Ayunda Anindita, seorang gadis yatim piatu yang hidup menderita di kota Bandung. ia memiliki bibi dan sepupu yang jahat kepadanya. suatu saat ia bertemy dengan pria tampan yang kaya raya. mampu kah Ayunda hidup bahagia dengan seorang pria kaya atau justru ia hanya di jadikan asisten?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ella ayu aprillia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14
Siska menutup telinganya dengan kedua tangannya.
"Apa sih bi, dateng ke rumah orang teriak - teriak gak jelas, berisik tahu."ucap Siska sambil menggosok telinganya yang panas dan berdengung.
"Gak usah sok bodoh kamu, Ayunda pergi sama kamu kan tadi pagi. Kemana dia pergi hah?"
"Kamu sudah mencuci otak ponakan saya untuk pergi dari saya kan?"
Siska tersenyum sinis.
"Yunda pergi atas kemauannya sendiri. Dan saya memang yang membantu dia pergi dari orang yang tak tahu diri seperti kalian. Kalian pikir Ayunda mesin pencetak uang yang bisa kalian minta setiap hari. Kalian pikir mudah untuk Ayunda menghasilkan uang dan menuruti semua keinginan kalian yang tidak masuk akal itu? Yunda akan lebih baik jika tidak mengenal kalian."
Bi yati menatap Siska dengan penuh amarah.
"Kurang ajar kamu ya, berani kamu sama saya?"
"Oh jelas berani, tidak ada alasan buatku untuk takut dengan orang seperti kalian. Kalian hanya benalu yang kelimpungan tanpa Ayunda."
Setelah mengucapkan itu, Siska menutup pintu nya dengan keras hingga membuat bi Yati dan Eka terlonjak kaget.
Keesokan harinya..
Ayunda bangun lebih awal dari Tika dan Putri. Ia berniat membuat sarapan untuk mereka bertiga. Yunda membuka lemari es dan melihat bahan makanan yang tersedia dan ia hanya melihat telur. Alhasil Yunda membuat telur ceplok dan nasi goreng saja. Dan beberapa saat ia berkutat di dalam dapur, terdengar suara dari arah belakang. "Kamu masak apa Yun? Harum banget wangi nya bikin laper deh."
Ayunda lalu menoleh ke arah sumber suara. "Eh Putri udah bangun, aku lagi buat sarapan untuk kita. Aku cuma lihat ada telur di kulkas. Jadi aku masak telur ceplok sama nasi goreng aja."
"Hmm.. Kayanya enak nih.. Iya aku dan Tika emang belum sempet belanja bulanan jadi ya masih kosong kulkasnya. Mungkin nanti pulang kerja kita bisa pergi ke supermarket buat belanja kebutuhan dapur."
"Ini sarapannya udah siap kalau gitu aku mandi dulu ya.."
Pukul 7 pagi mereka sudah siap dengan seragam masing - masing dan mereka menuju dapur untuk segera sarapan. Meja makan dan dapur berada di tempat yang sama karena memang rumah kontrakan tersebut tidak terlalu besar.
"Ini kamu yang masak Yun, ini nasi goreng terenak yang pernah aku makan."puji Tika dengan tulus.
"Iya bener, kamu jago juga Yun masaknya. Ini enak banget lo."tambah Putri pula.
Ayunda hanya tersenyum mendengar pujian dari teman barunya itu.
"Kalian bisa aja, aku emang biasa masak karena aku hidup sendiri di bandung. Jadi aku harus bisa apa - apa sendiri."
"Kalau aku sih, paling gak bisa kalau masak. Sekalinya masak pasti rasanya ngalor ngidul. Yang sering masak itu si putri. Tapi kalau sekarang mungkin aku lebih suka kamu yang masak deh."kata Tika sambil tertawa.
Jam setengah 8 mereka berangkat ke cafe dengan jalan kaki. Karena jaraknya hanya 15menit dari kontrakan. Jam kerja shift pagi akan di mulai pukul 8 sampai 4 sore. Sedangkan yang shift siang jm 4 sampai jam 10 malam.
Saat tiba di depan cafe mereka bertemu dengan Bima, salah satu karyawan di cafe kubu.
"Hai Kalian juga baru sampai?"Tanya Bima.
"Iya nih, yuk kita masuk."
Mereka akhirnya jalan bersama menuju loker masing masing.
"Semoga kamu betah Yun kerja disini, kau ada yang kamu gak tahu kamu bisa tanya sama temen temen yang lain."ucap Bima dengan senyum ramah.
Ayunda pun ikut tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Iya Bim, Terima kasih."
Tak lama setelah itu, datang 2 orang lagi dengan tatapan sinis dan gaya yang angkuh dan sombong..
"Kamu kalau mau kerja disini jangan sok cakep dan jangan pernah kamu coba sok cari perhatian mas Taufik. Mas Taufik itu gebetanku. Awas aja kalau kamu berani macem - macem kamu akan tahu akibatnya."ancam Melisa dengan tegas.
"Aku disini mau kerja bukan mau cari perhatian, jadi kamu tenang aja. Aku gak ada sedikitpun niatan untuk caper atau deketin mas Taufik."
"Hmm bagus deh kau begitu, aku pegang omongan kamu. Kalau sampai aku liat kamu deket deket lagi sama mas Taufik kamu akan lihat dengan siapa kamu berhadapan, setelah mengatakan itu Melisa dan Yuni melangkah menjauhi Ayunda. Yuni menatap sinis dan mencibir saat melewati Ayunda.
"Kamu itu bukan tandingannya Melisa, jadi jangan sok kecakepan."
Di perusahaan Januar Corp
Nathan sedang menatap sebuah foto kecil yang sudah terlihat usang karena foto tersebut di ambil beberapa tahun lalu. Nathan menatap sendiri kearah foto yang ada di genggamannya. Ia mengenang di saat dulu Nathan dan Ayu pergi ke wahana permainan setelah kelulusan nya. Mereka menghabiskan waktu seharian penuh dengan mencoba segala wahana yang ada ditempat tersebut. Mereka tampak bahagia dan tak memiliki beban sedikitpun. Semua waktu telah mereka lalui dengan berbagi canda dan tawa.
Hingga suatu saat, Nathan mendatangi rumah Ayu namun ternyata rumah itu kosong. Ayu dan keluarganya pergi entah kemana. Nathan mencoba mencari - cari di berbagai kota dan negara namun hasilnya nihil. Ayu hilang bak ditelan bumi hingga Nathan mulai jengah dan menghentikan pencariannya. Namun meski begitu Nathan sama sekali belum bisa melupakan Ayu begitu saja. Begitu banyak kenangan manis yang mereka ciptakan ditambah Ayu adalah cinta pertamanya.
Saat Nathan sedang bernostalgia dengan kenangan masa lalu tiba - tiba pintu ruangnya diketuk.. Nathan memasukkan foto tersebut dan menyuruh seseorang dibalik pintu untuk segera masuk.
"Masukk..."Perintahnya.
"Selamat siang Nathan."sapa wanita itu dengan senyum yang dibuat semanis mungkin.
"Ada apa kamu datang kesini?"tanyanya tanpa menoleh ke arah Elisa sedikitpun.
"Kamu masih sibuk, ini sudah hampir waktunya makan siang. Aku mau mengajak kamu makan siang di cafe deket sini aja gak papa."
"Saya gak ada waktu, pekerjaan saya banyak dan gak bisa ditinggal."
"Ayolah Nath,bagaimana kita akan saling mengenal kalau kamu aja selalu jaga jarak gini sama aku. Apa kamu mau membuat keluarga kita kecewa. Aku hanya akan mengajak makan siang. Setelah itu kamu bisa kembali lagi ke kantor. Aku hanya ingin lebih mengenal kamu. Siapa tahu kamu akan lebih tertarik jika kita sudah mengobrol banyak hal."
Nathan menghela nafas berat.
"Oke.. Tunggu sebentar aku akan selesaikan pekerjaanku dulu, setelah itu kita makan siang. Tapi ingat hanya makan siang."
"Baiklah, kalau begitu aku akan menunggu." senyum Elisa mengembang penuh kemenangan.
Akhirnya setelah menunggu selama 20 menit, Nathan dan Elisa pergi ke sebuah cafe yang letaknya tidak terlalu jauh dari kantor. Tempatnya nyaman dan lumayan ramai karena memang sudah waktunya makan siang. Ia melihat sekeliling dan memilih meja di pojok dekat jendela.
Seorang pelayanan datang menghampiri.
"Selamat datang di cafe kubu, silahkan menunya kak mau pesan apa."
Nathan mendongak dan menatap gadis itu, dan di saat yang bersamaan Ayunda pun menatap pada sangat pemuda.
Pelayan itu syok melihat pria itu lagi. Senyum manis terbit di bibir tipisnya.
"Gadis ini lagi..."