Mencinta kembali, apakah mungkin bagi Dewi Bhuana Joyodiningrat. Diusianya yang sudah lebih dari kepala 4 sekarang, dirinya kembali dihadapkan oleh 2 pria dari masa lalunya.
Ditinggalkan begitu saja, membersarkan anaknya sendirian. Dan kini orang itu kembali hadir berbarengan dengan orang lain dari masa lalunya.
Hendra Kusuma dan Aji Kurniawan. Satu adalah mantan suaminya, dan yang satu adalah temannya.
Siapakah dari kedua pria itu yang bisa membuat Dewi kembali mencinta?
Akankah putri Dewi yang bernama Aisya menerima kembali sang ayah yang meninggalkan mereka bahkan saat dia tidak diketahui sudah ada?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Loving Again 31
"Dew, kamu sungguh tidak apa-pa? Kita ke rumah sakit ya. Aku tidak bisa meninggalkanmu dalam keadaan begini."
Dewi terdiam, saat ini dia memang merasakan bahwa dirinya sedang tidak baik-baik saja.
Alhasil Dewi mengangguk, tidak ada salahnya juga dia memeriksa kesehatannya. Saat ini di rumah juga sedang tidak ada siapa-siapa, dan mungkin berada di rumah sakit adalah pilihan yang tepat untuk sekarang.
"Ayo aku bantu."
"Tas ku Bang, aku harus membawa tas ku. Handphone dan segala barang penting ada di sana."
"Nanti aku ambilkan. Sekarang kita ke mobil dulu saja."
Dewi menurut, dia dipapah oleh Aji untuk masuk ke dalam mobil lebih dulu. Setelah Dewi masuk, Aji kemudian berlari untuk mengambil tas Dewi.
"Aku taruh di belakang saja ya tasnya. Dan sekarang bersandar lah dengan nyaman."
Dewi benar-benar pasrah saat ini. Bahkan ketika sampai di rumah sakit pun dia pasrah dengan perawatan medis yang diterima.
"Bu Dewi tidak apa-apa kok Dokter Aji. Ini hanya kelelahan saja dan pikiran yang banyak. Tapi istirahat di rumah sakit akan membuatnya semakin lebih sehat ke depannya."
"Ya terimakasih."
Sebuah kamar VVIP diberikan pihak rumah sakit untuk Dewi. Dewi sedikit terkejut, tapi dia saat ini sedang berada di mode tidak ingin memikirkan apapun. Bahkan ketika dia mendengar bisik-bisik perawat yang membicarakan tentang hubungannya dengan Aji, Dewi memilih mengabaikannya.
"Aah aku terlalu lelah untuk menanggapi semua itu," keluhnya. Tenaganya seolah habis tidak bersisa karena apa yang terjadi tadi.
Hendra, pria itu sungguh membuatnya kesulitan. Perasaannya, pikirannya, semua terasa lelah.
Lambat laun Dewi memejamkan matanya. Ya dia tertidur dan ketika Aji masuk ke dalam ruang rawat, Ia mendapati Dewi yang sudah tertidur dengan pulas.
Aji menghembuskan nafasnya dengan penuh kelegaan. Sungguh dia sangat khawatir tadi. Dia pikir ada sesuatu yang terjadi pada Dewi.
Tok tok tok
Cekleek
"Dokter?"
"Hmm ya, ada apa? Oh iya, kamu yakin kan kalau tak ada yang aneh dalam tubuh Dewi?"
"Tidak, bukan apa-apa. Benar, saya yakin. Kami tadi sudah memeriksa secara keseluruhan. Tidak ada yang aneh. Bu Dewi murni karena kelelahan dan juga sedikit stres."
Aji menatap ke arah Dewi dengan seksama. Dia tahu kondisi psikis Dewi sebenarnya belum lah stabil. Apalagi sekarang tiba-tiba mantan suaminya itu muncul. Hal itu lah pasti memicu stres yang dialami Dewi saat ini.
"Kalau begitu terimakasih ya. Ah iya jika nanti dia bertanya sampai kapan ada di sini, bilang saja dua hari paling tidak untuk istirahat. Semua biaya aku yang akan mengurusnya."
"Baik Dokter."
Aji termasuk dalam jajaran dokter senior yang dihormati di rumah sakit itu. meskipun baru 5 tahun dia ada di sana, namun semua orang mengakui kemampuannya.
Selain memang Aji yang memiliki otak cerdas, dia juga dikenal begitu ramah dan humble. Maka dari itu ketika dia membawa Dewi masuk tadi, semua orang ingin tau. Siapa wanita yang berhasil membuat seroang Aji Kurniawan begitu gelisah dan khawatir.
Selama ini Aji memang terkenal ramah, tapi dia juga terkenal susah sekali untuk di dekati. Sehingga adanya Dewi bersamanya membuat semua penasaran.
Apakah sang dokter yang sudah lama sendiri, apa akhirnya dia sudah menemukan tambatan hatinya?
Itu lah head line yang hanya dalam waktu sekejap menyebar ke seantero rumah sakit.
Aji begitu khawatir dengan Dewi dan sekarang tengah menunggui wanita itu di ruang rawat rumah sakit, bisa melihat kondisi Dewi secara langsung. Berbeda dengan Hendra. Dia hanya mondar mandir di kamar hotel karena khawatir kepada Dewi tapi tidak bisa melihat kondisi dari wanita yang pernah jadi istrinya itu.
Hendra juga tidak berani untuk datang kembali ke rumah Dewi setalah apa yang tadi terjadi.
Situasi tegang tadi membuat Hendra tidak berani menghadapi Dewi. Bukan takut kepada Dewi, tapi dia takut Dewi semakin kala dan syok. Ia juga takut kalau Dewi berakhir dengan pingsan lalu saki.
Semua bayangan buruk itu merasuk ke dalam pikirannya. Pada akhirnya dia hanya berdiam diri di kamar hotel sambil mengusap wajahnya kasar.
"Aku ingin menemui Dewi lagi, tapi aku besok juga sudah harus pulang. Tiket kepulangan ku ke Jawa sudah dibeli ketika aku berangkat. Haah. Ah iya, aku harus menemui Aisya. Aku juga harus meminta maaf kepada dia, anak ku."
Hendra memutuskan untuk segera tidur. Dia besok pagi harus bersiap karena mengambil penerbangan yang paling awal. Tujuannya adalah untuk menemui Aisya.
Ya Hendra akan langsung menemui Aisya ketika dia nanti sampai di Jakarta.
Gadis yang ia temui itu, siapa sangka kalau ternyata sudah mengenali dirinya sebagai ayahnya.
"Kita tidak mengenal secara akrab untuk saling menanyakan pertanyaan pribadi."
Kata-kata yang Aisya lontarkan kepada Hendra waktu itu kembali terngiang dalam kepala Hendra. Kini dia bisa merasakan sakitnya ketika ingat akan hal itu.
Aisya sudah tahu siapa dia tapi pura-pura tidak tahu.
"Jika aku jadi dia pun, mungkin aku akan melakukan hal yang sama.Siapa juga yang mau mengakui ayah kepada pria yang sama sekali tidak pernah berperan sebagai Ayah. Maafkan ayahmu ini Aisya, sungguh aku minta maaf. Aku akan mengatakannya langsung padamu nanti. Ya, aku harus mengatakannya pada Aisya bahwa aku sungguh sangat menyesal."
Hendra bertekad, dia sungguh-sungguh ingin mengatakan itu. Hanya saja, apakah Aisya akan menerima permintaan maaf itu? Tidak ada yang tahu.
Gadis itu bahkan saat ini sama sekali tidak memiliki keinginan untuk bertemu dengan Hendra. Jangankan Hendra, bertemu dengan Alifa saja dia merasa enggan. Saat ini bagi Aisya yang paling penting adalah ibunya dan cita-citanya. Tidak lebih dan tidak kurang dari itu.
TBC
Tuh hadapi Alifah anakmu
bagus deh Alifa hadir disitu juga, dah syok tentang perceraian kedua orang tuanya, tau Aisya anak Hendra juga, tar di tmbh saat tau dia anak yg Hadi sblm pernikahan. kok aku seneng ya 🫢
Sakit banget kan