Ketidaksengajaan serta pengorbanan dalam sebuah kecelakaan membuat Alena langsung meninggal dan malah mengantarkan nyawa gadis itu dengan bertransmigrasi ke dalam salah satu novel favoritnya. Alena hanya menjadi adik dari salah satu teman protagonis pria—figuran. Dia hanya seorang siswi sekolah biasa, tanpa keterlibatan novel, dan tanpa peran.
Tapi, plotnya hancur karena suatu alasan, hidupnya tidak semulus yang dia bayangkan. Dia membantu masalah semua tokoh, namun di tengah itu, hidupnya tidak aman, ada orang yang selalu ingin mencelakainya.
____
"Aku memang bukan siapa-siapa di sini, tapi bukan berarti aku akan membiarkan mereka menderita seperti alurnya."—Alena.
~•~
note:
- author 'I Am A Nobody' di wp dan di sini sama
- Tokoh utama cerita ini menye-menye, lebay, dan letoy. Jadi, ga disarankan dibaca oleh org yg suka karakter kuat dan ga disarankan untuk org dewasa 20+ membacanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febbfbrynt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nyaris Kecelakaan
Ceklek. Pelaku yang membuka pintu adalah seorang lelaki remaja dengan wajah tanpa ekspresi. Sedari pagi dia tidak tinggal di rumahnya, cowok itu bermain di rumah temannya—Alvin. Tentu saja penyebabnya karena hari ini adalah hari libur, oleh karena itu dia sangat tidak nyaman berada di rumahnya sendiri.
Seperti sekarang, ketika dia masuk, pandangannya disambut dengan botol-botol minuman keras yang berserakan, sampah makanan, kertas-kertas. Dia sudah terbiasa dengan keadaan ini sehingga wajahnya tetap datar seperti tembok. Melanjutkan langkahnya tanpa peduli, sampai di mana suara seseorang membuat langkahnya berhenti.
"Dari mana aja kamu?!"
Dia menoleh dengan malas dan mendapati ayahnya yang tengah merangkul seorang wanita dengan pakaian terbuka.
"Bukan urusan lo," balasnya dingin sembari melanjutkan langkahnya.
"Deva! Jangan kurang ajar!"
Langkah Deva berhenti lagi. Lalu, tertawa mengejek. "Gue emang kurang ajar, karena gue punya Ayah yang lebih kurang ajar! Mabuk! Bawa pelacuran ke rumah! Sedangkan istrinya hilang entah ke mana. Siapa yang kurang ajar di sini?!"
Teriakan muak itu membuat David—Ayah Deva, memerah karena marah, namun tersirat kesedihan di matanya.
Deva berbalik arah dan berjalan menuju pintu keluar rumah kembali. Ia sungguh muak melihat semua ini. Ibunya entah di mana, sedangkan ayahnya selalu membawa wanita berbeda-beda hampir setiap harinya.
Kedua orang tuanya bercerai saat dia memasuki SMA. Sebelum perceraian mereka, Deva sering mendengar pertengkaran keduanya. Lalu tidak lama, ibunya diam-diam pergi dengan hanya meninggalkan sebuah surat untuknya. Di dalam surat itu, ibunya mengatakan dia bercerai karena ayahnya selingkuh, dan dia akan pergi ke tempat yang tidak Deva ketahui.
Sampai saat ini, ibunya tidak pernah datang lagi. Walaupun ia berusaha mencarinya, Deva tidak menemukannya. Di sisi lain, ayahnya semakin menjadi. Berkelakuan brengsek dan selalu mabuk.
Terkadang Deva depresi, mamun ucapan Alena kemarin malam berpengaruh besar padanya.
Tanpa sadar, suasana hatinya sedikit membaik mengingat gadis itu. Karena tidak mau kembali ke rumah, Deva menjalankan motornya tanpa tujuan.
Di perjalanan saat lampu merah, Dia melihat siluet familier seseorang. Deva mendekat dan memarkirkan motornya di sembarangan tempat. Setelah mendekat, dia melihat gadis yang selalu dalam pikirannya tengah membagikan makanan kepada orang-orang yang terlihat seperti pengemis. Hatinya berdesir hangat. Dia hanya memperhatikannya dalam jarak beberapa meter.
Namun, tidak lama, ada sebuah mobil abu-abu yang menerobos trotoar menuju Alena dengan kecepatan tinggi. Deva yang sadar langsung berlari sekuat tenaga ke arah Alena.
"ALENA!!"
"NONA!!"
"NONA!!
"ALENA!!
Deva sadar, bukan hanya dia yang mengawasi Alena karena banyak teriakan berbeda di sekitar gadis itu.
Tapi yang ia pikirkan hanyalah menyelamatkan Alena. dan ....
Hap!
Brukk!!
Dia berhasil.
Tubuh gadis itu berada di pelukannya. Keduanya berguling sehingga punggung dan lengannya sangat sakit, tubuhnya sedikit terserempet mobil yang kabur itu. Tapi Deva tidak peduli akan rasa sakitnya, dia sempat mendongak melihat plat mobil itu.
A 0524 XM
Dia melihatnya dengan jelas, dan dia akan selalu mengingatnya.
Seluruh tubuhnya sangat sakit, namun pelukannya tidak ia lepaskan. Dia baru sadar bahwa tubuh Alena gemetar dan sepertinya menangis, Alena mencengkeram baju Deva erat seakan-akan hanya bergantung padanya. Posisinya masih terbaring.
Banyak orang berdatangan dengan syok, panik, dan cemas.
"Nona Alena! Apak Non baik-baik aja?!"
Seseorang yang sepertinya menjadi sopir Alena, bertanya dengan raut khawatir. Deva mencoba untuk bangun, dibantu dengan beberapa orang di sana, karena Alena tidak melepaskan pelukannya, wajahnya bersembunyi di dadanya, tubuhnya masih gemetar.
Deva tersenyum tipis dan mengusap lembut rambutnya. Lalu berbisik pelan menenangkan. "Tenang, Alena. Lo udah aman."
Tapi Alena benar-benar tidak melepaskannya.
"A-ku ... takut ..." Alena sesenggukan berbicara dengan suara bergetar.
"Dek, ayo segera ke rumah sakit. Tangan kaki kamu luka."
Sopir Alena menawarkan dibalas dengan anggukan Deva, karena Alena tidak melepaskan, Deva menggendong gadis itu ke dalam pelukannya. Siku dan lututnya pasti terluka sehingga sangat sakit ketika berjalan, tapi beberapa orang di sana membantunya menuju mobil Alena.
Deva sempat minta tolong kepada seseorang untuk menjaga motornya yang disanggupi orang itu. Setelah itu, Deva memasuki mobil dengan Alena di pangkuannya. Sepertinya ia masih sangat syok.
Lalu mobil itu mulai berjalan menuju rumah sakit meninggalkan orang-orang yang bergosip.
"Sial."
Seseorang di mobil hitam yang mengepalkan tangannya yang terdapat amarah dan kecemasan dalam ekspresinya. Dia sangat lengah sehingga gadisnya berada di tangan lelaki lain.
Lalu, wanita dalam mobil abu-abu yang menjadi sumber keributan. Dia marah sehingga menggertakkan gigi karena kegagalannya.
"Ah! Sialan!" umpatnya penuh amarah. "Kenapa selalu gagal?!"
"... kamu gak akan aku biarin selamat lain kali!"