Sulastri tak menyangka kalau dia akan jadi korban pemerkosaan oleh pria yang tak dia kenal, dia sampai hamil dan dihakimi oleh warga karena merasa kalau Sulastri merupakan wanita pembawa sial. Sulastri meninggal dunia dan menjadi kuntilanak.
Wanita yang menjadi kuntilanak itu datang kembali untuk membalas dendam kepada orang-orang yang dulu membunuhnya, dia juga terus gentayangan karena mencari siapa yang sudah merenggut kesuciannya.
Jangan lupa follow Mak Othor biar gak ketinggalan up-nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BD Bab 30
"Ayah tunggu kamu di dekat alun-alun desa, jangan lama-lama. Jangan bilang-bilang siapa-siapa juga mau ketemu sama Ayah, ada Bunda juga."
Sultan sudah bersiap untuk pergi ke perkebunan, dia begitu kaget mendapatkan pesan SMS dari ayahnya itu. Namun, di balik rasa kaget itu, ada rasa bahagia karena mendengar ayahnya pulang bersama dengan bundanya.
Dia sebenarnya ingin bertanya lebih lanjut, tetapi Sultan merasa kalau saat bertemu dia bisa bertanya dan mengobrol lebih banyak lagi dengan ayah dan juga bundanya.
"Siap, Yah."
Sultan dengan cepat pergi menuju alun-alun, tentunya saat pergi dia berpamitan kepada bi Midah untuk pergi ke perkebunan. Nyatanya, dia menemui sang ayah yang sudah menunggu di sana.
"Ayah!"
Sultan sudah seperti anak kecil saja, setelah memarkirkan motornya, Sultan berlari ke arah ayahnya yang sedang berdiri dan memeluk pria itu tanpa ragu.
"Ayah kapan pulang? Kenapa jam segini sudah ada di kampung aja?"
"Ayah sudah pulang dari kemarin, sengaja tidak langsung pulang ke rumah agar tidak memancing ke curigaan bi Midah dan juga Sultan."
"Oh, oke. Terus, Bunda mana?"
"Ayo Ayah ajak kamu ke tempat bunda," ujar Salman.
Salman mengajak Sultan untuk menemui ibunya di penginapan, Sultan begitu senang karena Ibunya sudah bisa berbicara. Dia juga begitu senang karena Ibunya sudah bisa berjalan, Sultan sungguh tidak menyangka kalau dia bisa melihat ibunya yang sembuh total seperti itu.
"Alhamdulillah, Sultan senang akhirnya Bunda sembuh dan seperti dulu lagi."
"Bunda juga senang, sekarang duduk dan dengarkan."
Sinta dan juga Salman menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada keluarga mereka, keduanya juga menceritakan siapa Syahdan dan bagaimana kelakuan pria itu. Sultan yang masih muda tentunya begitu emosi, dia bahkan hendak pergi untuk mencari Syahdan dan menghajar pria itu.
Namun, keduanya mengingatkan untuk tidak gegabah. Karena sebentar lagi harus ada misi yang dilakukan, Salman sudah merencanakan hal ini dengan matang. Tentunya tanpa Sultan tahu Dea juga turut serta.
"Kalau saja tidak ada kata dosa, pasti bang Syahdan aku bunuh dengan tangan aku sendiri," ujar Sultan penuh emosi.
**
"Bang Syahdan mana?"
Dea sudah ada di perkebunan, dia sedang bertanya tentang keberadaan Syahdan pada para pekerja di sana. Namun, berkali-kali dia bertanya ternyata tidak ada yang melihat keberadaan Syahdan.
"Aneh, gagal dong rencana hari ini."
Dea cemberut, dia berniat untuk pergi. Namun, saat dia hendak pergi, Dea melihat Syahdan yang tertidur di atas tanah. Baju pria itu sampai kotor sekali, Dea merasa aneh. Cepat-cepat dia menghampiri Syahdan dan menepuk-nepuk wajah pria itu.
Plak!
Karena tidak kunjung bangun akhirnya dia menampar wajah pria itu, pipi pria itu sampai memerah. Ada cap lima jari milik Dea di sana, Dea bukannya merasa iba tapi malah tertawa.
"Bang! Mau bangun gak sih?" tanya Dea sambil kembali memukul pipi Syahdan sampai kedua pipi pria itu terdapat cap lima jari Dea.
"Engh! Aduh!"
Pria itu menggeliat, lalu dia mengaduh kesakitan ketika berusaha untuk bangun. Bukan hanya pipinya saja yang sakit, seluruh tubuhnya juga sakit. Bahkan, Syahdan merasa kalau di tubuhnya itu ada tulang yang retak.
"Abang kenapa? Kok bisa tidur di tanah? Lagi uji nyali? Atau Abang sakit terus jatuh tanpa ada yang nolong?"
Dea memberondong Syahdan dengan banyak pertanyaan, pria itu jadi bingung harus menjawab apa. Dia malah diam sambil memijat lengannya. Pria itu mengingat-ingat apa yang terjadi, tak lama kemudian pria itu merasa merinding seluruh badan.
Dia mengingat sosok perempuan yang diperkosa kala itu, dulu saat dia bertemu dengan Sulastri, wanita itu begitu cantik dan sangat menarik, tapi tadi malam dia melihat sosok Sulastri yang begitu mengerikan.
"Abang kayak orang yang belum kumpul nyawanya, ayo kita ke warung aja. Minum dulu di sana, atau Dea obatin itu kakinya. Kayaknya kok luka," ujar Dea.
Syahdan menolehkan wajahnya ke kiri dan ke kanan, dia merasa kalau hari masih sangat sejuk. Lalu, pria itu melirik jam tangan yang ada di tangan kirinya.
"Ini masih pagi, kenapa kamu ada di perkebunan?"
"Aku mau ambil barang aku yang ketinggalan di warung, malah liat Abang kaya Dugong terdampar."
"Kamu ini, ada-ada aja. Tapi emang kaki saya perih banget, lukanya cukup dalam. Boleh deh diobati kamu," ujar Syahdan.
Entah terkena apa tetapi kaki pria itu memang terluka, Syahdan merasakan perih yang luar biasa. Tak salah rasanya kalau menerima tawaran dari Dea untuk membersihkan lukanya terlebih dahulu.
Tiba di warung Dea langsung mengobati luka di kaki Syahdan, setelah itu dia membuatkan minuman untuk pria itu. Bahkan, Dea membuatkan mie instan agar pria itu tak kelaparan.
"Ehm! Abang, sebenarnya saat pertama ketemu Dea suka sama Abang. Mau gak jadi pacar Dea?"
Dea duduk di samping Syahdan, lalu dia memeluk lengan pria itu dan menyadarkan kepalanya ada pundak Syahdan. Syahdan awalnya begitu kaget mendengar apa yang dikatakan oleh Dea, dia lebih kaget lagi melihat Dea yang bersikap manja kepada dirinya.
Syahdan adalah seorang duda, sudah sangat lama sekali dia tidak mendapatkan belaian. Didekati oleh Dea seperti itu tentu saja membuat tubuhnya seperti teraliri oleh sengatan listrik.
"Serius kamu suka sama Abang?"
"Iya, suka banget. Pacaran juga mau banget, nikah apalagi. Boleh banget," jawab Dea.
"Ehm! Abang duda loh, udah lama gak dibelai. Boleh dong kalau kita---"
"Apaan sih, Abang?" tanya Dea sambil menepis tangan Syahdan karena tangan pria itu mulai nakal sekali.
"Abis kamu cantik, bikin Abang gak tahan."
"Kalau untuk urusan itu gampang banget, Bang. Tapi harus pelan, karena Dea masih perawan. Sekarang mending Abang ceritain dulu asal-usul Abang," pinta Dea.
"Kalau Abang kasih tau asal usul Abang, apa kamu akan terima?"
"Terima dong, yang penting Abang jujur."
"Oke, Abang bakal cerita."
Syahdan menceritakan kisah hidupnya yang begitu perih, hidup dengan hanya seorang ibu yang memperjuangkan nasibnya. Sedangkan ayahnya merupakan pria yang memiliki keluarga, dia sering melihat kebahagiaan ayahnya bersama dengan keluarganya.
Rasa dendam mulai tumbuh di hatinya, terlebih lagi Ibunya sering menceritakan rasa sakitnya terhadap sang ayah. Dia jadi merencanakan hal yang jahat, menurut Syahdan apa yang dia lakukan pantas didapatkan oleh keluarga ayahnya, karena dia dulu juga sangat menderita.
Syahdan yang terpancing oleh ucapan dari Dea menceritakan semua yang sudah dia rencanakan, dia menceritakan apa yang sudah dia lakukan. Bahkan, dia menceritakan kalau pria itu sudah memperkosa Sulastri dalam keadaan marah dan juga tidak sadar.
"Wah! Gak nyangka kalau Abang ternyata adik tiri dari ayahnya Sultan, kalau Abang sudah mengambil alih semua aset berharga milik om Salman, itu artinya Abang merupakan orang kaya dong?"
"Hem! Abang banyak hartanya, kalau kamu nikah sama Abang, kamu gak bakal kekurangan. Abang manjain kamu dengan harta yang Abang miliki," ujar Syahdan.
"Oh gitu, kalau nanti semua hasil perkebunan ini aku minta boleh?" tanya Dea.
"Boleh, tapi hasil dari perusahaan berarti untuk ibu. Karena walau bagaimanapun juga dia sudah berjuang untuk membahagiakan aku," ujar Syahdan.
"Lalu, apa yang nantinya akan kamu lakukan setelah semua harta milik om Salman kamu dapatkan?"
"Aku akan membunuh satu persatu anggota keluarganya, aku sudah mulai meracuni Sinta. Setelah dia mati, aku akan meracuni Salman dan anaknya."
"Wah! Abang kejam juga," ujar Dea.
Syahdan tanpa sadar menceritakan kebobrokan hidupnya, tanpa sadar dia sudah membocorkan semua kejahatan yang dia lakukan. Hingga saat dia sedang asyik berduaan dengan Dea, beberapa orang polisi datang sambil menodongkan senjata.
"Angkat tangan! Anda sudah dikepung!"
"Hah?!" kaget Syahdan.
ternyata begitu ceritanya... dasar laki-laki...
jahat pula...
kalo ada udaku geplek pala abg syahdan 🤣
syahdan ini udah termakan omongan ibunya.. kasihan juga sih.. nggak tau apa-apa, malah dimanfaatkan ibunya..