Kenziro & Lyodra pikir menikah itu gampang. Ternyata, setelah cincin terpasang, drama ekonomi, selisih paham, dan kebiasaan aneh satu sama lain jadi bumbu sehari-hari.
Tapi hidup mereka tak cuma soal rebut dompet dan tisu. Ada sahabat misterius yang suka bikin kacau, rahasia masa lalu yang tiba-tiba muncul, dan sedikit gangguan horor yang bikin rumah tangga mereka makin absurd.
Di tengah tawa, tangis, dan ketegangan yang hampir menyeramkan, mereka harus belajar satu hal kalau cinta itu kadang harus diuji, dirombak, dan… dijalani lagi. Tapi dengan kompak mereka bisa melewatinya. Namun, apakah cinta aja cukup buat bertahan? Sementara, perasaan itu mulai terkikis oleh waktu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ann Rhea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Putus Asa
Puluhan kembar surat yang ditulis tangan langsung oleh Lyodra berserakan dilantai kamarnya. Ketika jam istirahat atau waktu luang, ia hanya bisa menyuarakan isi hatinya menggunakan pesan yang tak dapat sampai ke pemiliknya itu.
Ratusan jam telah ia lewati tanpa kehadiran Kenziro.
Semuanya terasa amat berat dan menyesakan. Apalagi setiap harinya dia selalu mengingat apa saja kegiatan rutin dan kebiasannya.
Barulah setelah dia pergi, ia menyadari betapa lebih pentingnya Kenziro dari apapun yang ia miliki didunia ini selain harta.
Belasan botol tinta sudah ia habiskan hanya untuk jemarinya bisa menari lihai diatas kertas putih.
Dia hanya menuliskan apa yang dia pikirkan dan yang ingin ia sampaikan tanpa rasa terbatas. Begitu ia sampai diakhir, kertas itu ditatap lama, lalu di biarkan begitu saja.
Tangannya menarik kertas kosong lainnya, lalu menggambar asal dan mengambil kertas lain. Hingga akhirnya kertas kosong itu hanya ditetesi air mata yang mampu menjelaskan semua rasa pedihnya.
Lyodra melirik nakas dekat lampu tidur. Ia menatap foto Kenziro sangat lama. Hingga akhirnya memeluknya begitu erat. Dengan rintih tangisan paling dalam.
Dia mungkin mampu melakukan kegiatan sehari-harinya seperti biasa tapi jauh dari itu, dirinya masih rentan dan rapuh.
Menangis sepanjang malam hingga tertidur.
Kadang kala, ia harus bolak-balik ke psikiater untuk konsultasi masalah kejiwaan. Karena semakin hari ia merasakan hidup itu hampa, tidak ada lagi artinya.
Lyodra kerja cuman peralihan dari rasa sedih meskipun tidak mempan. Ia disuruh mencari hiburan, pergi ke pasar malam, cari teman atau bahkan mencari hobi baru.
Tetap saja semuanya hanya sementara, ia kembali menyendiri dan murung. Dirundung rasa bersalah, selalu berandai-andai bahwa Kenziro masih ada disini, ia pasti bahagia.
Meskipun dia menyebalkan tapi selalu membuat rindu.
Kalau jam makan siang, dia pasti ada ngechat hal-hal manis dan foto randomnya.
Sebelum tidur Kenziro pasti meluk dia dan cium pipinya.
Tolong... Lyodra sangat rindu dengannya.
Rindu dengan kebiasaan dan hal-hal konyol yang suka membuatnya jengkel tapi suka.
"Ken kamu dimana?" lirihnya begitu dalam. Seakan sudah kehabisan tenaga.
Bahkan sejak saat itu, Lyodra kerap memanggil nama Kenziro di dalam tidurnya. Itu sering selalu setiap malam.
Tak jarang juga dia sampai jatuh sakit demam akibat terlalu sedih dan rindu.
Memakai pakaian Kenziro sekalipun tidak dapat mengobati rasa rindu sepenuhnya. Tapi setidaknya memakai kaos dia, bahkan menghirup parfumnya yang lama, bisa merasakan kembali kehadirannya.
Kala malam datang, senja menjadi sendu. Langit gelap dan bintang kecil bertaburan. Ia selalu duduk menatap semesta, bertanya kepada dirinya sendiri. Kenziro ada dibagian mana? Ia ingin menyapanya sebentar saja, untuk mengucapkan maaf dan mungkin selamat tinggal.
Berkali-kali ia hanya bisa menghela napas panjang, lalu menunduk dan mencubit tangannya sendiri.
"Kenapa kamu ceroboh banget Ly?! Ken jadi kecelakaan gara-gara kamu!" sentaknya marah, tak jarang ia menyakiti dirinya sendiri untuk menghukum segala dosa dan perkataan buruk yang tertuju kepada suami tercintanya.
"Lyly, sudahlah bersedihpun percuma. Ken gak akan kembali karena air matamu," tutur Merin saat sedih melihat anaknya sudah terpuruk lama. Ia bahkan lupa terakhir kali dia dapat tersenyum lagi.
"Tetap tegar sayang, Ken pasti akan sedih di sana kalo kamu terus kayak gini. Dia pasti gak bisa pergi dengan tenang kalo kamu belum ikhlas. Dia pasti tersiksa disana, sama seperti kamu. Coba kamu relakan meskipun sulit. Mama juga berat ditinggal papa tapi buktinya mama bisa, karena mama harus tetap kuat bertahan demi kamu."
Lyodra selalu diam ketika dinasihatin, entah dia sedang berpikir atau tidak mendengarkan. Yang jelas itu semua tidak mempan. Ribuan quotes tentang kehilangan sudah ia baca. Tapi bukan itu yang ia inginkan. Tidak ada obat yang benar-benar obat untuk menghilangkan perasaan kehilangan ini.
Wajah sendunya selama ini tersamarkan akibat polesan bedak yang ia tebakan di campur concealer. Berharap semua tidak tahu sehancur apa hidupnya sekarang.
"Apa aku bikin ritual pemanggilan arwah?" gumamnya yang sudah sangat putus asa.
Seakan memiliki harapan baru. Lyodra segera bangkit menghapus air matanya, mengunci semua pintu dan mencari buku online tentang itu semua. Termasuk menonton video di internet bahkan film-film tentang pemanggilan arwah.
Lalu setelah menghabiskan waktu semalaman untuk mencari tahu, Lyodra mencari orang yang dapat membantunya memandu ritual. Meskipun ia gemetaran, tapi rasa takutnya ia tepis, demi bertemu Kenziro.
Demi menemukan petunjuk raganya ada dimana. Semua ia lakukan atas dasar cinta dan penyesalan. Keinginannya begitu berat, bahkan bumi pun kalah besarnya.
Usai bertanya lewat cuitan di internet ia menemukan orang pintar yang bisa membantunya membacakan mantra. Meskipun harus membayar mahal, ia langsung bersedia.
"Aku mau secepatnya Mbak!" serunya ditelepon.
Setelah membuat janji, akhirnya Lyodra menjatuhkan dirinya dikasur, melempar handphone ke sembarang arah dan bisa menghela napas panjang sambil mengusap wajahnya gusar.
"Kalo cara sehat gak bikin kamu balik. Maka aku gak akan sungkan untuk pake cara gila biar kamu bisa aku temukan, Ken."
Lyodra tahu resikonya banyak dan besar, tapi ia akan terobos itu semua.
Ambisinya bergejolak, semangat tak karuan. Begitu sudah ia transfer uang ke orang itu, saat bertanya kapan dia bersedia datang, karena selalu diundur malah pada akhirnya malah Lyodra di blokir. Dia malah ditipu!
Lyodra menggeram kesal, ia tidak mempermasalahkan nominal yang diberikan. Hanya saja marah karena waktunya terbuang sia-sia, kalau tidak ada orang pintar yang dapat membantunya, ia akan cari sendiri buku fisik di toko buku yang bisa membahas ritual pemanggilan arwah.
Hal-hal mistis yang sebelumnya tidak pernah masuk diakal Lyodra, lama-lama mulai dapat ia terima. Dulu ia pikir bahwa hal mistis itu tidak ada, hanya khayalan orang aneh. Kini justru ia percaya, bahkan dunia lain itu ada. Berdampingan dan bisa saja saling menyenggol.
Selama buku itu masih belum ditemukan, Lyodra tidak akan berhenti mencari informasi soal dukun sakti di negara ini. Yang tidak terlalu terikat apalagi menakutkan. Ia masih waras, tidak mau kisah hidupnya berakhir tragis seperti di film-film.
Namun keputusan pertama sebelum bisa melakukan ritual gila itu. Lyodra ingin membuka mata batinnya, agar ia bisa berkomunikasi dengan para mahluk gaib, kalau bisa menyuruh mereka membantunya mencari Kenziro.
Semua itu ia lakukan tanpa sepengetahuan Merin. Kalau ibunya tahu, ia pasti akan dicap gila akut.
Dari pada begitu, mending diam-diam.
Lyodra sempa kesal, banyak dukun menolak permintaannya karena takut yang datang malah mahluk lain. Bagaimana kalau itu terjadi? Apakah ia bisa dimintai pertanggungjawaban?
"Kenapa kau buat semuanya serumit ini Tuhan?"
