NovelToon NovelToon
Dosenku Ternyata Menyukaiku

Dosenku Ternyata Menyukaiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Dosen / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Romansa / Slice of Life
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Luckygurl_

Camelia Sasongko punya segalanya, rumah megah, dan hidup yang tampak sempurna di mata siapa pun. Tapi di balik gemerlap itu, ia menyimpan kesepian yang tak bisa dibeli dengan apa pun.

Hingga sebuah pertemuan lewat aplikasi dating menghadirkan sosok asing yang perlahan memberi warna dalam hidupnya. Lelaki itu hadir tanpa nama besar, tanpa latar belakang yang jelas, tapi bisa membuat Camelia merasa, di anggap.

Tanpa ia tahu, ada seseorang yang telah lebih dulu menaruh perhatian, Girisena Pramudito, dosen muda yang dikenal perfeksionis dan karismatik. Dalam diam, ia menyimpan rasa, menyaksikan Camelia dari jauh, dan tak pernah punya keberanian untuk mendekat.

Saat dua dunia mulai bersinggungan, yang nyata dan yang hanya lewat layar, Camelia harus memilih, pada siapa hatinya benar-benar ingin bersandar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Luckygurl_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Meluluhkan hati sang Nona

Beberapa hari belakangan, entah kesibukan apa yang menyita waktu Gray, pria itu tak lagi menghubunginya. Beberapa pesan yang Camelia kirim hanya centang satu. Bahkan panggilan teleponnya pun tak kunjung dijawab.

“Sibuk apa sih dia?” gerutunya, begitu matanya terbuka di pagi hari.

Pandangan pertama Camelia jatuh pada layar ponselnya yang sunyi. Tak ada notifikasi apapun, kosong. Seperti suasana hatinya.

“Ck... kenapa jadi kangen gini, ya, sama Gray?” gumamnya, sambil bangkit dari tempat tidur dan menguap kecil. “Rasanya kayak ada yang kurang kalau nggak dengar suara dia sehari aja.”

Padahal, Gray bukan siapa-siapanya. Hanya seorang pria yang ia kenal dari aplikasi dating, Love, saat iseng beberapa bulan lalu. Pria yang wajahnya pun belum pernah ia lihat secara langsung, namun justru mampu membuat dadanya berdebar, seolah benar-benar hadir di dekatnya.

Awalnya hanya iseng. Tapi kini?

“Kayaknya beneran jatuh hati deh.” lirihnya sambil menatap bayangannya sendiri di cermin.

Namun sayangnya, perasaan itu seperti berjalan sendirian.

“Duh, Mel… hidupmu kasihan banget, deh. Suka sama cowok yang bahkan lagi naksir cewek lain.” ucapnya pada diri sendiri, setengah menyindir. Tak ingin larut dalam pikiran yang tak pasti, Camelia pun beranjak menuju kamar mandi.

Hari ini ia memang tidak ada jadwal kuliah, dan kebetulan pikirannya sedang butuh ruang tenang. Maka, ia memutuskan untuk pergi ke tempat yang sejak dulu menjadi pelariannya.

Perpustakaan.

Tempat di mana ia bisa membenamkan diri dalam lembar demi lembar buku, menenggelamkan gelisah dalam sunyi yang damai. Bukankah itu salah satu hal yang paling Camelia sukai?

......................

Beberapa saat setelah selesai bersiap-siap, Camelia menyampirkan totebag putih lusuh kesayangannya ke bahu, tas yang dari luar tampak biasa, padahal harganya bisa membuat orang berpikir dua kali. Dengan langkah ringan dan perasaan riang, ia membuka pintu kamarnya.

Namun, langkahnya langsung terhenti.

Di depan pintu, berdiri sebongkah besar buket mawar merah yang hampir menutupi seluruh permukaan pintu. Buket itu begitu besar hingga Camelia bahkan tak bisa melihat siapa yang berdiri di baliknya.

“Astaga… apa ini?!” serunya, matanya membola.

“Nona, tolong... bunganya kayaknya nggak bisa masuk kamar deh. Ini sampai pintu aja mentok,” ujar salah satu maid dari balik buket raksasa itu.

Camelia celingukan, berusaha melihat siapa pengirimnya. Ia bahkan harus mencondongkan tubuh ke samping hanya untuk melihat siapa yang berbicara. “Dari siapa ini?! Gila...” desisnya kesal.

“Dari Pak Sena, Nona,” jawab si maid, masih setia memegangi buket super besar itu.

Camelia menggigit bibir bawahnya, menahan emosi yang mulai memanas. Ia mendekat, lalu berseru dengan nada tinggi, “Minggir! Aku mau lewat!”

“I-iya, Nona...” jawab para maid yang dengan susah payah menggeser buket ke samping agar sang Nona bisa keluar dari kamarnya.

Begitu berhasil keluar, Camelia berdiri tegak di koridor dan langsung bertanya, “Pak Sena di mana sekarang?”

“Sudah pulang, Nona. Tadi Pak Sena tidak banyak bicara. Cuma datang, bawa mobil boks gitu. Kayaknya pinjam mobil, makanya buru-buru,” jelas sang maid dengan nada cepat, berusaha menjelaskan semuanya dalam satu tarikan napas.

Camelia hanya menghela napas panjang, kesal.

“Pak Sena so sweet, ya, Nona.” tambah maid lain sambil terkekeh geli, membuat Camelia ingin segera menghilang dari sana.

Tanpa menanggapi lebih lanjut, Camelia langsung berjalan menuruni anak tangga. Kepalanya pening, bukan karena buketnya, tapi karena pengirimnya.

Sena benar-benar bebal. Maunya apa sih dia? gerutunya dalam hati.

Tanpa menoleh lagi ke belakang, ia segera memanggil supir pribadi untuk mengantarnya ke perpustakaan pusat kota. Ia butuh tempat tenang, sebelum pikirannya benar-benar kacau karena ulah dosen satu itu.

......................

*Kilas balik.

Pagi tadi, Sena datang dengan perasaan berbunga-bunga. Ada harapan yang tumbuh di dalam dadanya, semoga hari ini Camelia bersedia berbicara, atau setidaknya memaafkan. Maka, dengan semangat itu, ia mengemudi menuju kediaman keluarga Sasongko sambil membawa mobil boks berisikan sebuah buket raksasa mawar merah yang sudah ia pesan sejak kemarin sore.

“Mas, nanti kita nuruninnya gimana, ya?” tanya seorang karyawan toko bunga yang duduk di sebelah Sena di dalam kabin.

“Tenang aja. Nanti pasti ada yang bantu.” jawab Sena, singkat dan fokusnya tak lepas dari jalan.

Dadanya berdebar seperti hendak melamar seseorang. Padahal, ia hanya akan mengantarkan buket bunga. Konyol? Barangkali, tapi begitulah dirinya.

Sena tahu, ide ini terlalu berlebihan. Siapa yang menghadiahkan buket bunga sebesar itu hanya untuk meminta maaf? Tapi ia juga tahu satu hal, ia bukan pria yang pandai menyusun kata. Maka ia mengganti semua keraguan dengan tindakan. Sebab Sena percaya, perjuangan tak akan memalukan selama niatnya tulus.

Setibanya di pelataran rumah keluarga Sasongko, Sena segera turun, diikuti satu staf toko bunga yang ikut membantunya. Ia mengambil ponsel dari saku celana dan langsung menekan nama Mbak Rara di layar.

“Hallo, Mbak Rara. Lagi sibuk tidak?” tanya Sena begitu panggilan tersambung.

“Lumayan, Pak. Ada apa, ya?” sahut Rara dari seberang.

“Sebelumnya maaf ya, Mbak. Tapi saya butuh bantuan. Bisa minta tolong ajak dua … eh, kalau bisa empat sampai lima orang untuk bantu saya sedikit?” ucap Sena, setengah ragu.

“Bantu apa dulu, Pak?” tanya Rara.

“Udah, Mbak ke depan aja. Nanti juga tahu,” jawab Sena sambil terkekeh kecil.

“Iya, Pak. Tapi lima orang nggak bisa, ya. Soalnya masih pagi dan Tuan sama Nyonya baru saja berangkat. Paling saya cuma bisa bawa dua orang teman, soalnya yang lain lagi kerja juga.”

“Waduh, kurang orang ini, Mbak.”

“Gini aja, Pak. Saya panggil sopir Non Camelia sama dua satpam, ya?” usul Rara.

“Wah, oke banget, Mbak. Terima kasih banyak!”

Begitu panggilan berakhir, Sena tersenyum sumringah.

“Mas, tolong bukain pintunya. Sebentar lagi yang bantu kita datang.” ujarnya kepada staf toko bunga yang kini sudah berdiri di sisi belakang mobil boks.

Sena menatap pintu yang dibuka itu dengan perasaan campur aduk. Debar gugup, harap yang begitu besar, dan sedikit, sangat sedikit rasa percaya diri yang ia paksa tumbuh.

Camelia pasti suka. Dia pasti tersentuh, batinnya mencoba meyakinkan diri. Sebab tak peduli seberapa konyolnya cara ini di mata orang lain, bagi Sena, cinta memang butuh keberanian untuk terlihat bodoh.

Beberapa saat setelah Sena menutup telepon, Rara datang tergesa ke halaman depan bersama dua rekannya dari dapur, satu sopir, dan dua orang satpam. Wajah mereka tampak kebingungan, namun begitu melihat buket mawar merah raksasa yang hampir menutupi bagian belakang mobil boks, semua sontak terdiam.

“Astaga.” Rara menutup mulutnya, terkejut. “Ini... buket bunga?”

Sena mengangguk sambil tersenyum kecil. “Terima kasih sudah meluangkan waktu. Saya minta tolong, tolong bantu bawakan bunga ini ke kamar Camelia, ya. Tidak usah berkata apa-apa padanya, cukup berikan padanya.”

Kelima orang yang datang itu saling pandang. Ada keterkejutan dan kekaguman yang tidak bisa mereka sembunyikan. Raksasa, itu kata pertama yang muncul di kepala mereka. Bukan hanya karena ukurannya yang luar biasa, tapi juga karena siapa yang mengirim dan untuk siapa dikirimkan.

“Wah... Pak Sena ini, effort sekali ya,” celetuk salah satu dari mereka setengah berbisik. “Baru kali ini Nona kita dikasih bunga sebesar ini.”

Rara terkekeh kecil. “Dan ini pasti bukan bunga murah.”

Sena tidak menanggapi. Matanya mengamati halaman rumah yang sunyi. Sesuatu seolah mengganggu pikirannya, ia lalu melangkah mendekati pria paruh baya yang berdiri tak jauh dari truk.

“Bapak, sopirnya Camelia, ya?” tanya Sena hati-hati.

Sopir itu menoleh. “Iya, Pak. Ada apa?”

Sena mengusap tengkuknya, ragu-ragu. “Hm... saya boleh tanya sesuatu, Pak? Tapi... rahasia ya. Jangan bilang siapa-siapa.”

Sopir itu mengangguk. “Silahkan, Pak.”

“Camelia... dia suka makanan apa, ya?” tanya Sena akhirnya, sedikit malu.

“Oh,” sang sopir langsung tertawa kecil. “Nona Camelia itu doyan sekali sama donat, Pak.”

Sena mengangkat alis. “Donat?”

“Iya. Donat apa saja, pokoknya donat. Bahkan pernah borong donat pinggir jalan. Selain dimakan sendiri, juga dibagi-bagi ke kami yang kerja di sini,” jelasnya sambil tersenyum mengingat kejadian itu.

Sena mengangguk-angguk pelan. “Wah... baik juga, ya.”

“Kalau makanan lain sih biasa aja, Pak. Tapi kalau donat, Non Camelia bisa seharian makan itu.”

Sambil tersenyum, Sena merogoh saku celananya, mengeluarkan sebungkus rokok Marlboro yang tampaknya sudah ia siapkan sebelumnya. Di dalamnya, terselip lembaran uang yang dibungkus plastik kecil.

“Ini, buat Bapak,” katanya sambil menyodorkannya.

Sang sopir buru-buru menolak. “Aduh, nggak usah, Pak. Saya ikhlas kok.”

Sena tetap memaksa, bahkan langsung menyelipkan bungkus itu ke dalam saku kemeja sopirnya. “Rezeki nggak boleh ditolak, Pak.” ucapnya, sambil menepuk pelan bahunya.

Sementara di belakangnya, Rara dan yang lain masih bergelut membawa buket raksasa itu menaiki tangga depan. Dari kejauhan, Sena hanya bisa menatapnya dengan harapan semoga usahanya tidak sia-sia.

Dan bukan hanya sang sopir. Semua yang pagi itu turut membantunya, Rara, dua asistennya dari dapur, serta dua satpam yang sempat berjibaku mengangkat buket bunga raksasa itu ke dalam rumah, tak luput dari perhatian Sena.

Satu per satu, pria itu menghampiri mereka setelah pekerjaan selesai. Dengan gestur sopan dan senyum tulus, ia menyodorkan amplop kecil yang sudah ia siapkan sejak tadi malam. Isinya tak perlu ditanyakan, mereka tahu, itu bentuk apresiasi yang tak semua orang bisa lakukan. Apalagi hanya untuk sekadar membantu mengangkat buket.

“Ini untuk kalian, dan maaf merepotkan di pagi-pagi begini. Saya tahu ini bukan tugas kalian, tapi terima kasih sudah mau bantu.” ucap Sena.

Rara sempat menolak. “Pak, kami enggak enak...”

Namun Sena hanya tersenyum tipis. “Saya justru yang enggak enak. Tolong diterima, ya. Anggap saja sebagai ucapan terima kasih.”

Tak ada yang bisa berkata-kata. Mungkin karena kagum, juga karena sedikit tak percaya bahwa seorang pria seperti Sena, dosen muda berwibawa dan terkenal sangat tegas di kampus bisa bersikap selembut dan sehangat itu. Apalagi demi satu hal, mendekati hati gadis muda yang selama ini terkenal dingin dan sulit didekati.

“Mudah-mudahan Nona luluh, ya, Pak,” celetuk salah satu satpam sambil menyelipkan amplop ke saku celana seragamnya.

Sena hanya tertawa kecil. “Doakan saja.”

Barangkali gadis itu belum bangun atau sedang terlelap, mungkin sedang sibuk memikirkan banyak hal. Sena tidak tahu, yang pasti, ia sudah melakukan hal untuk meluluhkan hati seorang Camelia Sasongko, yang selama ini tampak tak bisa disentuh siapapun. Ia percaya, sekuat dan setinggi apapun tembok yang dibangun gadis itu, selama dirinya terus mengetuk dengan kesabaran, suatu hari pasti akan terbuka juga.

1
Iristyaaa
gregetttttt bgt sma camelia ya tuhan😭
Lucky ᯓ★: heheh kenapa tuh kak /Chuckle/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!