NovelToon NovelToon
Akad Yang Tak Kuinginkan

Akad Yang Tak Kuinginkan

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Nikah Kontrak
Popularitas:15.4k
Nilai: 5
Nama Author: Shinta Aryanti

Jingga Nayara tidak pernah membayangkan hidupnya akan hancur hanya karena satu malam. Malam ketika bosnya sendiri, Savero Pradipta dalam keadaan mabuk, memperkosanya. Demi menutup aib, pernikahan kilat pun dipaksakan. Tanpa pesta, tanpa restu hati, hanya akad dingin di rumah besar yang asing.

Bagi Jingga, Savero bukan suami, ia adalah luka. Bagi Savero, Jingga bukan istri, ia adalah konsekuensi dari khilaf yang tak bisa dihapus. Dua hati yang sama-sama terluka kini tinggal di bawah satu atap. Pertengkaran jadi keseharian, sinis dan kebencian jadi bahasa cinta mereka yang pahit.

Tapi takdir selalu punya cara mengejek. Di balik benci, ada ruang kosong yang diam-diam mulai terisi. Pertanyaannya, mungkinkah luka sebesar itu bisa berubah menjadi cinta? Atau justru akan menghancurkan mereka berdua selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shinta Aryanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Restu Dari Savero.

Begitu turun dari ojek online, Jingga ngos-ngosan nenteng kantong plastik belanjaan. Mukanya udah cemberut, bibirnya nggak berhenti nyerocos dari depan pintu sampai naik ke kamar Savero. Para pelayan sampai saling pandang bingung Jingga sedang kenapa.

“Ya Allah, cowok model Mahesa tuh nggak abis-abis. Dasar lintah, numpang nama orang! Kalau aku punya batu bata tadi di supermarket, udah aku lempar kepalanya!” rutuknya sambil jedag-jedug dorong pintu.

Savero yang dari tadi duduk di kursi sambil baca berkas, langsung menengok. Keningnya berkerut. “Kenapa lagi? Ocehan kamu udah terdengar dari tangga tadi. Ada apa?”

Jingga tidak menjawab, langsung meletakkan kantong belanjaan di lantai, lalu rebahan panjang di sofa kamar Savero, rambutnya awut-awutan. “Pak, saya sumpah ya, kalau nggak inget dosa, tadi aku udah lempar Mahesa pake paha ayam mentah.”

Savero meletakkan berkasnya, lalu menyender ke sandaran kursi, tatapannya serius. “Kenapa lagi Mahesa?”

Jingga bangkit setengah duduk, tangannya heboh gerak-gerak. “Saya tadi di supermarket, Pak. Eh, nggak sengaja nguping Mahesa ngobrol sama ibunya. Gila, dia bilang mau manfaatin saya buat pinjaman kantor. Bayangin! Baru juga saya naik jabatan, udah mau dijadiin ATM. Apa nggak kurang ajar banget?”

Savero menggeleng pelan, ekspresinya campur antara geram sama khawatir. “Jadi kamu diam saja nguping dari belakang?”

“Lah, terus saya harus apa? Teriak ‘surprise’ gitu? Gila kali, Pak. Malu banget kalau ribut di lorong daging frozen gitu. Saya diem, tapi sumpah rasanya pengen nimpuk kepalanya pake kaleng sarden. Enak banget mulutnya, ngomong seolah-olah saya tuh mesin pencetak duit.”

Savero menarik napas panjang. “Dasar brengsek. Kalau dia makin berani, kamu kasih tahu saya. Nanti saya akan menindak dia dengan tegas.”

Jingga mendengus, rebah lagi, tangannya nutupin wajah. “Terima kasih, tapi jangan ikut campur dulu, Pak. Saya bisa urus sendiri. Tenang saja, kalau dia nekat nyolek saya barang sekali, saya bikin dia trauma belanja seumur hidup. Saya sumpahin tiap liat supermarket dia langsung mules.”

Savero melipat tangan di dada, menatap istrinya itu lama. “Say serius, Jingga. Kamu nggak sendirian. Jangan sok tangguh terus.”

Jingga membuka telapak tangan dari mukanya, manyun. “Iya, iya, ngerti. Tapi tetep aja, Pak… kampret banget rasanya. Dia bilang suka, tapi yang dipacari dompet saya. Saya tuh manusia, bukan rekening berjalan.”

Savero menahan senyum yang nyaris terlepas dari wajahnya, meski jelas masih kesal. “Dasar kamu…” ujarnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Malam itu kamar Savero terasa hening. Hanya suara AC yang berdengung pelan. Jingga duduk gelisah di ujung sofa, jari-jarinya sibuk mainin resleting jaket yang bahkan nggak dipakainya. Sesekali ia melirik ke arah Savero yang sedang membereskan berkas di meja, tapi tatapannya selalu buru-buru dialihkan lagi.

“Pak…” suara Jingga terdengar ragu dan segan.

Savero menoleh, alisnya sedikit terangkat. “Hm?”

Jingga menarik napas panjang, lalu menunduk. “Saya… say kepikiran… kalau Mahesa nanti beneran melamar saya…” ia berhenti sejenak, bibirnya bergetar. “Saya ingin terima, Pak.”

Savero sontak berdiri dari kursinya. “Apa?!” suaranya meninggi, penuh ketidakpercayaan. “Jingga, kamu sadar ngomong apa barusan?”

Jingga mengangkat wajahnya, meski jelas-jelas ragu, matanya menatap balik. “Saya sadar, Pak saya nggak gila. Dengerin say dulu, ya? Saya nggak beneran mau nikah sama dia. Itu cuma pura-pura… saya punya rencana.”

Savero menatapnya tajam, rahangnya mengeras. “Rencana apaan? Kamu pikir main-main kayak gini bisa selesai tanpa risiko? Meski… meski pernikahan kita nggak nyata, tetap saja… mana mungkin saya membiarkan kamu nerima lamaran orang lain?”

Jingga tersenyum tipis, getir. “Lha, masalahnya apa buat Bapak? Bukannya dari awal Bapak sendiri bilang kalau pernikahan ini cuma formalitas? Palsu. Jadi, apa bedanya kalau saya mempermainkan Mahesa juga?”

Savero mengepalkan tangan di sisi tubuhnya. Amarahnya mendidih, tapi wajahnya tetap berusaha tenang. “Beda, Jingga. Jangan bandingin.”

“Kenapa nggak boleh?” Jingga mendesak, nadanya getir. “Selama ini saya yang ngikutin aturan Bapak, saya diem, saya nurut. Sekali ini saja saya minta izin buat menjalankan rencana saya sendiri. Masalahnya apa buat Bapak, coba?”

Savero terdiam, menahan diri. Dalam hati, rasa marah dan… entah apa, sesuatu yang lebih dalam, bergejolak. Ia tak sanggup membayangkan Jingga, istrinya? meski palsu, menerima lamaran pria lain, apalagi Mahesa. Tapi bibirnya akhirnya hanya mengucap pelan, dingin.

“Terserah kamu, Jingga.”

Jingga terdiam, menatap Savero lama. Ada senyum samar di wajahnya, senyum yang lebih mirip tameng ketimbang kebahagiaan. “Makasih, Pak. Saya tahu Bapak pasti mengerti. Tolong percaya pada saya.”

Savero tak menjawab lagi, hanya membalikkan badan, pura-pura sibuk lagi dengan berkas di meja. Padahal dadanya terasa sesak, seolah baru saja dipukul dari dalam.

Savero duduk kembali di kursinya, tapi tangannya gemetar halus ketika meraih berkas. Kertas itu hanya dipandanginya kosong, tulisan di atasnya buram seolah-olah tak bermakna lagi.

“Terserah kamu…” ucapannya sendiri barusan terus menggema di kepalanya.

Savero mengusap wajahnya dengan kasar. Ia tahu mulutnya sudah bicara, tapi hatinya menolak mentah-mentah. Mana mungkin ia benar-benar bisa ikhlas kalau Jingga menerima lamaran Mahesa? Membayangkan Jingga berdiri di samping pria lain saja dadanya sudah panas. Apalagi kalau harus melihatnya tersenyum di pelaminan?

Savero menegakkan punggung, memandang Jingga yang sudah rebah di sofa, memejamkan mata seolah beban hidupnya sedikit terangkat setelah mendapat restu pura-pura darinya. Ia tampak begitu tenang, seakan tak sadar betapa ucapannya barusan menusuk hati Savero lebih dalam dari yang pernah ia bayangkan.

“Kenapa aku marah?” batinnya berontak. “Bukankah sejak awal aku sendiri yang bilang ini cuma pernikahan palsu? Bukankah harusnya aku nggak peduli?”

Tapi nyatanya, ia peduli. Terlalu peduli.

Savero menutup mata, kepalan tangannya mengeras di atas meja. Perasaan yang selama ini ia tekan perlahan muncul ke permukaan. Bukan lagi sekadar tanggung jawab atau iba pada masa lalu Jingga. Ada sesuatu yang lain, sesuatu yang membuatnya tak sanggup rela kalau Jingga sampai benar-benar berpindah ke pelukan pria lain.

Ia menarik napas panjang, lalu menghembuskannya berat. “Aku salah ngomong tadi…” gumamnya pelan, hampir tak terdengar.

Namun lidahnya terlanjur kelu, dan Jingga sudah terlelap dengan wajah lelah. Ia tak tega membangunkannya hanya untuk meralat kata-kata yang barusan keluar. Akhirnya Savero memilih diam, meski hatinya sendiri berperang hebat.

Di satu sisi, ia ingin menghormati rencana Jingga. Di sisi lain, ia tahu dirinya tak akan pernah sanggup melihat Jingga menjadi milik orang lain, apalagi Mahesa.

(Bersambung)…

1
Purnama Pasedu
ooo,,,,savero baru tahu,,,pelan pelan ya
Purnama Pasedu
pas tahu jingga dah nikah,gimana Kevin y
Mar lina
Semoga Kak Savaro
langsung mp sama Jingga...
biar Kevin gak ngejar-ngejar Jingga
lanjut thor ceritanya
di tunggu updatenya
Nuriati Mulian Ani26
ohhh kasihan jingga
Nuriati Mulian Ani26
😄😄😄😄😄. Thor lucu banget aduhhh
Nuriati Mulian Ani26
😄😄😄😄. keren alurnya thor
Purnama Pasedu
nikmatilah jingga
Nuriati Mulian Ani26
lucuuuuuuu
Nuriati Mulian Ani26
bagusss ceritanya
𝙋𝙚𝙣𝙖𝙥𝙞𝙖𝙣𝙤𝙝📝: halo kak baca juga d novel ku 𝘼𝙙𝙯𝙖𝙙𝙞𝙣𝙖 𝙞𝙨𝙩𝙧𝙞 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙂𝙪𝙨 𝙧𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖 atau klik akun profil ku ya😌
total 1 replies
Mar lina
aku mampir
Nuriati Mulian Ani26
😄😄😄😄😄 lucu menarik sekali
Nuriati Mulian Ani26
aku sangat tertarik kekanjutanya ..keren dari awal ceritanya
Halimatus Syadiah
lanjut pool
Lily and Rose: Siap Kak 🥰
total 1 replies
Purnama Pasedu
survei resepsi pernikahan ya jingga
Lily and Rose: Ide bagus… bisa jadi tempat buat mereka resepsi juga tuh Kak 😁
total 1 replies
Purnama Pasedu
kamu salah jingga
Lily and Rose: Iya, Jingga salah paham terus 😂
total 1 replies
Halimatus Syadiah
Thor up dete kelamaan ya, tiap hari nungguin trus , kl bisa tiap hari ya 👍
Lily and Rose: Siap Kak, Author update sesering mungkin pokoknya 🥰
total 1 replies
Desi Permatasari
update kak
Lily and Rose: Done ya Kak…
total 1 replies
Purnama Pasedu
ada kevin
Lily and Rose: Ide bagus 🥰
total 1 replies
Cookies
lanjut
Lily and Rose: Siap Kak
total 1 replies
Purnama Pasedu
Nisa yg lapor ya pa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!