Tidak ada tanggal sial di kalender tetapi yang namanya ujian pasti akan dialami oleh setiap manusia.
Begitupun juga dengan yang dialami oleh Rara,gadis berusia 21 tahun itu harus menerima kenyataan dihari dimana kekasihnya ketahuan berselingkuh dengan sahabatnya sendiri dan di malam itu pula kesucian dan kehormatannya harus terenggut paksa oleh pria yang sama sekali tidak dikenalnya. Kehidupan Rara dalam sehari berubah 180 derajat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 31 Honeymoon
Bara melajukan mobilnya paling belakangan karena dia ingin menikmati perjalanan darat tersebut bersama dengan sang istri yang mulai dicintainya.
Bara mengecup punggung tangan istrinya,” kamu kalau lapar makan saja, kasihan sama si kembar kalau bundanya kelaparan.”
“Mas kok tau banget kalau aku pengen makan kacang telur sama kacang kulit?” Tanyanya Rara ketika membuka kantong plastik kresek.
Rara sudah mengecek belanjaan berwarna putih dengan logo khas supermarket yang paling menjamur di Indonesia.
“Entahlah, tadi lihat di rak etalase toko aku lihat kepikiran sama kamu jadinya langsung ambil saja, kamu suka kan?” jawab Bara yang sesekali melirik sekilas ke arah sang istri.
“Alhamdulillah suka lah karena semuanya makanan favoritnya aku, Mas Bara baik banget deh, jadi semakin terasa aku adalah perempuan yang paling beruntung menikah dengan Mas Bara,” pujinya Rara sambil menoel dagunya Bara.
“Kalau kamu merasa paling beruntung kapan nih kamu bisa membuka pintu hatimu untuk mencintaiku?” Tanyanya Bara sambil menaik turunkan alisnya yang tersenyum nakal.
Rara terdiam sejenak memikirkan apa yang diucapkan oleh suaminya. Ingatannya malah kembali ke kenangan masa lalunya bersama dengan Dewangga.
“Ya Allah, kenapa sangat sulit untuk melupakan Kak Dewa padahal jelas-jelas dia sudah menyakitiku dan akan menikah bulan depan,” batinnya Rara.
Bara yang melihat Rara melamun tidak melanjutkan ucapannya karena dia khatam betul dengan apa yang terjadi kepada istrinya.
Bara memiliki dua tantangan sekaligus yang harus dijalaninya untuk mendapatkan cintanya Rara yaitu traumanya dan mantan kekasihnya.
“Memiliki raganya tapi bukan hatinya. Aku berharap suatu saat nanti hanya namaku Bara Yudha Nugraha yang tertulis di dalam hatinya dan tidak akan pernah ada nama pria lain lagi untuk selamanya,” gumamnya Bara.
Rara curi-curi pandang ke arah suaminya yang kebanyakan diam saja,”Maafin aku Mas. Belum bisa dan sanggup untuk melupakan kenangan indah kami bersama Kak Dewa. Aku juga belum bisa mencintaimu Mas. Memang aku sudah nyaman dan gembira hidup bersama dengan Mas Bara, tapi itu bukan cinta yang aku rasakan hanya saja rasa nyaman dan tenang yang hingga detik ini aku rasakan.”
Bara menolehkan kepalanya ke arah samping kirinya ketika Rara menatap ke arah luar jendela mobil.
“Aku akan berjuang mati-matian untuk menaklukkan hatimu dan mengubah duka itu menjadi kebahagiaan. Semoga kamu dapat merasakan cintaku yang tulus sehingga mampu buat kamu melupakan pria yang nggak pantas Kamu cintai karena kalian saudara kandung nggak mungkin pernah bersatu dan itu adalah satu keberuntungan untukku,” monolognya Bara.
Ayo Pak guru Bara taklukkan segera hatinya Bu guru cantik. Kami yakin Kamu bisa melakukannya.
Sekitar lima jam akhirnya mereka sampai di kampung halamannya Bu Ratu wanita paruh baya blasteran Makassar Sunda itu. Mereka paling belakangan sampainya karena Bara mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang sedang saja dan beberapa kali mampir ketika Rara melihat ada penjual makanan yang dilihatnya.
Seperti ketika melewati di daerah Takalar tempat tinggalnya Mak Daeng,Rara melihat penjual jagung rebus yang berjejer di sepanjang jalan. Rara meminta Bara untuk membentuknya laju mobilnya.
Rara sampai-sampai menghabiskan beberapa buah jagung rebus saking doyannya makanan yang paling ikonik di Daerah asal author Emak Daeng.
“Syukur Alhamdulillah, akhirnya sampai juga di depan rumahnya Nenek,” ucapnya Bara.
Rara memperhatikan bentuk bangunan rumah yang berdiri kokoh di hadapannya dari dalam mobil.
“Rumahnya masih bagus dan awet yah Mas padahal katanya ini rumah yang paling tua dari semua rumah warga kampung,” puji Rara.
“Alhamdulillah rumahnya kakek masih sangat terawat sehingga sampai detik ini berdiri kokoh padahal sudah berdiri lebih empat puluh tahun lebih,” jelas Bara.
“Allahu Akbar, jadi kakek sama nenek masih sehat walafiat sampai sekarang?” Tanyanya lagi Rara.
“Alhamdulillah masih sehat dan katanya mereka nggak sabarmi ketemu dengan ketiga calon cicitnya dari kamu istriku,” ujar Bara.
Wajahnya selalu blushing ketika Bara menyebutnya dengan panggilan istriku dan calon anaknya. Hal itu selalu membuat Rara nyaman bersama dengan Bara, apalagi ketika Bara mengusap perutnya yang buncit itu.
Keduanya berjalan beriringan ke arah dalam dan kedatangannya kembali disambut hangat oleh sanak saudaranya dari pihak mama mertuanya sedangkan pihak dari Pak Nugraha kebanyakan dan mayoritas menetap di Jakarta, Bandung, Surabaya, Singapura dan China.
“Inimi cucu mantunya Bapak sama ibu, bagaimana cantikji toh istrinya Bara cucuta’?” Tanyanya Bu Ratu.
“Alhamdulillah cantikki tauwa istrinya Bara, semoga pernikahan kalian selalu bahagia dalam lindungan Allah SWT,” sahut Bu Darma mamanya Bu Ratu sembari mengusap perutnya Rara.
Rara mengecup kedua punggung tangan kakek dan neneknya Bara secara bergantian.
“Amin ya rabbal alamin, makasih banyak Nenek atas doanya. Sehat-sehatki semoga bisaki lihatki cicitta’ nanti kalau kahirki,” balasnya Rara yang baru kali ini berbicara banyak menggunakan bahasa dialek orang Turatea.
“Kalau menurut kakek calon anak kalian ini kembar dan insha Allah mereka akan lahir kembar sepasang,” ujarnya Pak Ridho daeng Beta.
“Alhamdulillah iye sesuai dengan hasil pemeriksaan dokter seperti itu kek,” balas Bara.
“Semua anak menantunya Daeng Ratu tidak ada yang jelek-jelek ini Azzahrah juga cantik bahkan kecantikannya saya lihat lebih menonjol dari ketiga kakak iparnya,” pujinya Bu Dian Daeng Sayang kakak kandungnya Bu Ratu.
“Alhamdulillah makasih banyak atas segala pujiannya, karena sudah malam sebaiknya kita masuk ke dalam. Bara sama Rara makan dulu sebelum ke resort kebetulan jarak dari sini cukup dekat jadi ngga perlu terburu-buru untuk pergi,” imbuhnya Bu Ratu.
Semua orang berjalan ke arah dalam rumah dan bersiap untuk menyantap hidangan makan malam mereka bersama-sama.
Besok barulah acara mapaccing pengantinnya sehingga malam ini mereka bisa beristirahat dengan tenang.
Rara bahagia karena tidak ada satupun anggota keluarga suaminya yang mempermasalahkan dan menghakimi dirinya yang hamil di luar nikah. Bahkan kehadiran calon baby twins sangat mereka nantikan.
Berselang beberapa jam kemudian, Bara dan Rara berpamitan menuju Sume resort yang sudah dibukim oleh Bara sebelum ke Bulukumba.
Tanjung Bira Bulukumba adalah salah satu destinasi wisata di Sulawesi Selatan yang menawarkan keindahan alam yang mempesona.
Ada banyak spot wisata menarik untuk dikunjungi di kawasan Tanjung Bira ini, mulai dari pantai berpasir putih hingga tempat pembuatan Kapal Pinisi.
Tanjung Bira sendiri berlokasi di Desa Bira, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba. Jaraknya sekitar 200 km atau 3-4 jam perjalanan dari Kota Makassar.
Keindahan panorama alam yang disuguhkan di kawasan ini begitu menakjubkan hingga mampu membayar rasa lelah selama perjalanan yang cukup panjang. Tidak heran, jika kawasan wisata ini dikunjungi oleh banyak wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
Dalam perjalanan, Rara sudah terlelap karena kecapean sedangkan Bara menyalakan radio dari tape mobilnya untuk menemani perjalanannya.
“Semua orang bahagia menyambut kehamilan istriku dan mungkin ini adalah berkah dan maksud baik dari insiden malam itu. Dibalik sisi negatifnya ada sisi positifnya yang kami dapatkan,” gumamnya Bara seraya mengusap puncak hijabnya Rara.
Rara yang tertidur pulas dia tidak bangun dari tidurnya padahal mereka sudah sampai di depan resort yang ada di sekitar pantai Tanjung Bira.
Kedatangan mereka disambut dengan angin sepoi-sepoi yang mampu menerbangkan helaian daun pohon kelapa.
Bara menggendong tubuhnya Rara ala bridal style karena sudah dicoba berulang-ulang dibangunkan tapi tidak bangun juga.
Tatapan dari orang yang berpapasan dengannya tak dipedulikannya. Bahkan tak sedikit orang yang memuji sikapnya Bara yang memperlakukan istimewa istrinya.
“Romantisnya mereka, kalau aku jadi istrinya aku bakal bahagia banget sudah dicintai oleh pria seganteng itu,”
“Sweet banget, suami yang rela berkorban bersusah-susah menggendong sang istri agar istri tersayang tidurnya nggak keganggu,”
“Betapa beruntungnya wanita itu sudah mendapatkan suami speck artis Korea ehh perhatian lagi. Benar-benar idaman semua wanita banget,” puji yang lainnya.
Bara hanya berjalan dengan pelan-pelan hingga ke dalam bilik lift tanpa menggubris perkataan pujian mereka yang ditujukan khusus untuknya.
Bara menidurkan istrinya ke atas ranjang dengan sangat hati-hati mengingat Rara yang tengah berbadan dua.
Bara mengganti pakaian Rara dengan piyama tidurnya dan membersihkan menggunakan handuk kecil yang sudah dibasahi menggunakan air hangat dicampur sedikit busa sabun cair aromaterapi yang sangat menenangkan.
Bara sampai kesulitan menelan air liurnya ketika melihat betapa indahnya lukisan sang Maha Kuasa melalui bentuk tubuhnya Rara.
“Oh My God si Joni langsung bereaksi di bawah sana,” cicitnya Bara sambil mengusap wajahnya dengan gusar.
Lelaki mana yang akan sanggup menahan nafsu dan hasratnya melihat body mulus bak seputih pualam tanpa cacat sedikitpun terpampang jelas di hadapannya.
“Ya Allah, apa aku sanggup untuk menahannya lagi? Kenapa bentuk tubuhnya semakin menggoda iman dibandingkan ketika malam pertama kami dulu,” lirih Bara yang berulang kali menghela nafasnya dengan berat.
Entah dari dorongan mana Bara memutuskan untuk menuntaskan hasratnya malam itu juga dia atas tubuh seksi istrinya yang semakin berisi dalam keadaan tertidur pulas.
Dengan sangat hati-hati Bara mengg*auli dan men*jamah tubuh istrinya yang dalam keadaan terlelap dalam tidurnya.
“Bismillahirrahmanirrahim, semoga saja si Joni bisa buka puasa tipis-tipis dulu kalau nggak bisa pusing kepala atas bawah,”
Awalnya hanya berniat sekali saja melepaskan benih kecebongnya, tetapi karena tubuhnya Rara yang mampu membuatnya blingsatan dan tidak karuan sehingga mengulangi sampai dua kali malam itu.
“Arghh!! Allahu Akbar Alhamdulillah,” cicitnya setelah berhasil menjenguk si kembar untuk kedua kalinya.
Peluh keringat bercucuran membasahi wajahnya sekujur tubuhnya, meskipun bermain solo tapi, Dia sangat bahagia dan puas karena tubuh istrinya benar-benar buat dia mabuk kepayang lupa daratan.
“Sangat nikmat dan menjepit,” racaunya Bara seraya terus memompa perlahan tubuhnya di atas tubuh sang istri tercinta yang tertidur mendengkur halus.
Bara tersenyum nakal kemudian mencium bibir seksi istrinya sekilas sebelum turun dari tubuhnya Rara. Bara memaksimalkan kesempatan yang ada, ia tidak menyia-nyiakan peluang dan kesempatan tersebut.
“Libur sebulan juga nggak apa-apa,” ceplosnya seraya membersihkan tubuhnya Rara bekas sisa adu peluh keringat mereka.
Bara memakaikan pakaian piyama tidurnya Rara kemudian berjalan ke arah dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket setelah melaksanakan ibadah malamnya.
“Gue nggak bakalan ngijinin siapapun pria yang mendekati dan berniat merebut istriku dari dalam genggaman tanganku,”
Bara bersyukur karena menuruti saran dari kakaknya Baruna untuk jalan duluan ke Bulukumba yang berakhir dengan berbuka puasa menu utama dan menu pembuka.
“Semoga Rara tidak marah-marah kalau sampai mengetahui aku mengambil jatah preman disaat dia tertidur,” lirihnya yang bangkit dari posisinya untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket sisa-sisa dari percintaannya.
Kata Bara nikmat mana lagi yang harus aku dustakan, dapat istri cantik, sholehah dan calon bayi kembar tiga sekaligus.
Bara mengguyur tubuhnya malam itu dengan air hangat yang mengucur deras dari dalam shower membasahi tubuhnya yang atletis. Senyumannya terus terpatri di wajahnya ketika mengingat adegan plus-plus yang barusan dilakukannya.
“Besok pagi, aku akan minta tambah. Anggap saja hari ini adalah bonus extra,” gumamnya lalu berjalan menuju ke arah lemari setelah menyelesaikan ritual mandi wajibnya.
Bara beberapa kali mendaratkan ciumannya di wajahnya Rara dari kening, hidung, bibirnya dan pipinya tak luput dari sentuhan bibirnya yang seksi sedikit tebal.
Bara ikut berbaring di ranjang dan tanpa menunggu lama, dia pun terlelap menyusul Rara yang sudah tertidur sekitar dua jam lebih yang lalu.