Alana terpaksa menikah dengan seorang CEO dingin bernama Adam Pratama atas permintaan saudara kembarnya, yang kabur satu hari sebelum pesta pernikahan.
Seiring berjalannya waktu, Adam menunjukkan rasa pedulinya pada Alana dan mulai melupakan mantan kekasihnya.
Akankah muncul benih-benih cinta diantara mereka berdua? Apalagi mengingat kalau ini adalah pernikahan yang terpaksa semata?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 31
Adam memaksa masuk ke dalam kamar milik Clara dan menghampiri Alana yang sedang duduk di tepian ranjang dengan posisi membelakangi dirinya.
"Huh!" Adam membuang nafas lalu menepuk pelan undak Alana.
"Baiklah, kalau kamu ingin pindah kuliah ke luar negeri. Aku akan mengabulkannya. Tapi malam ini kita pulang dulu ke rumah, bagaimana?" ucap Adam memeluk Alana dari belakang dan menopang dagunya ke pundak wanita itu.
"Sungguh? Kamu tidak sedang membohongiku, kan?" tanya Alana menoleh sekilas pada Adam.
Pria itu mengangguk dan mengecup sekilas pipi Alana. "Apa pernah selama ini aku membohongimu, hum?"
"Kalau begitu ayo pulang. Tapi sebelum itu aku ingin menemui Clara dan berpamitan dengannya, Kak." Alana bangkit dari duduknya namun ditahan oleh Adam. "Ada apa lagi?" tanya Alana.
Sungguh, Adam tak habis pikir dengan sikap Alana yang mudah sekali berubah-ubah seperti bunglon.
"Tidak usah mencari Clara. Dia sedang pergi," sahut Adam tak mau menganggu Kenan yang sedang berusaha mendekati sahabat istrinya itu.
"Pergi? Kemana? Dia tidak bilang kalau mau pergi." aneh, Alana merasa ada sesuatu yang sedang Adam sembunyikan darinya.
"Jangan pikirkan dia. Bukankah yang terpenting dia baik-baik saja sekarang?" Adam melepas jaketnya dan memakaikannya ke pundak Alana. "Mau pulang tidak? Atau kamu mau kita melakukannya di kamar ini?"
"Hah?" otak mungil Alana mulai loading. Sedangkan Adam mulai melakukan aksinya, mendekatkan wajahnya ke wajah Alana.
Lalu, sesaat kemudian ciuman yang tak terduga terjadi. Keduanya sama-sama menikmati momen itu bersamaan dengan derasnya air hujan di luar sana.
*****
"Lepaskan aku, dasar om-om mesum!" Clara mendorong Kenan saat ciuman mereka terlepas.
Plak.
"Siapa kamu, berani sekali kamu menyentuhku?!" teriak Clara menunjuk Kenan dengan jijik. Clara akui, Kenan memang tampan, tapi akhlaknya benar-benar minus. "Aku bisa melaporkanmu ke polisi, tahu!"
Kenan tersenyum sambil mengusap pipinya yang terasa panas akibat ulah Clara. "Ya, lakukan saja aku dengan senang hati menunggu polisi datang kesini dan menangkap ku," ucap Kenan melipat kedua tangan di depan dada.
"Lagipula mana ada polisi yang akan menangkap sepasang ke kasih yang sedang berciuman. Menggelikan sekali," ucap Kenan lagi.
"Dasar gila kamu!" Clara memilih pergi dari sana sebelum kesabarannya habis menghadapi om-om seperti Kenan.
"Hei, berhenti disana. Jangan menganggu mereka." Kenan menghentikan langkah kaki Clara. "Aku yakin kamu tidak mau kan mendengar suara-suara yang menggelitik di telingamu nanti."
Clara mengernyit bingung. Tentu ia sangat mengerti maksud ucapan Kenan. "Jangan-jangan mereka..."
"Ya, sepertinya besok kamu harus segera mengganti sprei dan sarung bantal." Kenan menahan tawanya, membayangkan apa yang sedang Adam dan istrinya itu lakukan di dalam sana.
Clara menepuk jidatnya sendiri kemudian ikut duduk di samping Kenan. Terpaksa ia melakukannya daripada telinga sucinya ternodai.
*****
Sesampainya di rumah, Adam membopong Alana dan membawanya masuk ke kamar.
Ya, mereka sama-sama malu dan memalingkan wajah masing-masing karena belum lama ini membuat ranjang milik Clara ambruk.
"Lain kali, lakukan dengan hati-hati, Kak." Alana membuka suara, mencoba mencairkan suasana karena selama berada di perjalanan mereka sama-sama diam.
"Jangan ingatkan aku lagi tentang itu, sayang. Aku sudah memberinya uang supaya membeli ranjang yang baru dan kokoh. Bukan ranjang murah," kesal Adam.
Bisa-bisanya saat sedang berada di puncak ada kejadian yang membuat kepala atas dan bawahnya sekarang menjadi pusing.
"Kita lanjutkan di kamar, ya," pinta Adam dengan nada memohon.
"Apa dia sudah pergi?" tanya Alana sengaja mengalihkan pembicaraan.
"Jangan pernah membicarakan orang lain saat sedang berdua denganku, sayang." Adam menurunkan Alana, mendudukkan wanita itu di tepian ranjang lalu beranjak dari sana.
Alana melepaskan jaket Adam. "A-apa saat aku pergi tadi dia mencium mu?" tanya Alana sontak membuat Adam menghentikan langkahnya dan berjalan mendekatinya.
Adam lalu berlutut di depan Alana. "Kamu cemburu?" bukannya menjawab, Alana malah diam saja. "Tidak sama sekali, sayang. Bahkan aku meninggalkannya begitu saja dan mencari mu," jawab Adam menggenggam tangan Alana dan mengecupnya.
"Baiklah, kalau begitu aku akan memeriksanya lebih dulu," ucap Alana menarik tengkuk Adam dan menempelkan bibirnya di bibir pria itu.
Mengerti maksud Alana, Adam menarik ke atas kaos basah yang Alana kenakan dan kembali menyatukan bibir mereka.
"Kak, hentikan..." Alana menahan tangan Adam yang sudah bergerak menyusuri daerah sen si tif nya.
"Aku masukan lagi boleh?"
"Tidak, ini masih sakit," jawab Alana mendorong pelan Adam.
"Kalau begitu aku akan mengobatinya." Adam menyeringai tipis kemudian membuka kedua kaki Alana dan mulai melanjutkan aksinya.
Modus aja lu Dam🤣