NovelToon NovelToon
BEBEK GENDUT

BEBEK GENDUT

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cewek Gendut
Popularitas:24.9k
Nilai: 5
Nama Author: Hyull

🐥🐥🐥
Setiap kali Yuto melihat bebek, ia akan teringat pada Fara, bocah gendut yang dulunya pernah memakai pakaian renang bergambar bebek, memperlihatkan perut buncitnya yang menggemaskan.
Setelah hampir 5 tahun merantau di Kyoto, Yuto kembali ke kampung halaman dan takdir mempertemukannya lagi dengan Bebek Gendut itu. Tanpa ragu, Yuto melamar Fara, kurang dari sebulan setelah mereka bertemu kembali.
Ia pikir Fara akan menolak, tapi Fara justru menerimanya.
Sejak saat itu hidup Fara berubah. Meski anak bungsu, Fara selalu memeluk lukanya sendiri. Tapi Yuto? Ia datang dan memeluk Fara, tanpa perlu diminta.
••• Follow IG aku, @hi_hyull

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hyull, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31 | Menemukan Tempat yang Tepat

“Sombong kali kau. Nggak kau balas WA aku,” begitu sapaan Fara saat menerima telepon dari Kira setelah sekian lama sang sahabat akhirnya menghubunginya.

Kira tertawa pelan. “Ih, maaf kali lah. Kram otakku, jadi aku malas buka-buka WA. Ini aja aku abis kena repet papaku, karena baru telepon ke sana.”

“Sesibuk apa sih kuliahmu? Kok sampe segitunya?”

“Tugasnya yang bikin kram otak. Rasanya mau nangis aja setiap kali pulang ke kosan. Untung Tante Bella pinter masak. Setiap hari kirimin makanan ke kosan aku. Tadi siang pun aku dibawa makan sama Om Adam ke rumah makan garuda. Wih, enak kali tunjangnya…”

Fara tersenyum, senang mendengar sahabatnya baik-baik saja meski kram otak karena tugas. “Kenapa nggak pindah aja ke rumah Kek Haru? Kan bisa tinggal di sana sama Kak Sora, sama Bang Biyu juga.”

“Ah, Kak Sora itu ribut kali orangnya. Mana bisa belajar aku. Yang ada ntar aku diajak main sama dia. Nonton lah… berenang lah… badminton atau joging. Kalau Bang Biyu bisalah, dia pintar, kalau mau ditanya-tanya bisalah dia jawab. Tapi enggak lah, Kak Sora suka ganggu soalnya.”

Fara tertawa. “Aku kok malah suka sama Kak Sora. Menurutku Kak Sora sama aja kayak Nek Ani. Walau ceplas ceplos, terus ngomongnya teriak-teriak, tapi mereka baik. Aku malah nyaman dengar mereka merepet.”

Kira diam sejenak, ia merasa ada sesuatu yang salah dari nada bicara sahabatnya ini. “Kenapa? Mamakmu merepet lagi?”

Fara memilih diam.

“Kali ini apa yang dia bilang? Nyakitin kali?”

Fara tetap diam.

“Papamu tetap nggak peduli?”

Fara masih saja diam dan Kira sudah terbiasa dengan itu. Sejak dulu, Fara memang tidak pernah mau menyampaikan keluh kesahnya. Meski begitu, Kira tahu apa yang terjadi. Dari siapa? Tantenya. Endah. Berkat kemampuan indihome milik tantenya, ia bisa mengetahui apa yang Fara tutupi darinya.

Sora juga terkadang membantu, tapi malah berakhir membujuknya untuk melabrak orang tua sahabatnya itu. Agak sesat memang kakak sepupunya yang satu itu.

“Oh ya, besok aku kirim donat, ya. Kemarin aku iseng beli donat, katanya nggak pake ragi instan. Mereka buat sendiri raginya.”

“Ih, nggak usah lah. Pasti mahal. Kirimnya lagi ke sini mau berapa lagi ongkosnya.”

“Nggak apa-apa, loh. Lagian, aku titip sama Om Adam. Kebetulan besok Om Adam mau ke cabang Banda Aceh, katanya mau sekalian singgah sebentar di Langsa.”

“Ih, yang betul aja kau. Masa kau titipkan sama direktur kami. Segan kali lah aku.”

“Goyang kali kau. Nggak apa-apa loh. Tadi udah aku bilang sama Om Adam. Malah Tante Ayu bilang, dia aja yang belikan nanti malam, dia simpan di kulkas dulu. Padahal tadi aku bilang nanti malam aku antar. Katanya nggak usah, soalnya mau sekalian ke sana juga katanya.”

“Segan loh aku…”

“Pokoknya besok Om Adam kasih sama kau. Udah ya, aku mau lanjut bikin tugas. Takut ketiduran pula aku. Udah ngantuk kali soalnya. *Assalamu’alaikum*…”

“*Wa’alaikumsalam*…”

Fara menghembuskan napas panjang. Meski tidak berkata jujur kepada Kira, bisa mengobrol walau sesaat pun sudah cukup untuknya.

Malam sudah larut, ia tak juga mengantuk. Padahal seharian itu ia sudah kelelahan. Dimulai dari berbelanja ke pajak bersama Yuto—memang melelahkan, tapi ia *happy*.

Ia juga membersihkan semua belanjaan, lanjut memasak sayur—hanya sayur karena akan memanaskan ayam dan ikan bakar yang diberikan Yuto semalam. Tak hanya itu, ia juga lanjut menggosok sisa pakaian yang tak lagi menggunung—yang sebagian sudah ia gosok kemarin. Jadwalnya menggosok memang di hari sabtu minggu. Tak hanya pakaian miliknya, tentu juga milik papa mamanya.

Selesai menggosok, tak terasa sudah magrib saja.

Jika malam tiba, giliran dirinya yang menjaga kedai—karena Sukri sudah pulang ke rumahnya.

Dan kini, setelah selesai salat isya dan tadinya berteleponan dengan Kira, barulah rasa lelah itu menyergapnya. Namun tetap saja, rasa kantuk tidak juga datang.

Ia memilih membuka social media. Instagram menjadi pilihannya.

Pandangannya langsung bertemu dengan postingan terbaru kakaknya. Di postingan itu, kakaknya berserta anak dan suaminya, tampak sedang makan malam di restoran mewah—jelas terlihat dari interior dan juga steak yang tersaji di atas piring mereka. Makanan lainnya juga tampak menggiurkan.

Ia menatap lama foto itu. Kakaknya tampak cantik dengan balutan dress putih bermotif bunga, duduk manis di samping suaminya yang tersenyum bangga sambil menyuapi Kiara, anak mereka. Kiara juga terlihat tertawa lepas, matanya menyipit bahagia.

Fara mengusap layar pelan, memperbesar gambar itu tanpa sadar. Ia tersenyum kecil saat melihat Kiara, tapi perlahan senyuman itu meredup. Berganti menjadi ekspresi hening.

Ia bukan tidak senang melihat kakaknya bahagia. Tentu senang. Apalagi saat melihat ponakannya tersenyum seperti itu. Tapi, rasanya… ada bagian dalam dirinya yang terasa kosong. Seperti lubang yang menganga, tak terlihat dari luar, tapi nyeri dari dalam.

Kakaknya makan enak di sana, di restoran mahal pula. Sedangkan kembalikan uangnya saja belum bisa.

Ia tertawa kecil. Bukan tawa bahagia, itu tawa seseorang yang sedang menertawakan dirinya sendiri.

Di rumah ini ia menyiapkan sarapan, terkadang mencuci pakaian, belanja ke pasar, membantu menjaga kedai di malam hari, tentu saja juga bekerja dari senin sampai jumat di kantor. Gajinya pun belum sempat dinikmati sendiri. Separuhnya langsung melayang untuk membayar cicilan keluarga. Hutang yang bukan karena dirinya, tapi harus ia bantu lunasi. Ia juga masih harus membayar cicilan motornya—yang mamanya paksa untuk membelinya agar terlihat mampu oleh tetangga.

Tapi kakaknya? Tampak happy di sana, bahkan makan malam di restoran yang harga menunya pasti setara dengan sisa gaji Fara usai membayar cicilan.

Ia menarik napas panjang, berusaha menenangkan diri. Ia tahu, kalau ia terus memikirkan itu, hatinya akan makin berat. Tapi bagaimana caranya tidak merasa kecewa ketika kebaikannya hanya dijadikan tumpuan, bukan dihargai?

Fara menatap langit-langit kamar yang sebagian plafonnya tampak berpeta, tinggal menunggu kapan bocornya saja.

Dalam heningnya malam, tiba-tiba ponselnya berdering singkat. Ia menemukan sebuah pesan masuk, dan matanya membesar saat menyadari pesan itu dari Yuto.

Seketika berdebar jantungnya.

Ia lekas membuka pesan itu. Ada sebuah foto dan juga sebuah pesan. Ia mengusap layar, membuka fotonya lebih dulu.

Itu foto dirinya. Duduk di halaman belakang rumah Yuto. Di sampingnya, Esha sedang tertawa—dan ia sendiri juga sedang tersenyum lebar, pipinya menggembung lucu karena penuh makanan. Wajahnya tampak bahagia, matanya menyala, tawa kecil terekam dalam sorotnya.

Itu foto yang Yuto ambil diam-diam di malam bakar-bakar di rumahnya.

Dan tepat di bawah foto itu, ada pesan dari Yuto yang tertulis, “Di tempat yang tepat, senyum Fara bakal kelihatan seindah ini.”

Fara terdiam. Tak langsung membalas. Hanya memandangi foto itu dalam-dalam.

Ia membesarkan layar dan menatap sosok dirinya sendiri di foto itu. Ada ketulusan yang terpancar dari sorot matanya. Ada tawa yang begitu bebas.

Wajahnya cerah karena rasa bahagia yang tulus.

Ia menyentuh layar pelan, seolah ingin mengusap bayangan dirinya sendiri.

Sejak kapan terakhir kali ia tersenyum seperti itu?

Apakah saat ia di rumah ini, membantu memasak, mencuci, menyetrika, dan menjaga kedai malam-malam, senyumnya pernah semanis itu?

Malam itu, bukan hanya rasa lelah yang menyergap, tetapi juga kesadaran, bahwa dirinya juga bisa bahagia. Bahwa dirinya punya senyum yang indah. Bahwa dirinya pantas mendapat lebih dari sekadar kewajiban dan tuntutan yang tak pernah selesai.

Matanya berkaca-kaca, tapi ia tak menangis. Ia hanya menggenggam ponselnya erat, menatap layar yang kini redup, tapi pesan Yuto sudah tertanam dalam hatinya.

“Di tempat yang tepat…”

Mungkin, ia hanya perlu menemukan tempat itu. Dan ia yakin, ia pasti akan menemukannya.

.

.

.

.

.

Continued...

.

.

.

Jangan lupa Like-nya kakak...

Follow juga duongs...

1
Layla Amallia
gemesssshhhh /Kiss/
Yuli Yanti
mantap,,,,mantap,,,
Dewiendahsetiowati
hadir thor
RaihanArfadilla Ani
puas aku liat ruka ngamuk
jadi lompat bacanya ,liat judul ruka mengamuk 🤣🤣🤣🤣
makasih hyull😍😍😍😍🙏🙏🙏🙏
Umi Jasmine
betul tindakanmu fara, biar tau ortumu klu mmg spti itu
mak² rempong
pengen AQ taboklah mama nya dek Fara ini😡😡😡... geram kali AQ liat nya
Whyuni Prihartati
nga papa fara untuk berontk skli kli
EsTehPanas SENJA
ngga boleh kau gitu hei eka! eee sapa namamu...?! walau itu anak kao sendiri tetap harus ijinlah kao!! kenapa ga kau tolak itu pintaan ijah?! bilang saja ga ada uang! malah kau korbanin perasaan darah dagingmu sendiri!
EsTehPanas SENJA
aaaah sedih ... kaya ngga dianggap gitu ya! diabaikan! sabar ... cuma itu kuncinya! sabar ....
EsTehPanas SENJA
begini tabiatnya banyak! sebanyak orang yang kalau punya hutang ditagih malah galakan dia 🤣🤣🤣
EsTehPanas SENJA
ini betul ini .. ga perlu sempurna asal sreg di hati cukuplah itu 😁
EsTehPanas SENJA
gigit lah gigit.... 🤣 gemes kali nampaknya 🤣
Kirey Ruby
Memang betul kalo nek Ani itu garda terdepan di keluarga,tp kalo misal nek Ani udh ga ada,yg jd garda terdepannya digantikan siapa ya..? ☹️🤔
Ga sabar lah bagaimana acara lamaran kalo bawa2 nek Ani,mantap,rame,tegang jg pastinya buat mamak si Fara,Shella pasti iri hati krn adiknya yg gendut bisa dpt Yuto yg perfect man,tp walau Fara gendut tetap menggemaskan kali di mata Yuto 🤗😍😘
Hyull: Eh... jangan lupakan RUKA!!!
Pelatih tinju satu ini udah nggak kosong!
Hyull: Pengganti Hani ada Yuri duongs! Tapi sayangnya Yuri jauh.
Ada Sora juga, tapi Sora kosong /Facepalm/. Cuma jago bacot aja, gk ada isinya.
total 2 replies
Tri NH
ndk skip aja bacenye kurang puas kak🤭, ape agik di skip, bagaikan makan nasi tanpa ikan asin, kurang nikmat😁
Hyull: /Curse//Curse//Curse//Curse//Curse//Curse/
total 1 replies
Ibu² kang Halu🤩
asik asik, ada acara lagi nich🤩🤩 yok lah, siap-siap kita ikut acara lamarannya babang Yuto & Fara🤗🤗
Ayu retonisa
kalao sudah pake Hati laki2 macam mana pon pasti tau kalau gadis kesayangan itu terluka /Grin/
Ikha Mangil
bgs Fara itu hatimu, perasaanmu , anak kandung tpi serasa di anaktirikan sedih, 🥺, langsung nikah aja lah Fara terus keluar dri keluarga yng toxic
mak² rempong
sihii Abang Yuto pengen kokop kokop juga🤭🤭🤭🤭 untung g jadi
Ikha Mangil
sihi Abang Yuto😁🤭
Novianti
lucu banget, jadi pengen ngerasain jadi fara🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!