Brakk
"Tidak becus! aku bilang teh hangat. Kenapa panas sekali? kamu mau membakar tanganku?"
Alisa tidak mengatakan apapun, hanya menatap ke arah suaminya yang bahkan memalingkan pandangan darinya.
"Tahunya cuma numpang makan dan tidur saja, dasar tidak berguna!"
Alisa menangis dalam hati, dia menikah sudah satu tahun. Dia pikir Mark, suaminya adalah malaikat yang berhati lembut dan sangat baik. Ternyata, pria itu benar-benar dingin dan tak berperasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20. Hukuman macam apa itu
Langkah kaki Mark sungguh seperti seseorang yang jalannya tidak mungkin dihadang oleh apapun dan siapapun. Begitu turun dari mobil, pria itu bahkan tidak melihat ke arah manapun kecuali hanya fokus ke arah depan ke tujuannya, yaitu kamar Alisa.
Bahkan, beberapa orang pelayan yang menyapanya sama sekali tidak pria itu hiraukan.
Sedangkan Paula, saat ini dia berada di taman halaman belakang dengan bibi Dini. Sedang menikmati pemandangan malam setelah makan malam bersama bibi Dini.
Brakk
Pintu kamar Paula di dobrak oleh Mark. Dan betapa terkejutnya pria itu, ketika dia melihat apa saja yang ada di kamar istrinya itu.
Semua perlengkapan dan peralatan yang ada di kamar Paula itu, harganya melebihi jumlah tabungan yang pernah Paula tunjukkan padanya.
"Alisa!" teriak Mark.
Maria yang mendengar tuannya berteriak memanggil Alisa, segera berlari ke taman belakang.
"Heh, Alisa! habislah kamu. Tuan Mark sudah pulang! dan dia sangat marah!" kata Maria dengan sombong.
Mendengar itu, bibi Dini yang menjadi panik.
"Nyonya..."
"Bibi jangan panik. Tenang, tenang, oke!" kata Paula memenangkan bibi Dini.
"Hehh, masih sok-sokan tenang. Sebentar lagi, kamu pasti akan diseret keluar dari rumah ini! Rasakan itu!" kata Maria.
Dan sambil cengar-cengir, Maria segera mencondongkan kepalanya ke pintu masuk rumah dari halaman belakang itu.
"Tuan! Alisa ada di halaman belakang!" teriak Maria.
Tentu saja, wanita itu sengaja berteriak dengan keras seperti itu agar Mark tahu, kalau Alisa ada di belakang.
Alisa yang tidak ingin membuat keributan, karena para pelayan kebanyakan memang sudah istirahat. Mereka sudah bekerja seharian dan dia pernah merasakan bagaimana lelahnya mengerjakan setiap pekerjaan yang ada di rumah ini. Dia pun beranjak dari tempatnya dan mendorong bahu Maria, lalu masuk ke dalam rumah.
Bibi Dini tampak cemas.
"Semoga tuan tidak terlalu marah" kata bibi Dini.
Maria langsung mendengus di depan bibi Dini.
"Sayangnya harapanmu itu tidak akan pernah terkabul bibi Dini. Nona Rena sudah sampai seperti itu. Sekarang kita lihat saja, bagaimana Alisa itu bisa selamat!" kata Maria dengan angkuhnya.
Jelas dia tidak pernah mengatakan hal baik tentang Alisa. Dia kan anteknya Berta dan dua anak perempuannya itu.
Dan Paula, dia sudah mendatangi kamarnya. Mark sudah membanting beberapa barang mewah yang ada di kamarnya. Termasuk mengeluarkan semua camilan dan minuman kesukaan Paula.
"Hehh, apa yang kamu lakukan?" tanya Paula sambil menahan tangan Mark yang ingin mengambil beberapa minuman mahal Paula.
Prang
Botol minuman yang Paula dapat dengan susah payah dari Barcelona itu pecah.
"Haiss, ck. Ini sangat limited! kamu menghancurkannya. Memangnya kamu bisa ganti?" tanya Paula kesal.
Seperti biasanya. Mark mencengkeram lengan Paula dengan keras.
"Darimana kamu dapatkan semua barang-barang ini. Pengusaha dari kota A, mana yang kamu rayu?" tanya Mark dengan mata marah, dan wajah merah padam.
Paula mendesah kasar.
"Sial! kamu bilang apa? aku merayu seseorang? apa aku punya bakat untuk itu?" tanya Paula.
"Alisa, berhenti main-main denganku. Semua barang di kamarmu ini, bahkan 10 kali lipat dari jumlah uang yang pernah kamu tunjukkan padaku saat di rumah sakit! Dan bagaimana bisa semua barang-barang ini masuk ke dalam kamarmu?" tanya Mark dengan emosi.
Pria itu bicara dengan nada yang tinggi sekali. Paula bahkan harus memejamkan matanya, dan menjauhkan sedikit jarak kepalanya dari Mark.
"Bukan urusanmu" kata Paula.
"Apa kamu bilang, apa kamu bilang?" pekik Mark mengguncangkan tubuh Paula sampai wanita itu merasa sangat tidak nyaman.
"Berhenti! lepaskan aku! ingat syarat yang aku ajukan padamu ketika aku mencabut laporan saat di rumah sakit! Jangan sentuh aku!" pekik Paula tak kalah berteriak.
Mark terlihat sangat marah. Tangannya masih mencengkeram kedua lengan Paula. Dengan bahu naik turun, dan rahang yang kian mengeras.
"Kamu istriku, siapa yang bisa melarangku menyentuhmu?" bentak Mark lagi.
Mata Paula melebar.
'Sialann! pria ini ingin ingkar janji. Dasar pria brengsekkk, penipu!' pekik Paula dalam hatinya kesal.
Brukk
Dan baru saja Paula memaki Mark dalam hatinya. Pria itu sudah menjatuhkan tubuh Paula di atas tempat tidur.
"Brengsekkk! pergi kamu!"
Paula berusaha untuk bangkit, namun Mark dengan cepat menindihh Paula. Menahan tubuh wanita itu agar tetap berada di bawahnya. Bahkan kedua tangan Paula, di tarik oleh Mark ke atas kepala wanita itu dan menguncinya disana.
Paula sama sekali tidak bisa bergerak. Dia benar-benar kesal.
"Katakan padaku! pria mana yang kamu rayu dan memberikan semua ini padamu? katakan siapa yang ada dibelakang dokter Amara? pria itu yang kamu rayu kan? dengan apa kamu merayunya. Dengan tubuhmu?"
Pertanyaan Mark itu membuat mata Paula membulat.
"Dasar brengsekkk! memangnya kamu pikir aku wanita murahan seperti simpananmu itu? hahh! yang menggunakan tubuhnya untuk merayu pria lain?" pekik Paula tidak terima.
Mark menatap wanita yang ada di bawahnya. Sejak kapan wanita itu berani berteriak padanya. Berani berkata dengan nada yang lebih tinggi darinya padanya.
"Kamu benar-benar mencari masalah, Alisa. Aku pasti akan menghukummu!"
"Bagus! kalau begitu usir aku! ceraikan...empttt"
Paula tidak dapat melanjutkan apa yang ingin dia katakan. Mark membungkamnya. Mark membungkam Paula dengan mulutnya. Paula berusaha menolak, dia menggerakkan kepalanya ke kanan, tapi tangan pria itu meraih dagunya dan membuat Paula sama sekali tidak bisa bergerak.
'Bercerai? mimpi saja kamu! aku tidak akan pernah melepaskanmu!' batin Mark yang masih dengan rakus mengkokop wanita yang terus memberontak di bawahnya itu.
***
Bersambung...