kamu juga harus lrbih berhati” ya takutnya mereka akan melakukan sesuatu sama kamu dan Keano 🫢🫢🫢