NovelToon NovelToon
Takdir Kedua

Takdir Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Murid Genius / Teen School/College / Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat / Putri asli/palsu
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: INeeTha

Shinta Bagaskara terbangun kembali di masa lalu. Kali ini, ia tak lagi takut. Ia kembali untuk menuntut keadilan dan merebut semua yang pernah dirampas darinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon INeeTha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kakak Ipar

Shinta Bagaskara sudah terbiasa dengan kebiasaan makan Salsa Namira, jadi tak merasa aneh ketika sahabatnya itu menyantap makanan dalam porsi besar.

Namun, kelompok Dira Bagaskara jelas tak bisa menahan diri untuk mengejek.

“Lihat tuh, makan terus. Nanti mati kekenyangan,” ucap salah satu dari mereka sambil tertawa sinis.

Padahal, mereka tahu Salsa punya tubuh yang tak mudah gemuk—dan justru itu yang membuat mereka iri setengah mati. Mereka harus berjuang keras menahan lapar demi tetap langsing, sedangkan Salsa bisa makan apa saja tanpa khawatir.

Apalagi, Salsa berasal dari kelas 12D, kelas yang paling sering jadi bahan omongan. Tidak seperti kelas 12A, 12B, dan 12C yang kompak, kelas 12D justru selalu dianggap “berbeda”. Jadi setiap kali bertemu Salsa, kelompok Dira tak pernah absen mencari celah untuk menyindir.

“Sekarang mungkin belum gemuk, tapi siapa tahu nanti?”

“Belajarnya juga pas-pasan. Keahlian satu-satunya cuma makan. Siapa tahu nanti bisa kerja jadi tukang makan profesional.”

“Dia kan dekat sama Shinta. Ya, jelas sama-sama rendahan.”

Ucapan mereka makin lama makin tajam—sampai menyeret nama Shinta.

“Kalian pikir Shinta Bagaskara yang dari kampung itu hidupnya kayak gimana? Pasti tiap hari makan singkong, tinggal di rumah kayu, bajunya tambalan. Kalau bukan karena ada orang kaya yang nanggung biaya sekolahnya, mana mungkin dia bisa pakai baju bagus kayak sekarang. Kalau nggak, ya pasti masih di desa sana, pegang cangkul di sawah.”

Tawa mereka meledak keras.

Dira hanya tersenyum samar, seolah menikmati setiap ejekan yang keluar dari mulut teman-temannya.

Salsa Namira langsung ingin membalas, tapi Shinta menahan lengannya dengan tenang.

Mereka lalu memilih duduk di pojok dekat jendela, tempat yang agak sepi.

Dengan suara pelan, Salsa berkata, “Shinta, jangan peduli sama Dira. Orang itu busuk.”

Shinta menatapnya, sedikit heran. Ini pertama kalinya ada orang yang berani bicara buruk tentang Dira di depannya.

“Bukannya dia itu pintar? Banyak yang suka sama dia, kan?”

“Ha! Itu cuma akting. Dia suka banget dipuji. Gayanya selalu sok lembut, padahal di luar kelakuannya jauh dari itu.”

Salsa menunduk, memastikan tak ada yang mendengar, lalu lanjut dengan nada kesal.

“Kamu tahu nggak? Siapa pun yang pernah menyinggung Dira, kalau keluarganya lebih lemah, ujung-ujungnya pasti kena masalah atau malah pindah sekolah. Aku yakin itu ulah dia, tapi belum ada bukti aja.”

Ia menatap meja dengan geram.

“Dira itu kayak ‘putri putih-polos’ palsu. Teman perempuannya banyak yang cuma pura-pura suka, tapi cowok-cowok? Mereka gampang banget kepincut sama gaya lemah lembutnya.”

Belum sempat Shinta menanggapi, tiba-tiba suara lain menyela dengan gaya sok santai.

“Eh, jangan salah. Cowok itu jelas bukan aku.”

Raka Birawa datang sambil membawa nampan makanannya yang penuh sesak—bahkan lebih banyak dari milik Salsa. Ia langsung duduk di sebelah Salsa. Sebenarnya ia ingin duduk di samping Shinta, tapi nyalinya belum cukup.

Salsa menepuk dadanya dan melotot kesal.

“Bisa nggak sih, jangan muncul tiba-tiba begitu? Mau bikin orang mati kaget, ya?”

Raka malah nyengir. “Bos Shinta, soal Dira itu, seluruh dirinya aja udah kayak bunga melati palsu. Aku kan bukan cowok bego yang nggak bisa lihat situasi. Mana mungkin aku tertarik sama tipe kayak dia?”

Keluarga Raka juga cukup berada, banyak orang yang ingin menjilat padanya.

Dulu, ia pernah kalah taruhan dengan temannya dan terpaksa berpacaran dengan gadis lembut yang selalu berpura-pura manja. Tapi suatu hari, Raka melihat sendiri gadis itu menyiksa anak kucing peliharaannya—menusuk tubuh mungil itu dengan jarum sambil tersenyum.

Sejak saat itu, ia jijik pada tipe perempuan “sok lembut”.

Jadi wajar kalau Dira sama sekali tak menarik di matanya.

Perempuan lebih cantik darinya pun sudah sering ia lihat. Jadi saat orang-orang menobatkan Dira sebagai “gadis tercantik sekolah”, Raka cuma tertawa sinis.

Bukan hanya Raka dan Salsa—hampir semua siswa kelas 12D tak suka dengan Dira.

Di antara mereka yang meremehkan kelas 12D, Dira justru yang paling aktif. Bedanya, ia melakukannya dengan halus. Saat kelas 12A menghina kelas 12D, Dira akan pura-pura membela. Katanya, “Sudahlah, nggak usah buang waktu ngomongin kelas 12D.”

Padahal kalimat itu justru makin menegaskan kalau kelas 12D memang pantas diremehkan.

Anak-anak kelas 12D paham betul, dan karena itu mereka semakin tidak suka pada Dira.

“Kalau begitu, aku akan menjaga jarak darinya,” ucap Shinta tenang.

Salsa mengangguk semangat sambil menyuap makanan besar-besaran hingga bibirnya belepotan minyak.

“Shinta, minggu depan ada tes kemampuan, kan? Kalau kamu bisa kalahkan Dira dan geng kelas 12A itu, kita lihat aja nanti—masih berani nggak mereka sombong!”

Raka melirik piring penuh milik Salsa dengan ekspresi jijik.

“Makanmu kayak laki-laki. Kamu babi, ya?”

Salsa melotot. “Eh, salahmu sendiri. Babi aja makan lebih banyak dari aku.”

Shinta cuma tersenyum kecil melihat keduanya saling ejek.

Tak jauh dari mereka, seorang siswa lain diam-diam memperhatikan. Namanya Lukman Adiprana.

Begitu Shinta dan teman-temannya pergi, Lukman langsung mengeluarkan ponselnya dan menelpon seseorang.

“Kak, aku barusan lihat calon kakak ipar.”

Lukman memang terkenal penjilat di depan Fajar Pramudya.

Sejak tahu bosnya punya perhatian khusus pada Shinta, ia pernah iseng memanggil gadis itu “kakak ipar”. Tak disangka, Fajar justru memberinya sebuah komputer baru dengan spesifikasi tinggi.

Sejak hari itu, Lukman bersumpah untuk menjaga Shinta sebaik mungkin—karena ia tahu, melindungi Shinta berarti melindungi sumber keuntungan besar.

Di ruang kerjanya, Fajar meletakkan pena dan menatap foto di meja: seorang gadis berwajah tenang dan cantik, dengan sorot mata tajam namun lembut—Shinta Bagaskara. Foto yang diam-diam pernah ia ambil sendiri.

“Teruskan,” ucapnya datar.

Lukman langsung bersemangat. “Kak, di sekolah ada yang bilang kakak ipar dipelihara om-om kaya.”

Begitu kata itu keluar, hawa dingin langsung terasa dari seberang telepon.

Bulu kuduk Lukman berdiri. Ia buru-buru menambahkan, “Tapi Kak, itu cuma gosip murahan. Nggak ada buktinya. Pasti cuma cewek-cewek sirik yang iri. Soalnya, kakak ipar terlalu cantik. Orang cantik memang gampang dibenci.”

Kalimat itu memang benar. Bahkan Lukman sendiri, saat pertama kali melihat Shinta, sempat terpana.

Fajar memejamkan mata sebentar, lalu mengetuk meja pelan-pelan dengan jemarinya.

“Baik. Lukman, jaga dia. Kalau ada apa-apa, segera kabari aku.”

1
Narina Chan
ayo lanjutkan kaka
Robiirta
ayo lanjut update yg banyak kaka
Robiirta
lanjutkan kaka
Na_dhyra
2 bab gak cukup beb...hihihi
Awkarina
update yang banyak kaka
Awkarina
mam to the pus🤣🤣🤣
Awkarina
jurusnya teh hijau nih👍👍👍
Awkarina
dia jijik woy😄😄😄
Awkarina
bisa gitu🤭
Awkarina
antagonis pro nih👍
Awkarina
ini dia yang marah🤣🤣🤣
Awkarina
mati aja lo😄😄😄
Awkarina
lah dia mupeng😄😄😄
Awkarina
ko saya pengen nabok y🤣🤣🤣
Awkarina
lanjutkan 👍👍👍👍
Awkarina
lanjutkan 😍😍😍😍
Awkarina
Mantap ceritanya lanjutkan sampai tamat ya thor, aku menunggu
Robiirta
👍👍👍👍👍 LAnjutkan💪💪💪💪
Robiirta
lanjutkan💪💪💪💪
Robiirta
😍😍😍😍😍😍😍😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!