Carmila harus menghadapi kenyataan pahit: suaminya membawa selingkuhan ke rumah, yang tak lain adalah sahabatnya sendiri. Pengkhianatan dari dua orang terdekatnya ini menghancurkan hati Carmila yang selama ini telah berjuang menjadi istri dan nyonya istana yang sempurna.
Dalam keterpurukannya, Carmila bertemu dengan Pangeran Kedua Kekaisaran, dan tanpa ragu mengajukan sebuah hubungan kontrak dengannya.
Apakah Pangeran Kedua itu akan menerima tawarannya, atau menolak secara dingin? Keputusannya akan menentukan arah permainan balas dendam Carmila, sekaligus membuka pintu pada skandal dan intrik yang tak terduga.
Revisi berjalan yaa!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon flowy_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Surat cerai!
Begitu Carmila melangkah masuk ke ruang tamu, Valerian yang semula duduk di sofa segera berdiri dan menghampirinya.
“Siapa kau sampai berani menghalangiku masuk ke kediamanku sendiri?” serunya tajam, suaranya menggema di seluruh ruangan.
Carmila menatapnya sambil menyilangkan lengan di depan dada. “Masih menyebut ini kediamanmu? Bukankah sejak kau memilih tinggal bersama Seraphina, kau sudah melepaskan peranmu di tempat ini?”
“Hanya karena aku pergi, bukan berarti kau bisa memperlakukanku seperti orang asing di kediamanku sendiri,” ucapnya tajam.
Carmila menatapnya sejenak, lalu tersenyum tipis. “Kau terlihat marah dan gelisah sekali. Apa… Seraphina menuntut sesuatu darimu kali ini?”
Valerian tak menjawab, tapi perubahan kecil di raut wajahnya sudah cukup menjadi jawaban.
Carmila menarik napas pelan. “Jadi, apa yang dia inginkan dariku sekarang?"
“Kehadiranku di sini tidak ada hubungannya dengan Seraphina.” balasnya cepat.
“Lalu apa?”
Keheningan singkat menyelimuti ruangan sebelum Valerian bicara, suaranya pelan namun tegas. "Sebenarnya… aku ingin tahu. Kenapa sikapmu seperti ini? Apa semua ini hanya untuk menarik perhatianku?”
“Perhatianmu?” ucapnya pelan. “Kau terlalu percaya diri, Valerian. Kalau tujuanmu cuma untuk membicarakan hal itu, lebih baik kau kembali pada Seraphina. Dia pasti lebih tertarik mendengarkan mu.”
Suasana di antara mereka semakin menegang. Valerian perlahan melangkah mendekat, sementara Carmila menatapnya tajam.
"Kenapa kau berbohong, Carmila!"
"Apa maksudmu?" Carmila mengernyitkan alisnya, ia mencoba memahami ucapan Valerian yang terdengar aneh.
“Bukankah sebelumnya kau tidak pernah memakai saputangan putih? Kenapa saat bersama pangeran kedua kau tiba-tiba mengenakannya?”
Seketika, Carmila terkejut. Awalnya, ia hanya ingin membuat pertemuan pertamanya dengan Alistair terkesan seperti kisah yang romantis, tapi ia tak menyangka Valerian akan menyadari hal kecil tersebut.
“Seharusnya kamu tidak mempermainkan ku Carmila.” Valerian menundukkan kepala sambil membisikkan sesuatu di telinganya. “Kalau kamu merasa kesal dengan Seraphina, tunjukkan saja. Tidak perlu melakukan hal bodoh seperti ini.”
Valerian menatapnya sejenak lalu melanjutkan ucapannya. “Jika kau menurut padaku, mungkin aku bisa mencintaimu… sebagaimana aku mencintai Seraphina.”
“Apa kamu sudah gila?” Ucapan itu membuat Carmila nyaris kehilangan kesabaran.
Ia menarik napas dalam, sambil mencoba menahan diri. "Aku benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiranmu itu.”
Tanpa ingin memperpanjang percakapan, Carmila mengalihkan pandangannya dan memanggil pelayannya dengan suara tenang namun tegas. “Elara.”
Tak lama, pelayan muda itu masuk dan menunduk sopan. “Ya, Nyonya?”
“Tolong ambilkan berkas di mejaku dan bawa ke sini,” ucapnya pelan.
Elara mengangguk patuh lalu bergegas keluar, meninggalkan mereka berdua.
-
Beberapa menit kemudian, Elara kembali dengan berkas yang diminta. Carmilla mengambilnya tanpa banyak bicara, lalu melemparkannya ke arah Valerian. “Ambil!”
Valerian menatap berkas itu sambil mengerutkan keningnya. “Apa ini?”
“Itu surat cerai. Aku ingin mengakhiri semuanya.”
Setelah mengetahui pengkhianatan antara Valerian dan Seraphina, bagaimana mungkin ia masih sanggup bertahan?
Meskipun ia sempat melampiaskan rasa sakit hatinya dengan menjalin hubungan kontrak bersama Alistair, namun hal itu hanya sebatas pelarian baginya.
Tindakan itu tidak benar-benar menyelesaikan apapun.
Bagaimanapun juga, perceraian adalah satu-satunya jalan untuk mencapai itu.
Ia tidak mungkin bersikap lembut pada pria yang sudah mengkhianatinya. Carmilla ingin menuntaskan semuanya, merebut kembali apa yang seharusnya miliknya, lalu memulai kehidupan baru. Semua itu ia lakukan demi dirinya sendiri, bukan untuk siapa pun.
Namun, Valerian tampaknya tak menyangka bahwa perceraian akan datang secepat ini.
“Jadi hanya karena satu kesalahan itu, kau benar-benar ingin mengakhiri pernikahan kita begitu saja?”
"Masalah yang kau buat terlalu besar, Valerian. Aku sudah memaafkan banyak hal, tapi kali ini tidak.”
Valerian menatap surat itu dengan tangan bergetar, Ia tidak pernah menyangka wanita yang dulu bersumpah akan menemaninya seumur hidup, kini benar-benar menuliskan kata “cerai” tanpa ragu sedikit pun.
Carmilla menghela napas pelan, suaranya kini terdengar tenang. "Dulu, aku pernah mencintaimu sepenuh hati. Tapi Valerian yang kucintai dulu bukanlah pria yang berselingkuh dengan wanita lain."
Valerian terdiam sejenak, lalu kembali membuka suaranya. "Bagaimana kalau aku tidak mau menerima perceraian ini?"
"Kalau begitu, aku akan mengajukan permohonan cerai secara resmi ke Pengadilan Kekaisaran. Ini adalah kesempatan yang kuberikan padamu untuk bercerai secara damai atas kesepakatan kita."
“Kalau kita bercerai, semua hartamu akan jatuh ke tanganku. Apa itu tidak masalah buatmu?”
"Ya, tidak masalah." ucapnya tenang.
Carmilla sudah memperkirakan hal itu sejak awal. Kali ini, segalanya berjalan sesuai rencananya,
"Aku hanya ingin bercerai, dan aku juga benar-benar muak denganmu."
"Jadi kamu rela melepaskan semua hartamu, hanya demi berpisah dariku?"
"Ya. Jika itu adalah harga yang harus kubayar untuk bebas darimu, aku akan membayarnya."
'Mana mungkin aku gila mau melepaskan harta itu, dasar Valerian bodoh.' ucap carmila dalam hatinya.
“Kalau tidak ada hal lain, aku akan pergi sekarang.” Tanpa menunggu jawaban, Carmilla segera berbalik dan melangkah keluar dari ruang tamu.