NovelToon NovelToon
Menyetarakan Diri Dengan Para Dewa

Menyetarakan Diri Dengan Para Dewa

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Epik Petualangan
Popularitas:663
Nilai: 5
Nama Author: Space Celestial

Menara yang Misterius yang sudah berdiri dan berfungsi sejak sangat lama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Space Celestial, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31

Setelah sesi latihan berdiri dan mengendalikan Lighthouse, Marcus menoleh kembali ke kerumunan. Dia mengangkat tangan ke udara, dan dua Lighthouse lain muncul dengan suara dengung lembut. Cahaya putih keperakan berpendar samar dari permukaan mereka.

Tanpa bicara, ia menyusun ketiga Lighthouse-nya di udara, satu mengambang lebih tinggi dari dua lainnya, membentuk formasi segitiga. Lalu, dengan satu gerakan jari yang tenang dan penuh kontrol, sinar cahaya melengkung terbentuk dari satu Lighthouse ke Lighthouse lain, menciptakan permukaan cahaya berbentuk segitiga yang padat dan tembus cahaya.

Beberapa Regular menahan napas.

"Cahaya ini," ucap Marcus pelan namun terdengar jelas, "adalah perisai kalian."

Ia membiarkan perisai itu tetap menggantung di udara sebentar sebelum melanjutkan, suaranya tenang seperti biasanya.

"Dengan dua Lighthouse atau lebih, kalian bisa membentuk shield barrier. Fokus pada bentuk yang kalian inginkan. Segitiga, seperti ini. Atau persegi jika kalian gunakan empat. Bahkan hati jika kalian suka bentuk yang... aneh." Marcus menatap Sofia sebentar, seolah tahu ia akan menghindari bentuk yang tak efisien.

Emily mengangkat alis sedikit. Sementara Sofia hanya berdiri tegak tanpa bereaksi.

Marcus melanjutkan, nada bicaranya kini sedikit lebih serius. “Tapi ingat... ini semua tergantung pada seberapa baik kalian mengendalikan Lighthouse kalian. Konsentrasi. Imajinasi. Struktur mental kalian. Tanpa itu... tak peduli seberapa canggih Lighthouse kalian, tak akan ada bentuk apapun.”

Marcus lalu mengedipkan mata. “Dan tentu saja... ini semua terbatas.”

“Lighthouse yang kalian gunakan sekarang,” katanya, menunjuk ke tulisan itu, “adalah E-Rank. Peringkat terbawah. Hanya cukup kuat untuk menahan tekanan serangan dari musuh lemah, atau manusia super dengan kekuatan fisik dasar. Kalau kalian mau perisai yang bisa menahan tembakan dari senapan energi atau sihir kaliber tinggi, kalian harus naik peringkat. Dan itu... tidak murah.”

Ia berhenti sejenak, membiarkan kata-katanya mendarat di benak para Regular.

“Peringkat D, C, B, hingga A. Dan bahkan S-Rank. Mereka bisa membuat Fortress—bukan cuma perisai kecil.”

Marcus lalu menunjuk ke perisainya yang masih mengambang. Ia menggerakkan jari sedikit, dan cahaya berubah dari segitiga menjadi persegi. Lalu menjadi heksagon. Lalu kembali ke bentuk awal.

"Latih imajinasi kalian. Bentuk bukan hanya pertahanan, tapi bisa jadi bentuk komunikasi, simbol, strategi." Ia tersenyum tipis. “Atau... jebakan.”

Marcus menghilangkan perisai cahaya itu, lalu menatap mereka semua dengan ekspresi sedikit lebih tajam.

"Kalian semua," katanya, “tidak hanya Light Bearer. Kalian juga akan menjadi Perisai. Defender dari tim kalian masing-masing.”

Beberapa murid saling melirik. Emily tampak berpikir dalam diam. Sofia masih berdiri di tempat yang sama, tak bergeming, tapi matanya menyempit sedikit.

Marcus membiarkan keheningan menggantung selama beberapa detik. Ia tahu kapan harus bicara, dan kapan harus diam, memberi waktu bagi para Regular untuk mencerna tanggung jawab baru yang tak hanya strategis, tapi juga protektif.

“Sekarang giliran kalian.”

Suara itu terdengar seperti gong perintah yang membelah suasana. Para Regular saling melirik sebelum satu per satu mulai menyalakan Lighthouse masing-masing.

Sofia memandangi titik tempat perisai tadi melayang sebelum Marcus menghilangkannya. Matanya yang biru tajam sedikit menyipit, pikirannya mulai menganalisis kemungkinan dari kemampuan itu. Ia belum pernah menggunakan teknologi semacam ini sebelumnya, namun prinsipnya... terasa familier. Seolah Lighthouse bukan sekadar alat, tapi perpanjangan dari kemauan pemiliknya.

Di sebelahnya, Emily menyilangkan tangan, tampak seperti sedang membandingkan fungsi Lighthouse dengan strategi pertempuran yang telah ia pelajari. Ia mungkin tidak memperlihatkannya, namun dari sorot matanya yang menatap Marcus tanpa berkedip, jelas bahwa otaknya sedang memutar banyak simulasi dalam pikirannya.

Marcus, dengan gaya santainya, turun dari udara dan kembali menapak tanah. Ia menguap sedikit, lalu menunjuk ke arah mereka semua.

“Sekarang giliran kalian,” katanya pelan, namun penuh tantangan. “Pasangkan dua Lighthouse. Fokus. Bayangkan bentuknya. Rasakan cahaya itu seolah itu bagian dari tubuh kalian.”

Satu per satu para Regular mulai mencoba. Beberapa tampak ragu, Lighthouse mereka bergetar tak stabil di udara. Yang lain langsung mencoba menghubungkan dua Lighthouse, namun hasilnya tak lebih dari garis cahaya lemah yang segera padam.

Sofia menarik napas perlahan. Ia memanggil Lighthouse-nya, yang melayang tenang di sisi kanan tubuhnya. Cahaya biru lembut menyinari wajahnya. Ia lalu mengangkat tangan, memanggil satu lagi.

Butuh beberapa detik sebelum Lighthouse kedua melayang keluar dari panel kecil yang muncul di udara. Ia mengaturnya secara mental agar keduanya melayang sejajar, membentuk sisi dasar dari sebuah segitiga yang belum lengkap.

Konsentrasi.

Itu kuncinya.

Dalam pikirannya, Sofia membayangkan jalur cahaya yang menghubungkan dua Lighthouse itu. Ia membayangkan energi itu bukan hanya sebagai cahaya... tapi sebagai struktur. Sebagai bentuk nyata. Tegas. Kokoh.

Kemudian…

zzzzzzzh...

Sebuah garis cahaya muncul. Stabil. Terhubung. Seperti jembatan transparan di udara. Beberapa murid menoleh ke arahnya, terkejut. Emily melirik, matanya menyipit.

Sofia tidak berhenti di sana. Dengan penuh konsentrasi, ia menempatkan Lighthouse ketiga di atas dua yang pertama, membentuk sudut segitiga. Begitu Lighthouse ketiga stabil, ia menyatukan tiga titik cahaya menjadi satu permukaan segitiga padat.

Wuuum…

Perisai itu muncul. Cahaya biru muda yang lembut namun memiliki aura pertahanan yang solid.

Marcus mengangkat alis. “Bagus.”

Sofia menahan posisi itu selama beberapa detik, lalu perlahan melepas kontrol. Perisainya memudar, dan ia mengembuskan napas panjang.

Beberapa Regular tampak kesulitan. Cahaya mereka berkedip, terkadang tak terhubung. Yang lain tampak terlalu tegang, hingga Lighthouse mereka bergetar dan bergerak liar di udara.

Emily mencoba giliran berikutnya. Dia memanggil dua Lighthouse kuningnya, lalu memposisikan mereka membentuk garis datar. Emily tidak memilih bentuk segitiga, tetapi mencoba membentuk setengah lingkaran. Cahaya dari kedua Lighthouse menyala terang, lalu menyambung... setengah bentuk oval, seperti pelindung kecil di depan tubuhnya.

Marcus memperhatikan tanpa komentar, namun ada kilatan minat di matanya.

“Cukup stabil,” gumamnya. “Menarik bentuknya.”

Emily menarik kedua Lighthouse-nya ke bawah dan mematikannya. Ia menatap Sofia sesaat sebelum menoleh ke Marcus. “Bagaimana kita tahu bentuk mana yang paling efektif?”

Marcus menyeringai tipis. “Tergantung pada tujuanmu. Untuk pertahanan langsung, segitiga dan persegi biasa lebih kuat secara struktural. Tapi untuk menyerap atau memantulkan serangan, bentuk melengkung bisa lebih baik.” Ia berhenti sejenak lalu menunjuk ke arah kepala. “Yang penting, kalian tahu apa yang kalian butuhkan sebelum membuat bentuknya. Jangan asal membentuk sesuatu hanya karena terlihat keren.”

Ia mulai berjalan perlahan di antara mereka, tangannya di saku. “Perisai itu bisa menahan serangan. Tapi juga bisa jadi jaring. Bisa jadi penjara. Bisa jadi penopang jalan jika kalian butuh pijakan di udara. Di lantai yang lebih tinggi... ruang tiga dimensi sangat penting. Jangan hanya berpikir secara dua dimensi.”

Salah satu Regular di belakang mencoba membuat bentuk hati, lalu tertawa kecil karena gagal total. Marcus melirik dan menghela napas.

“Kalau tidak bisa membentuk bentuk hati yang kokoh, jangan coba di depan lawan. Mereka akan tertawa, lalu membunuh kalian,” katanya dengan nada malas tapi serius.

Waktu berlalu. Satu per satu para Regular mencoba dan berlatih. Mereka mulai terbiasa dengan aliran mana dalam Lighthouse mereka, merasakan denyutan energi di ujung kesadaran. Ada yang mulai berhasil membentuk persegi kecil, ada yang menciptakan pelindung melengkung seperti kubah kecil.

Sofia terus memperhatikan.

Dia lebih fokus mengamati. Menganalisis. Mempelajari gaya kontrol orang lain, melihat bagaimana mereka membentuk jalur cahaya mereka.

Sofia melihat bagaimana Emily menggunakan Lighthouse-nya bukan hanya sebagai pelindung tapi juga sebagai pengalih perhatian. Emily mulai menyadari bahwa Lighthouse ini bukan hanya alat pelindung... tapi juga bisa menjadi alat manipulasi strategi.

1
Ayari Khana
Terpana😍
Android 17
Sangat kreatif
【Full】Fairy Tail
Jlebbbbb!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!