NovelToon NovelToon
Hamil Anak Sang Pewaris

Hamil Anak Sang Pewaris

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Pernikahan Kilat / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: bgreen

Laura Clarke tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis. Pertemuannya dengan Kody Cappo, pewaris tunggal kerajaan bisnis CAPPO CORP, membawanya ke dalam dunia yang penuh kemewahan dan intrik. Namun, konsekuensi dari malam yang tak terlupakan itu lebih besar dari yang ia bayangkan: ia mengandung anak sang pewaris. Terjebak di antara cinta dan kewajiban.

"kau pikir, aku akan membiarkanmu begitu saja di saat kau sedang mengandung anakku?"

"[Aku] bisa menjaga diriku dan bayi ini."

"Mari kita menikah?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bgreen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kehilangan

Setelah penantian yang terasa begitu panjang, pintu ruang operasi akhirnya terbuka.

Seorang dokter pria paruh baya tampak keluar dengan wajah lelah yang kentara.

Peluh membasahi dahinya, dan matanya menyiratkan beban berat yang baru saja dipikulnya.

Kody, yang sedari tadi menunggu dengan gelisah, segera menghampiri sang dokter.

Jantungnya berdebar kencang, bercampur antara harapan dan ketakutan.

"Dokter, bagaimana kondisi istri saya?" tanya Kody dengan suara bergetar, kecemasan terpancar jelas dari matanya.

Dokter itu menghela napas sejenak sebelum menjawab, "Pasien mengalami luka yang cukup serius di bagian pinggang, yang menyebabkan pendarahan hebat. Kami telah berupaya semaksimal mungkin, namun sayangnya, bayi yang ada dalam kandungannya tidak dapat diselamatkan karena kondisi ibu yang sangat kritis. Namun, operasi berjalan lancar, dan sekarang kita hanya perlu menunggu pasien sadar untuk pemeriksaan lebih lanjut."

Mendengar ucapan dokter, dunia Kody seakan runtuh. Kata-kata itu menghantamnya seperti palu godam, menghancurkan semua harapan yang selama ini ia genggam.

Kecelakaan itu telah merenggut nyawa bayi mereka, dan kondisi Laura masih belum bisa dipastikan. Semua jawaban baru akan didapatkan saat Laura sadar nanti.

Air mata mulai mengalir deras membasahi pipinya. Ia tak menyangka rasa sakit ini begitu menusuk.

Ini adalah pertama kalinya ia merasa kehilangan yang begitu mendalam. Dadanya sesak oleh kesedihan yang tak tertahankan.

Aunty Celia dan Connie, yang juga ikut menunggu, tak kuasa menahan tangis saat mendengar kondisi Laura dan bayi yang tak terselamatkan.

Mereka saling berpelukan, mencoba saling menguatkan di tengah duka yang mendalam.

Tiba-tiba, terdengar bunyi roda ranjang pasien dari dalam ruang operasi.

Seorang perawat mendorong ranjang yang di atasnya Laura terbaring tak sadarkan diri. Wajahnya pucat pasi, dan beberapa selang menempel di tubuhnya.

Dengan sigap, Kody menghampiri Laura. Ia menggenggam erat tangan Laura yang terasa dingin dan lemah.

Kody ikut berjalan mengikuti perawat yang membawa Laura menuju ruang rawat inap, hatinya hancur melihat kondisi istrinya.

Di sepanjang lorong rumah sakit, Kody terus menggenggam tangan Laura, seolah tak ingin melepaskannya.

Ia berharap Laura segera sadar dan kembali membuka matanya. Namun, ia juga takut dengan kenyataan yang mungkin akan mereka hadapi setelah Laura sadar nanti.

*

*

Di kamar inap yang telah dipesan Kody, ia duduk di sisi ranjang Laura, matanya tak lepas dari wajah pucat wanita yang sangat dicintainya.

Kegelisahan terpancar jelas di setiap sudut wajahnya, menciptakan guratan kekhawatiran yang mendalam.

Tangan Laura digenggamnya erat, seolah menyalurkan kekuatan dan harapan. Sesekali, Kody mengecup lembut punggung tangan itu, berharap sentuhannya dapat menembus alam bawah sadar Laura dan membangunkannya dari tidur panjangnya.

"Laura, aku di sini," bisiknya lirih, suaranya bergetar menahan tangis. "Aku akan selalu ada di sampingmu. Kuatlah, Laura. Aku tahu kamu bisa melewati ini."

Kody ingin Laura merasakan kehadirannya, memberikan semangat agar wanita itu segera sadar dan kembali bersamanya.

Ia ingin Laura tahu bahwa ia tidak sendirian dalam menghadapi cobaan ini.

Ceklek...

Pintu kamar terbuka perlahan, menampilkan sosok Hugo yang datang membawa sebuah paperbag berukuran sedang. Wajahnya terlihat prihatin melihat kondisi Kody yang berantakan.

"Gantilah bajumu," ucap Hugo lembut, menyodorkan paperbag itu kepada Kody. "Laura akan semakin panik jika melihat penampilanmu yang penuh darah dan kacau seperti ini saat ia sadar nanti."

Kody menghela napas panjang, menyadari bahwa Hugo benar. Penampilannya saat ini pasti akan membuat Laura semakin khawatir.

Dengan enggan, ia menerima paperbag itu dan berjalan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar VIP tersebut.

Di dalam kamar mandi, Kody menatap pantulan dirinya di cermin.

Wajahnya pucat, matanya merah dan bengkak karena terlalu banyak menangis.

Bajunya berlumuran darah, menjadi saksi bisu dari kejadian mengerikan yang baru saja ia alami.

Ia mengganti pakaiannya dengan yang baru, mencoba membersihkan diri dari noda darah dan debu. Namun, luka di hatinya terasa semakin perih.

Kehilangan bayi mereka dan melihat Laura terbaring tak berdaya telah menghancurkan sebagian dirinya.

*

Setelah selesai berganti pakaian, Kody kembali ke sisi Laura. Ia menggenggam tangannya lagi, berharap keajaiban akan segera datang dan membawa Laura kembali kepadanya.

Kody keluar dari kamar mandi dengan wajah yang sedikit lebih segar setelah mengganti pakaian dan mencuci muka. Namun, aura kesedihan masih terpancar jelas dari matanya.

Di ruang inap, ia melihat Uncle Marco dan Aunty Celia sudah berada di sana, bersama Hugo dan Connie. Mereka semua tampak khawatir dengan keadaannya.

"Kody, ayo makan dulu. Kau belum makan apa pun sejak tadi," ucap Aunty Celia dengan nada lembut, berusaha membujuknya.

"Aku tidak lapar, Aunty," jawab Kody lirih, lalu berjalan menuju ranjang Laura. Ia kembali menatap wajah istrinya yang masih terlelap, tak sadarkan diri. Hatinya terasa nyeri melihat Laura dalam kondisi seperti ini.

"Makanlah sedikit saja. Aunty tidak ingin kau sakit di saat kau harus menjaga Laura," timpal Aunty Celia, tetap berusaha membujuknya.

Kody mengangguk lemah, merasa tidak enak menolak tawaran Aunty Celia. Ia berjalan menuju sofa dan mulai menyantap sedikit makanan yang dibawa oleh wanita paruh baya itu.

Suapan pertama terasa hambar, namun ia tetap berusaha menelannya demi menghormati Aunty Celia.

"Kau sudah mengurus keluarga Jefferson?" tanya Kody pada Hugo, suaranya terdengar datar.

"Sudah. Bisa dipastikan keluarga Jefferson tidak akan bisa lagi berbisnis di Eropa maupun Amerika," jawab Hugo tegas.

"Bagaimana dengan wanita itu?" tanya Kody lagi, tatapannya dingin.

"Bianca dikurung di ruangan bawah tanah di markas. Saat ini, kami hanya menyiksanya dengan tidak memberinya makan dan minum," ucap Hugo, nadanya tanpa ekspresi.

"Aku sendiri yang akan menangani wanita itu," kata Kody, suaranya penuh dengan amarah yang tertahan.

Hugo hanya mengangguk mengerti. Ia tahu, Kody tidak akan membiarkan Bianca lolos begitu saja setelah apa yang telah dilakukannya.

Kody hanya memakan sedikit sarapan paginya, lalu kembali duduk di samping ranjang Laura.

Ia menggenggam erat tangan istrinya, air mata kembali menggenang di pelupuk matanya.

"Maafkan aku. Ini semua salahku," bisik Kody lirih, lalu mengecup lembut tangan Laura.

1
Lucyana H
visulnya lebih suka yg asia,
aurel
hai Thor aku sudah mampir jangan lupa mampir juga di karya aku " istri ku adalah kakak ipar ku "
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!