Seorang putri Adipati menikahi putra mahkota melalui dekrit pernikahan, namun kebahagiaan yang diharapkan berubah menjadi luka dan pengkhianatan. Rahasia demi rahasia terungkap, membuatnya mempertanyakan siapa yang bisa dipercaya. Di tengah kekacauan, ia mengambil langkah berani dengan meminta dekrit perceraian untuk membebaskan diri dari takdir yang mengikatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Novianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16
Cheng Xiao membuka matanya perlahan, setelah tabib istana yang memeriksanya beberapa waktu lalu memastikan bahwa dia dan bayinya dalam keadaan baik-baik saja. Tabib itu hanya mengatakan bahwa dia kelelahan dan mengalami stres berlebihan. Wanita itu menatap atap kamarnya dengan tatapan kosong, pikirannya melayang entah ke mana. Tiba-tiba, Cheng Xiao terkekeh pahit, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. "Hukuman apalagi yang ingin kau berikan padaku, Wang Yuwen?" gumam Cheng Xiao lirih, suaranya bergetar menahan sakit.
Namun, meskipun tubuhnya masih terasa lemah, wanita itu bangkit dari kasurnya dengan tekad yang kuat. Ia berniat untuk meminta penjelasan dari suaminya mengenai kepulangannya dengan wanita asing yang mengaku sebagai istrinya. Cheng Xiao menoleh ke arah Lian'er, pelayan setianya, yang tertidur pulas dengan bersandar pada sisi kasur. Ia tidak ingin membangunkan Lian'er, karena tahu pelayan itu pasti sangat khawatir dan kelelahan menjaganya.
Dengan hati-hati, Cheng Xiao melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya, mengabaikan rasa sakit di perutnya yang masih terasa. Ia berjalan menuju ruang baca Putra Mahkota, tempat yang biasanya digunakan Wang Yuwen untuk bekerja dan membaca buku. Malam itu terasa begitu gelap dan sunyi, angin dingin berdesir kencang, menusuk hingga ke tulang sumsum.
Dengan wajah yang masih terlihat pucat dan tubuh yang lemah, Cheng Xiao menyusuri lorong-lorong istana Putra Mahkota. Saat sampai di depan ruang kerja Wang Yuwen yang tidak dijaga oleh Zhang Tian, pengawal setia Putra Mahkota, Cheng Xiao tanpa sengaja mendengar pembicaraan antara Jenderal Tang dan Wang Yuwen yang berasal dari dalam ruangan.
"Aku ingin anakku yang dilahirkan oleh Cheng Xiao menjadi penerus kediaman Jenderal," terdengar suara Jenderal Tang dengan nada serius dan tegas.
"Aku sudah berjanji padamu, lagipula aku tidak akan membiarkan yang bukan anakku mendapatkan takhta kekaisaran," jawab Wang Yuwen dengan suara yang terdengar dingin dan tanpa emosi.
"Tapi kau hampir mencelakai Cheng Xiao dan bayiku karena membawa wanita itu," sahut Jenderal Tang dengan nada marah dan penuh kekecewaan.
Cheng Xiao merasakan pendengarannya seolah menuli. Anaknya... Anak Jenderal Tang? Tubuh Cheng Xiao terhuyung mundur, kakinya terasa lemas dan tidak mampu menopang tubuhnya. Ia hampir jatuh tersungkur ke lantai andai saja Lian'er tidak dengan sigap menahannya. "Nona..." bisik pelayan setianya itu dengan suara pelan dan air mata yang sudah membasahi wajahnya.
Lian'er, yang terbangun karena suara Cheng Xiao, juga mendengar pembicaraan kedua pria di dalam ruangan. Dia sangat terluka dan marah atas apa yang mereka lakukan pada nona mudanya. Mereka berdua, Wang Yuwen dan Jenderal Tang, telah mempermainkan hidup nona mudanya dengan kejam.
"Lian'er... Apa yang aku dengar..." tanya Cheng Xiao dengan wajah pucat dan tatapan tak percaya, air mata mulai mengalir deras membasahi pipinya.
Lian'er memeluk Cheng Xiao erat, mencoba menenangkan wanita yang sudah dianggapnya seperti saudara sendiri. Ia tidak tahu bagaimana cara menjelaskan kebenaran yang baru saja mereka dengar, karena ia sendiri pun merasa sangat terpukul dan marah.
"Nona, jangan dengarkan mereka. Mereka berbohong, Nona," bisik Lian'er dengan suara bergetar, meskipun ia tahu bahwa kata-katanya itu tidak akan mengubah kenyataan yang ada.
Cheng Xiao menggelengkan kepalanya lemah, air mata terus mengalir deras membasahi pipinya. Ia tidak bisa mempercayai apa yang baru saja didengarnya. Bagaimana bisa suaminya dan Jenderal Tang, dua orang yang paling ia percaya, tega mengkhianatinya seperti ini?
"Tidak... Tidak mungkin... Ini pasti mimpi buruk," gumam Cheng Xiao lirih, mencoba menyangkal kenyataan yang ada.
Namun, kenyataan tetaplah kenyataan. Kata-kata yang keluar dari mulut Wang Yuwen dan Jenderal Tang begitu jelas dan tegas, tidak mungkin salah dengar. Cheng Xiao merasa seolah-olah seluruh dunianya runtuh, dan ia tidak tahu harus berbuat apa.
Dengan sisa tenaga yang ada, Cheng Xiao melepaskan pelukan Lian'er dan berjalan mendekati pintu ruang kerja Wang Yuwen. Ia ingin mendengar lebih banyak, ingin memastikan bahwa apa yang didengarnya itu benar-benar nyata.
"Nona, jangan!" cegah Lian'er dengan panik, mencoba menarik Cheng Xiao menjauh dari pintu. "Ini berbahaya, Nona. Biar saya saja yang mendengar."
Namun, Cheng Xiao tidak menghiraukan Lian'er. Ia terus berjalan mendekati pintu dan menempelkan telinganya di sana, mencoba mendengar percakapan di dalam ruangan.
"Aku tahu ini sulit diterima, Jin Ju. Tapi aku mohon, percayalah padaku. Aku akan melindungi Cheng Xiao dan anakmu," terdengar suara Wang Yuwen dengan nada memohon.
"Melindungi? Kau hampir membunuhnya tadi! Bagaimana aku bisa mempercayaimu lagi?" sahut Jenderal Tang dengan nada marah dan penuh kekecewaan.
Cheng Xiao terdiam, hatinya semakin hancur mendengar percakapan itu. Jadi, semua ini benar adanya. Wang Yuwen dan Jenderal Tang telah merencanakan semuanya di belakangnya, dan ia hanyalah pion dalam permainan mereka.
Tanpa sadar, air mata Cheng Xiao semakin deras mengalir membasahi pipinya. Ia merasa sangat bodoh dan naif, karena telah mempercayai orang yang salah. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang, selain merasa sakit dan kecewa.
Cheng Xiao dan Lian'er memutuskan untuk kembali ke kamar, langkah Cheng Xiao terasa begitu lemah dan berat. Hatinya hancur berkeping-keping, dan ia merasa tidak memiliki kekuatan lagi untuk menghadapi kenyataan yang ada. Lian'er sudah menangis terisak-isak, melihat nona-nya terluka separah ini. Ia tidak bisa membayangkan betapa sakitnya hati Cheng Xiao saat ini.
Di tengah jalan yang sepi dan remang-remang, mereka berpapasan dengan wanita yang dibawa pulang oleh Wang Yuwen. Zhou Mei, wanita itu, dengan sengaja menghentikan langkah Cheng Xiao. "Salam, Kakak," ujarnya dengan nada lembut namun penuh kemenangan, memanggil Cheng Xiao seolah dirinya sudah sah menjadi seorang selir di istana Putra Mahkota.
Cheng Xiao menatap wanita itu dengan tatapan kosong, matanya yang berkaca-kaca menatap datar pada wanita di depannya. Ia tidak merasakan apa pun, selain rasa sakit dan kekecewaan yang mendalam.
"Tolong jangan halangi jalan kami, Nona," ujar Lian'er dengan nada membela, mencoba melindungi nona-nya dari wanita yang telah merusak hidupnya.
Namun, Cheng Xiao menghentikan pelayan setianya itu. "Ada apa, Nona?" tanya Cheng Xiao dengan suara serak dan bergetar, mencoba mengendalikan emosinya.
Tiba-tiba, Zhou Mei membuka cadar yang menutupi wajahnya. Lagi-lagi, Cheng Xiao dibuat terkejut dan merasakan hatinya seperti ditusuk ribuan jarum. Cheng Xiao terkekeh pahit, air mata kembali mengalir deras membasahi pipinya. "Pantas saja dia membawamu kembali sebagai selir," ujarnya dengan nada sinis dan penuh kepedihan.
Namun, Zhou Mei hanya tersenyum sinis, memamerkan kecantikannya yang mempesona. "Mari bersaing dengan adil, Kakak," ujarnya dengan nada menantang, seolah ia yakin akan memenangkan hati Wang Yuwen.
Cheng Xiao tersenyum tipis, senyum yang menyiratkan kepedihan dan keputusasaan. "Tidak perlu bersaing denganku, karena aku sudah kalah dari awal," jawabnya dengan nada pasrah, lalu melanjutkan langkahnya, meninggalkan Zhou Mei dalam kebingungan karena ucapannya.
Cheng Xiao kini mengerti, kenapa Wang Yuwen membawa wanita itu pulang. Pria itu masih mencintai cinta pertamanya, Su Jing Ying, dan wajah Zhou Mei sangat mirip dengan wanita itu. Wang Yuwen mungkin berharap bisa menemukan pengganti Su Jing Ying dalam diri Zhou Mei. Dan mengenai kehamilannya yang ternyata bukan anak Wang Yuwen, Cheng Xiao akan menyerah. Ia tidak ingin lagi menjadi bagian dari permainan kotor ini.
semangat up nya 💪
semangat up lagi 💪💪💪
Semangat thor 💪