NovelToon NovelToon
Kembalinya Dewa Beladiri

Kembalinya Dewa Beladiri

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Spiritual / Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Budidaya dan Peningkatan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:31.4k
Nilai: 4.3
Nama Author: SuciptaYasha

Setelah mengorbankan dirinya demi melindungi benua Tianlong, Wusheng, Sang Dewa Beladiri, seharusnya telah tiada. Namun, takdir berkata lain—ia terlahir kembali di masa depan, dalam tubuh seorang bocah lemah yang dianggap tak berbakat dalam seni bela diri.

Di era ini, Wusheng dikenang sebagai pahlawan, tetapi ajarannya telah diselewengkan oleh murid-muridnya sendiri, menciptakan dunia yang jauh dari apa yang ia perjuangkan. Dengan tubuh barunya dan kekuatannya yang tersegel, ia harus menemukan jalannya kembali ke puncak, memperbaiki warisan yang telah ternoda, dan menghadapi murid-murid yang kini menjadi penguasa dunia.

Bisakah Dewa Beladiri yang jatuh sekali lagi menaklukkan takdir?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

31 Di Balik Luka: Kehangatan Anggota Taring Phoenix

Di sisi lain, Lin Shuelan menutup mulut sambil menahan tawa. "Kurasa kau akan merindukan kami, Wu Shen," ujar Shuelan menggoda sambil menatap pemuda itu.

Wu Shen berdehem. “Kuharap tidak. Tapi siapa tahu... kalau kau tidak bertemu pria sebaik aku di luar sana, jangan ragu kembali,” ucapnya sambil bercanda.

“Baiklah,” jawab Shuelan sambil tertawa kecil. “Sampai jumpa, kalian semua.”

Rombongan pun akhirnya bergerak menjauh, perlahan menghilang di jalanan berkabut. Wu Shen masih berdiri memandangi kereta kuda yang membawa rombongan Lin Shuelan, lalu menghembuskan napas panjang.

Wu Ruoxi menepuk bahu putranya. “Ayo, kita masih punya tugas lain.”

Wu Shen menoleh. “Apa?”

“Kita akan menjenguk anggota timku. Mereka masih dirawat.”

Wu Shen mengangguk. “Baiklah, sebelum aku berubah pikiran dan kembali tidur.”

Wu Shen akhirnya mengikuti ibunya, menuju Paviliun Pengobatan, dimana tempat anggota kelompok Taring Phoenix masih dirawat.

Saat mereka berdua sampai di depan pintu kayu, suara riuh langsung terdengar dari dalam.

“Aku yang paling berjasa waktu itu! Kalau aku tidak menahan Gong Cheng selama dua menit, kalian semua sudah jadi tanah!” suara keras milik Lu Jintang langsung menyambut kedatangan mereka.

“Ha! Dua menit? Apa kau tidak bisa berhitung? Kau terpental dan pingsan bahkan sebelum satu detik menahannya!" balas Tan Meizhang, tertawa keras sambil menggoyang-goyangkan kakinya yang diperban.

"Sialan kau, Meizhang. Bukankah kau juga pingsan seperti orang mati ketika bala bantuan datang untuk mengangkutmu?" balas Lu Jintang sengit.

“Waktu itu aku meditasi! Bukan tidur!” sanggah Meizhang, walau ekspresi wajahnya jelas panik.

“Sudah, kalian semua memalukan,” gumam He Qingsu dengan lembut sambil mengaduk teh herbal di cangkirnya.

Tan Meizi mengangguk. "Benar, kenapa kalian berdua selalu bertengkar seperti anak kecil?"

Di pojok ruangan, Nie Lianhua duduk manis sambil memeluk lutut di atas tempat tidurnya, lalu berbisik malu-malu, “Aku cuma ingat semuanya gelap dan... Kita semua dikalahkan tanpa berkutik, aku sadar betapa lemahnya aku ketika menghadapi lawan sekuat Gong Cheng...”

Pintu kayu perlahan terbuka sepenuhnya, memperlihatkan sosok Wu Ruoxi berdiri dengan tangan terlipat di dada, mengenakan jubah merah marun khasnya yang masih membawa bekas luka goresan.

Tatapannya tajam tapi tak menyembunyikan kehangatan di baliknya.

“Kalau kalian masih bisa bertengkar seperti ini, berarti kalian sudah cukup sehat untuk kembali ditugaskan,” ujarnya dengan nada datar namun tegas.

Semua kepala langsung menoleh, ekspresi mereka berubah dalam sekejap—dari keriuhan menjadi keterkejutan.

“Ketua!”

“Hei! Ketua datang!”

Lu Jintang buru-buru duduk tegak dan menyilangkan tangan seperti hendak menunjukkan kesopanan. “Ahaha… kami hanya latihan debat ringan, Ketua.”

“Latihan? Kau barusan nyaris menendang meja, Jintang,” sahut Meizhang dengan muka datar.

Wu Ruoxi melangkah masuk ke tengah ruangan, pandangannya menyapu satu per satu anak-anak didiknya. Meski kata-katanya tegas, raut wajahnya melunak saat melihat mereka masih utuh—meski penuh perban dan luka.

He Qingsu menyambutnya dengan senyum ramah namun penuh penyesalan. "Senang anda menyempatkan diri untuk menjenguk anak buah yang tidak berguna ini, Ketua Wu."

"Jangan bicara seperti itu, Qingsu. Diantara banyaknya orang, hanya kalian yang bersedia bergabung dengan kelompok Taring Phoenix, itu saja sudah membuatku sangat bangga pada kalian," balas Wu Ruoxi dengan datar, meski sudut bibirnya sempat naik sedikit.

"Ngomong-ngomong bagaimana kondisi kalian?" tanya Wu Ruoxi sekali lagi.

Tan Meizi tersenyum lebar. “Kami baik-baik saja sekarang. Tapi… kami justru khawatir dengan Wu Shen.”

Wu Shen yang berdiri di samping pintu langsung menunjuk dirinya sendiri. “Aku? Kenapa?”

Nie Lianhua menatapnya dengan polos. “Kau ikut dalam misi itu untuk belajar, bukan? Dan kami malah menunjukkan kelemahan kami padamu.”

“Benar,” sambung Tan Meizhang. “Kalau ada yang patut dipuji, seharusnya itu ibumu. Ketua berhasil mengalahkan Gong Cheng sendirian… Kami semua bahkan tak bisa menyentuhnya.”

“Ketua Wu luar biasa!” seru Lu Jintang, mencoba menunjukkan kekaguman walau gengsi masih kentara.

Wu Ruoxi terdiam sejenak, tatapannya meredup. Ia menoleh ke luar jendela seakan melihat sesuatu yang jauh di luar sana.

“Aku hanya melakukan apa yang harus dilakukan,” ujarnya pelan.

Meskipun begitu sebenarnya ia merasa tidak nyaman dengan pujian mereka, karena dia sendiri sudah menyerah untuk melawan Gong Cheng dan tidak bisa berkutik ketika lawannya menyandra Wu Shen.

Jika saja Wu Shen tidak menunjukkan kemampuan sebenarnya, semua orang disana pasti sudah mati termasuk dirinya.

Wu Ruoxi menoleh pada mereka semua, kembali memasang wajah tegasnya. “Jangan terlalu banyak memikirkan kekalahan ini. Fokuslah untuk pulih. Kalian sudah cukup membuatku bangga karena tetap bertahan.”

Seketika ruangan menjadi hening. Bahkan Lu Jintang pun tak mengeluarkan komentar congkak.

Wu Ruoxi menepuk pundak He Qingsu dan Tan Meizi sambil berjalan ke arah pintu. “Kalian punya tiga hari untuk benar-benar pulih. Setelah itu, aku tidak akan memberi kelonggaran lagi.”

Ia membuka pintu dan melangkah keluar, namun sempat menoleh pada Wu Shen. “Jangan terlalu lama. Tapi dengarkan mereka. Itu bagian dari belajar juga.”

Wu Shen mengangguk. “Baik, Bu.”

Setelah Wu Ruoxi benar-benar pergi, suasana di dalam ruangan berubah menjadi sedikit lebih santai. Lu Jintang berseru keras, “Wah, Ketua benar-benar menakutkan, tapi... keren! Aku ingin bisa seperti itu suatu hari nanti.”

“Dalam mimpi,” sindir Meizhang sambil melempar bantal ke arahnya.

Wu Shen menggeleng kecil, lalu duduk di kursi terdekat sambil memandangi mereka satu per satu.

Tiba-tiba ia merasa... nyaman.

“Aku tidak tahu kalian segila ini kalau sedang santai,” katanya sambil tertawa kecil.

Tan Meizi menoleh padanya. “Kau belum tahu banyak tentang kami, Wu Shen. Tapi... kau selalu bisa datang kalau bosan. Kau adalah anak ketua, jadi kami akan selalu menyambutmu dengan baik seperti layaknya keluarga.”

Wu Shen tertawa pelan, bahunya mulai mengendur, dan wajahnya lebih rileks. Ia menyandarkan punggung ke kursi, memandangi satu per satu wajah yang kini mulai dipenuhi tawa ringan dan candaan hangat.

Meskipun tubuh mereka masih terluka, semangat mereka seperti tidak pernah benar-benar padam.

“Jadi ini yang kalian rasakan selama jadi anggota Taring Phoenix?” tanya Wu Shen sambil tersenyum. “Kalian... terlihat nyaman satu sama lain.”

Tan Meizi menoleh dengan senyum tulus. “Kami mungkin terlihat aneh, tapi ya, ini rumah bagi kami. Ketua membuat tempat ini terasa... seperti tempat kami seharusnya berada.”

Wu Shen mengangguk pelan, lalu akhirnya bertanya dengan nada penasaran, “Tapi... kenapa kalian memilih bergabung dengan kelompok kecil seperti ini? Maksudku, ada banyak kelompok besar yang lebih kuat dan punya reputasi. Bahkan bisa dibilang... kelompok ibuku sampai sekarang masih diremehkan.”

Suasana mendadak menjadi hening. Bukan karena suasana canggung, tapi karena semua orang tahu itu pertanyaan penting—pertanyaan yang pernah mereka tanyakan pada diri mereka masing-masing di masa lalu.

1
Nanik S
Lanjut Terus Tor
arumazam
mungkin xieran adl keturunan asli kerajaan
arumazam
semakin rumit
didik iswahyudi
wu shen bakal ketahuan karena lukanya
didik iswahyudi
besok sudah ada pertandingan, akan ada yg mencelakai ibunya dan dia skarang lg sakit
Rinaldi Sigar
lnjut
Rinaldi Sigar
lanjut
Rinaldi Sigar
lnjut
Rinaldi Sigar
lanjut
Lanjutkan Tor
Akhirnya kembali kerumah
Xieran kasihan... gadis kecil mungkin merasa punya teman dan kakak buat hatinya
Yuga Pratama
ini nih yg mulai bikin ruet hidup
Lanjut terus
Cerita yang bagus Tor 👍👍
arumazam
mungkin xieran adl turunan longsen
didik iswahyudi
lanjut
didik iswahyudi
lanjut...
didik iswahyudi
up
Gas Pooooool
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!