NovelToon NovelToon
GAURI, PENGANTIN PILIHAN DEVAN

GAURI, PENGANTIN PILIHAN DEVAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Dokter / Anak Yatim Piatu / Teen School/College / Romantis / Cintamanis / Idola sekolah
Popularitas:199.9k
Nilai: 5
Nama Author: Mae_jer

Devan kaget saat tiba-tiba seseorang masuk seenaknya ke dalam mobilnya, bahkan dengan berani duduk di pangkuannya. Ia bertekad untuk mengusir gadis itu, tapi... gadis itu tampak tidak normal. Lebih parah lagi, ciuman pertamanya malah di ambil oleh gadis aneh itu.

"Aku akan menikahi Gauri."

~ Devan Valtor

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Toko roti

Jalan menuju gerbang sekolah terasa lebih panjang dari biasanya. Gauri berjalan sambil menggandeng Devan, sesekali menghentak-hentakkan langkah kecil seperti anak yang terlalu excited setelah menangis lama. Jari-jarinya masih mengait erat tangan Devan, tidak berniat melepas meski satu pun.

Devan tidak mengatakan apa pun, hanya terus menjaga langkah agar tidak terlalu cepat. Sesekali ia menunduk memastikan Gauri tidak tersandung, dan setiap kali itu terjadi, Gauri menatapnya balik dan tersenyum, seolah seluruh emosi kacau beberapa menit lalu tidak pernah ada.

Saat mereka mencapai parkiran sepi, Devan merogoh ponsel dari saku dan menekan nama Agam.

Panggilan tersambung.

"Kenapa Dev?" suara Agam terdengar letih.

"Aku bawa Gauri keluar sebentar," ujar Devan, membuka pintu mobil dan membantu Gauri masuk dulu.

"Ke toko roti."

Hening sepersekian detik. Lalu suara Agam meninggi sedikit, bukan marah, lebih ke terkejut berat.

"Gauri? Dia sama kamu? Loh …Gauri kan lagi tidur di rumah sakit. Gimana dia bisa ..."

"Aku nemuin dia di belakang kebun sekolah," potong Devan singkat. Ia menutup pintu mobil, masuk ke sisi pengemudi.

"Ceritanya panjang, Gam."

Gauri memiringkan kepala, penasaran mendengar nama yang seperti dia kenal. Devan menepuk kepala gadis itu lembut, isyarat agar tenang.

Di seberang sana, Agam menarik napas panjang, terdengar jelas kelelahan bercampur kekhawatiran.

"Oke… oke. Aku nggak bisa ninggalin ruang operasi sekarang. Kamu tolong jagain dia. Kalau sudah selesai langsung antar saja ke rumah sakit."

"Mm"

"Satu hal lagi. Kamu sudah tahu kondisi Gauri kan? Kalau dia marah sedikit saja,"

"Aku tau," balas Devan, baru saja Gauri tantrum gara-gara dia. Tapi dia berhasil menenangkannya.

Ada jeda lama sebelum akhirnya Agam berkata, suaranya melembut.

"Makasih."

Sambungan terputus. Devan meletakkan ponsel di dashboard, lalu menoleh ke Gauri yang menatapnya tanpa berkedip.

"Kakak Agam?" tanyanya pelan, seakan memastikan.

"Hm. Kakak kamu," jawab Devan.

Gauri tersenyum lembut, lalu menyentuh jari Devan pelan, bermain-main dengan kuku pria itu seolah itu hal paling menarik di dunia.

Devan menghela napas pelan, tidak tahu kenapa tindakan sekecil itu bisa membuat dadanya menghangat.

"Mau roti?" tanya Devan.

Gauri mengangguk cepat, sangat cepat, bahkan tubuhnya ikut memantul kecil. Devan tersenyum tipis tanpa sadar.

Mobil melaju keluar dari gerbang sekolah, melewati jalanan kota yang mulai ramai menjelang sore. Sepanjang perjalanan, Gauri memandangi luar jendela, tapi tangannya tidak melepas jemari Devan. Bahkan ketika pria itu harus memindah gigi, Gauri hanya memegang pergelangan tangan, menunggu sampai Devan bisa menggenggam lagi.

Setiap kali tangan mereka kembali bersatu, Gauri tersenyum kecil, kecil sekali, tapi tulus.

Devan berpura-pura tidak melihat. Tapi ujung bibirnya terangkat juga.

Begitu mobil berhenti di depan toko roti favorit kota itu, Gauri langsung membuka pintu dan turun dengan semangat yang membuat Devan buru-buru mematikan mesin dan mengejar.

"Gauri, jangan lari!"

Terlambat.

Gadis itu sudah hampir setengah jalan menuju pintu toko.

Devan mempercepat langkah, mengejar dengan cemas, apalagi orang-orang mulai menatap Gauri yang berlari masuk dengan ekspresi bingung, beberapa tersenyum kikuk, beberapa saling berbisik, beberapa tampak menganggap tingkah gadis itu aneh.

Devan tidak suka itu.

Bahkan belum sepuluh detik berada di dalam, tatapan-tatapan itu sudah menusuk kulitnya seperti jarum kecil. Ia meraih pergelangan tangan Gauri, lembut namun pasti, lalu berdiri sedikit di depan gadis itu, menghalangi pandangan orang.

Tatapannya dingin. Sangat dingin. Orang-orang yang tadinya melihat, spontan memalingkan wajah.

"Gauri mau pilih yang mana?" ujar Devan lembut.

Gauri segera fokus pada rak roti. Matanya berbinar, menunjuk roti satu per satu.

"Itu! Itu mau! Sama itu! Itu juga! Yang bulat itu! Yang manis itu! Yang ada cream putih!"

"Boleh," sahut Devan. “

"Tapi jangan makan sekarang semua. Nanti sakit perut."

Gauri mengangguk keras, sangat patuh.

"Iya!"

Jawaban patuh itu membuat dada Devan terasa aneh. Janggal. Hangat. Campur aduk. Ia memasukkan roti-roti pilihan Gauri ke keranjang, dan saat mereka beranjak menuju kasir, Gauri kembali menggenggam tangan Devan, lebih erat dibanding sebelumnya.

Di depan meja kasir, sementara Devan memindah roti-roti ke meja, Gauri memainkan jari-jari pria itu dengan dua tangan sekaligus. Ia menyentuh buku jarinya, membuat lingkaran kecil dengan telunjuk, sesekali menepuk.

Kasir memperhatikan sekilas. Devan menatap balik tajam. Kasir langsung menunduk.

Setelah pembayaran hampir selesai, suara berat bernada angkuh terdengar dari belakang.

"Devan? Itu kau?"

Devan menoleh perlahan, seorang pria jangkung dengan tatapan merendahkan berdiri beberapa langkah di belakang. Mantan rivalnya di SMA. Orang yang selalu mencoba menyainginya, dan gagal.

Vano namanya.

Vano menatap Gauri sekilas, lalu mengangkat alis.

"Wah, kau balik juga ke Indonesia, ya. Ini siapa?"

Ia menggerakkan dagu ke arah Gauri.

"Pacarmu? Terlihat seperti … orang kurang waras."

Dalam sekejap, udara di sekitar Devan berubah. Tatapannya berubah menjadi tajam mematikan. Bahunya menegang. Urat rahang menonjol. Tangan Gauri yang mencengkeram jarinya ikut terhenti, seolah merasakan perubahan itu.

Gauri menatap Devan dengan bingung. Devan berdiri setengah langkah di depan Gauri, menutupi gadis itu dengan tubuhnya. Suaranya rendah, nyaris seperti geraman pelan.

"Hati-hati kalau bicara."

Vano terkekeh kecil, sok santai.

"Apa? Aku cuma bilang..."

"Sekali lagi," ucap Devan pelan, sangat pelan namun penuh ancaman.

"Coba bilang sekali lagi.'

Keranjang di tangan Vano nyaris jatuh saat ia membaca tatapan Devan. Tatapan yang dulu membuat senior berandalan sekali pun mundur. Tatapan yang terkenal membuat satu sekolah memilih diam kalau dia lewat.

Beberapa detik, Vano seperti kehilangan kata. Tapi egonya tidak menyerah. “

"Aku cuma heran. Kau yang biasanya dingin, eh sekarang gandengan tangan sama ..."

Sentakan kecil terasa.

Gauri memeluk lengan Devan dari belakang, wajahnya bersembunyi di punggung pria itu seperti anak kucing yang ketakutan.

"Ka-kakak ... pulang…?" suaranya kecil, gemetar.

Devan menutup mata sejenak.

Hanya itu yang ia butuhkan untuk mengatur napas agar tidak meledak.

Ia memutar tubuh sedikit, menepuk kepala Gauri lembut.

"Tenang. Kakak di sini." Lalu ia menatap Vano lagi, tatapannya lebih dingin dari es.

"Jangan pernah berlagak seolah kau mengenalku lagi, dan jangan menghina gadis ini lagi. Aku bukan sosok yang hanya akan diam saja kalau orang terdekatku di ganggu. Kau pasti tahu kan?"

setelah mengatakan Devan meraih tangan Gauri menggenggamnya dengan erat lalu membawanya keluar dari toko tersebut. Beberapa orang yang melihat tampak kagum, sedangkan Vano sendiri di anggap aneh dan angkuh. Rahang Vano mengeras. Lagi, Lagi-lagi dia kalah telak pada Devan. Tidak, dia tidak akan kalah lagi. Lihat saja, dia pasti akan menang suatu hari nanti. Vano tersenyum sini.

1
Rita
ini lg ya jgn dilihat
Rita
mau gmn lagi yg kmu bawa liburan dibilang pikiran anak2,badan dewasa
*Septi*
minta dimandiin lagi nggak Gauri? 🤭
Herman Lim
lihat aja bntr lagi Gauri pasti sembuh dan kalian bukan² apa² utk Devan
acih aja
gaskeun kk Mae,,,,,,,💪
Ilfa Yarni
karuan para ulet bul ga dpt yg diinginkan
shenina
ada aja orang2 yg suka julid 😝
sum mia
pokoke hanya Gauri yang bisa mengendalikan dan menguasai Devan . yang lain.... jangan harap .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
Anonim
Tidur Gauri nyenyak dalam pelukan Devan.

Mandi paginya Gauri gimana tadi - mandi sendiri atau Devan yang memandikan 😄.

Di restoran hotel untuk sarapan - teman-teman alumni menyapa Devan dan Gauri.

Ada dua orang teman alumni yang sinis, tatapannya menilai, merendahkan Gauri yang menempel pada Devan.

Merupakan suatu hiburan bagi Gino - segala apa yang Gauri dan Devan lakukan. Sangat lucu terlihat dimatanya - seorang Devan akhirnya ketempelan perempuan. Gino selalu mengabadikan momen demi momen kebarsamaan Gauri dan Devan.

Gauri merasa masih kecil, mau naik perahu berbentuk gajah. Devan stok sabarnya masih full menghadapi keinginan Gauri 😄
kyo
semoga Gauri lekas pulih
Anonim
Makan malam, Gauri ngga lapar, tidak mau makan, ngantuk katanya. Devan dengan sabar membujuk Gauri. Devan ini sudah mode bapak suapin putrinya.

Gauri sudah tidur. Devan mandi untuk meluruhkan ketegangan yang melanda, bahkan canggung juga panik dalam menghadapi Gauri yang Devan sama sekali tidak menduga.

Gauri mimpi buruk.

Benar-benar jadi Gauri sitter ini Devan - menjaga Gauri aman, memandikan, pakaiin baju - bra pula, memberi makan, dan menemani Gauri tidur.
Srie Handayantie
lanjut lagi kak maee /Determined/
Srie Handayantie
kalian tidak suka sama kedekatan Gauri dan Devan ya gak masalah , toh mreka berdua juga bodo amat sama ucapan kalian 😁😂
Anonim
Telinga Devan sudah merah kek kepiting rebus kali ya 😄.

Tahu begitu bawa suster perawatnya Gauri, Devan. Gak menyangka akan terjadi hal seperti itu - mandiin anak gadis yang berkelakuan anak-anak karena trauma akibat kecelakaan yang pernah dialami.

Benar-benar menguji iman dan kesabaran Devan - bra juga mesti Devan yang pakai-in 😄.

Diana ini maksud hati ingin cari perhatian Devan. Tak sesuai harapannya, tanggapan Devan tetap datar.

Diana - tak usah punya pikiran aneh-aneh tentang Gauri dan Devan yang berada di dalam satu kamar hotel.
Al Fatih
Manis bngt sih interaksinya kak Devan sama Gauri...,, Ga tau gimana rasa kehilangan dan kerinduan misalnya kalian berpisah walaupun hanya sebentar,, secara kan Gauri itu sdh nyaman bngt sama kak Devan.

Janganlah segala sesuatu itu d lihat dgn mata,, pakailah hatimu..., biar ad rasa simpati disana. Si nini2 itu,, kenal dekat sama Gauri sj...,, enggak. Sok2 an menilai...,, ga ad orang yang pingin sakit,, baik itu sakit d jiwa atw d fisik.
Lha,, d situ yg katanya orang dewasa...,, menilai orang lain seperti itu,, jangan2 d situ yg sakit jiwanya.
Hanima
👍👍
Dian Rahmawati
devan selalu luluh klo sama Gauri
faridah ida
kalo mata kamu sakit , yaa jangan di lihat laah Nini...🤣🤣🤣
Dwi Winarni Wina
Gauri sangat manja skl sm devan, devan sangat sabar skl dan telaten memperlakukan gauri sangat lembut dan hangat....

Diana tidak suka melihat kedekatan devan dan gauri, gauri terus nempel sm devan membuat diana iri dan cemburu...
Devan merasa nyaman semenjak kehadiran gauri tidak membuatnya terganggu sama skl, justru perasaan devan sll ingin menjaga dan melindungi gauri....

Semenjak kehadiran gauri hidup devan jadi berwarna ,tingkah laku gauri sangat lucu dan gemesin biasanya devan anti perempuan susah didekati sm perempuan memiliki trauma.....

tanpa sadar gauri lah yg membantu devan menyembuhkan traumanya....
Dwi Winarni Wina: iya bunda gunung telah mencari jd lembut dan hangat😀
total 2 replies
Ipehmom Rianrafa
lnjuut 💪💪💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!