NovelToon NovelToon
Satu Malam Dengan Kakaknya

Satu Malam Dengan Kakaknya

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Tukar Pasangan / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Meldy ta

Dikhianati oleh pria yang ia cintai dan sahabat yang ia percaya, Adelia kabur ke Bali membawa luka yang tak bisa disembuhkan kata-kata.

Satu malam dalam pelukan pria asing bernama Reyhan memberi ketenangan ... dan sebuah keajaiban yang tak pernah ia duga: ia mengandung anak dari pria itu.

Namun segalanya berubah ketika ia tahu Reyhan bukan sekadar lelaki asing. Ia adalah kakak kandung dari Reno, mantan kekasih yang menghancurkan hidupnya.

Saat masa lalu kembali datang bersamaan dengan janji cinta yang baru, Adelia terjebak di antara dua hati—dan satu nyawa kecil yang tumbuh dalam rahimnya.

Bisakah cinta tumbuh dari luka? Atau seharusnya ia pergi … sebelum luka lama kembali merobeknya lebih dalam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meldy ta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Fakta Menyedihkan

Suara itu begitu berat dan tajam, membuat udara di sekitar mereka seketika menegang. Reno menoleh, begitu juga Adelia.

Reyhan berdiri beberapa meter dari mereka dengan ekspresi wajah dingin seperti es, matanya menyala penuh kemarahan.

"Rey—"

Bugh!

Sebuah pukulan keras mendarat di wajah Reno hingga pria itu terjatuh ke lantai. Lalu kembali memukul untuk kedua dan ketiga kalinya, bertubi-tubi. Adelia menjerit tertahan.

"Reyhan! Jangan!"

Reyhan menarik kerah baju Reno dengan kasar, mengangkatnya hingga hampir sejajar dengan wajahnya. "Kamu pikir siapa dirimu sampai berani mendekati istri kakakmu sendiri, hah?! Mau mati kamu, Reno?"

"Reyhan hentikan! Kamu nggak lihat orang-orang pada liat." Adelia menahan tangan Reyhan sekuat tenaga.

Para karyawan di sekitar mereka hanya bisa terdiam, tak berani mendekat atau bahkan melerai.

Reno tersenyum sinis meski sudut bibirnya berdarah. "Istri kakak? Wah ... jadi takut kehilangan dia, ya? Kalau memang kamu sayang kenapa kamu buat dia sampai kecelakaan itu terjadi?"

Plak!

Reyhan menampar Reno dengan punggung tangan, membuat pria itu kembali jatuh tersungkur.

"Reyhan stop! Aku mohon …" Adelia memeluk Reyhan dari belakang, mencoba menahan tubuh suaminya yang bergetar karena emosi.

Reyhan menatap Reno yang masih tergeletak, napasnya terengah penuh amarah. Perlahan ia melepaskan kerah Reno dan menepis tangan Adelia dengan kasar.

"Kita pulang sekarang. Semuanya bubar!" Suara Reyhan datar tapi penuh tekanan. Ia meraih tangan Adelia dan menyeretnya keluar dari kantor tanpa peduli pada tatapan semua orang.

Di dalam mobil, Adelia duduk diam sambil memegangi pergelangan tangannya yang memerah akibat genggaman Reyhan yang terlalu kuat. Air matanya terus menetes, tapi ia hanya bisa menggigit bibir untuk menahan semua emosi.

Reyhan menyetir dengan rahang mengeras, matanya menatap lurus ke jalanan, tapi di dadanya ada rasa sesak yang tak bisa ia jelaskan.

"Del, kamu milik aku. Dan nggak akan ada laki-laki lain—bahkan adikku sendiri—yang bisa menyentuhmu. Kalau aku harus hancurkan semuanya, aku nggak peduli," ucap Reyhan pelan, tapi setiap katanya mengandung bara api yang membakar.

Adelia hanya terisak pelan, tak sanggup berkata-kata lagi.

Di tengah perjalanan, sebuah panggilan telepon menghentikan mobilnya.

"Rey, mama dan Emma lagi di perjalanan pulang. Nanti kamu kembali ke rumah, segera!"

Panggilan itu terhenti sebelum Reyhan menjawab.

---

Suasana rumah besar keluarga Jonathan siang itu terasa dingin seperti istana es. Reyhan duduk di sofa panjang dengan tubuh tegap, rahangnya mengeras.

Sedangkan Reno berdiri di sisi lain ruangan dengan bibir masih sedikit bengkak akibat pukulan kakaknya.

Adelia masuk dengan langkah ragu. Ia tak bisa mengabaikan aura tajam yang keluar dari setiap tatapan yang tertuju padanya.

Ny. Jonathan, wanita anggun dengan balutan gaun hitam berkelas, duduk di kursi paling tinggi seolah menjadi hakim yang siap mengadili mereka.

Di sampingnya, Emma tersenyum samar sambil menggenggam tangan Ny. Jonathan. "Mama, kita harus selesaikan masalah ini sebelum perusahaan keluarga kena dampaknya."

"Tentu, Emma. Aku juga tidak ingin para investor kabur hanya karena permasalahan ini," ucap Ny. Jonathan dengan santai, membuat Emma hanya tersenyum bangga.

"Reyhan, Reno, kalian ini anak-anak Mama yang Mama banggakan. Tapi Mama kecewa besar mendengar kalian ribut di kantor hingga semua orang membicarakan keluarga kita! Apa kalian lupa? Nama Jonathan bukan untuk dijatuhkan dengan drama seperti ini!"

Reno mengepalkan tangannya. "Ma, Reyhan yang memulai duluan! Dia memukul aku di depan semua karyawan hanya karena aku bicara dengan Adelia."

"Bicara?" Reyhan tertawa dingin, suaranya penuh sinisme. "Kamu menyentuh istriku, Reno. Kamu pikir aku akan diam saja melihat adik kandungku sendiri menginginkan wanita yang sudah sah jadi istriku?"

Adelia berdiri di antara mereka, wajahnya pucat tapi matanya basah. "Rey, Reno. Hentikan."

"Del, jangan ikut campur!" bentak Reyhan tiba-tiba, membuat Adelia tersentak.

Ny. Jonathan mengangkat tangannya. "Sudah! Mama tidak mau mendengar kalian saling menyalahkan. Sekarang Mama yang bicara."

Ruangan itu hening. Bahkan suara detak jam dinding terdengar begitu jelas.

"Reyhan," ujar Ny. Jonathan tegas, "Mama sudah lama tidak setuju dengan pernikahanmu dan Adelia. Emma lebih pantas jadi istrimu. Tapi kamu bersikeras, dan sekarang apa hasilnya? Kacau balau."

Adelia hanya bisa menunduk, tangannya meremas jemarinya sendiri. Hatinya perih mendengar kata-kata itu, tapi ia mencoba tetap tenang.

"Ma, ini bukan salah Delia," kata Reno tiba-tiba. "Kalau mau menyalahkan seseorang, salahkan Reyhan yang tidak pernah memperlakukan istrinya dengan baik."

Plak!

Suara tamparan membelah udara. Ny. Jonathan menampar Reno dengan telapak tangannya sendiri.

"Kurang ajar kamu, Reno! Berani-beraninya membela istri kakakmu sendiri! Jangan bilang perasaan lamamu pada Adelia belum hilang!"

Semua orang membeku. Adelia memejamkan mata, air matanya jatuh perlahan.

"Sudah cukup," suara Reyhan pelan tapi tajam. "Kalau Mama terus memaksa aku menikahi Emma, aku akan keluar dari keluarga ini. Aku tidak akan pernah menceraikan Adelia. Dia tetap istriku. Mau Mama suka atau tidak."

Ny. Jonathan menatap Reyhan tajam. "Kamu tega, Reyhan? Setelah semua yang keluarga kita bangun untukmu? Mendiang papamu, apa kamu juga akan lupakan itu?"

"Kalau Mama memang ingin membuang aku dari keluarga ini, silakan." Reyhan menggenggam tangan Adelia erat dan menariknya ke belakang, bersiap untuk pergi.

"Reyhan, jangan pergi dulu!" Emma berlari mendekat, menahan lengan Reyhan. "Aku mohon … jangan sia-siakan semua yang sudah kita rencanakan."

Reyhan menatap Emma dengan dingin. "Aku sudah membatalkan pernikahan itu, Emma. Jadi berhentilah berharap."

"Pernikahan itu tidak akan bisa dibatalkan semaumu, Rey. Kamu pikir siapa dirimu bisa membuat keluargaku malu?"

"Aku tidak peduli."

"Rey, kamu nggak bisa ninggalin aku begitu aja!" Emma membentak keras. Ia melangkah pergi naik ke lantai atas rumah itu.

Ny. Jonathan menggeleng pelan, ia menyadari situasi bukan seperti keinginanya. Lalu menarik tangan Adelia untuk ikut dengannya.

"Ma, tunggu. Mau di bawa ke mana Adelia?" tanyan Reyhan penuh curiga.

"Apa aku sebagai mertuanya tidak bisa mengajaknya bicara? Bukankah begitu, Adelia?"

Terpaksa mengangguk kecil. Adelia berjalan ikut di belakang. Hanya mereka berdua.

"Aku tahu kalau kamu bukan sekedar mengajakku bicara, Ma," ucap Adelia pelan.

"Jangan memanggilku mama, aku tidak sudi mendengarnya. Delia, aku cukup menyayangimu kalau saja seandainya kamu bisa menuruti permintaan kecil dariku. Tidak banyak, tapi mungkin ... bisa berguna untuk masa depanmu."

"Jika untuk meninggalkan Reyhan dengan uang yang kamu berikan, tidak. Aku tidak akan mau kapanpun itu."

Ny. Jonathan tersenyum sinis. "Wah ... cukup pintar sekali kamu membuat hidup kedua putraku sekarang berantakan, Adelia. Tapi tidak apa-apa, kamu bisa saja masuk jadi bagian di keluarga ini setelah menyetujui pernikahan Reyhan dan Emma."

"Kapanpun aku tidak akan setujui, Nyonya." Adelia tetap atas pendirian.

"Oh begitu ya? Tapi bagaimana jika kamu tahu satu hal. Kalau sekarang ... Emma hamil. Apa kamu tetap akan sombong?"

1
Adinda
lanjut thor
Adinda
sudah del lebih baik cerai saja
NurAzizah504
seromantis ini dibilang datar?! /Sob/
NurAzizah504
mantapppp
NurAzizah504
dan kamu termasuk salah satunya
NurAzizah504
kali aja reyhan memiliki firasat kalo adel hamil
NurAzizah504
hai, Thor. aku mampir nih. jgn lupa mampir di lapakku juga, ya. 'Istri Kontrak Sang Duda Kaya'. terima kasih ^^
NurAzizah504
hayo, Del. tanggungjawab tuh /Facepalm/
NurAzizah504
ya ampun /Sob/
NurAzizah504
wah, ada juga ya kasus begini. hubungan hambar lah istilahnya
NurAzizah504
ini bukan lagi ditusuk. tp ditikam berkali2
Adinda
cerai Saja del suami kamu gak perduli sama kamu,kamu keguguran saja dia tidak tau karena asyik dengan jalangnya
Adinda
cerai saja adelia untuk apa sama suamimu tukang selingkuh
Cindy
lanjut kak
Adinda
cerai aja del tinggalin reyhan buat apa bertahan kalau dia bersama dengan jalangnya terus
Adinda
pergi adelia tinggalin reyhan buat apa bertahan sama pria yang tidak bisa lepas dari masalalu
Cindy
lanjut kak
Adinda
lebih baik adel tinggalin reyhan dan cerai tak usah punya urusan sama keluarga itu lagi
Cindy
next
Cindy
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!