Sepuluh tahun lalu, Sekar kenanga atmaja dan Alex Mahendra prakasa terlibat dalam sebuah perjodohan dingin tanpa cinta. Di usianya yang masih belia, Sekar hanya memusatkan pikirannya pada impian yang ingi diraihnya. Dengan segala cara dia ingin membatalkan perjodohan itu. Namun sebuah tradisi dalam keluarganya sulit sekali untuk dilanggar. Pendapatnya sama sekali tidak di dengar oleh keluarganya. Sampai pada hari pertunangannya dengan Alex tiba. Sekar dengan berani menolak putra dari keluarga Prakasa tersebut. Gadis 18 tahun itu pergi meninggalkan acara dan Alex dengan luka samar, karena ditolak dengan kasar di hadapan banyak orang.
Kini takdir kembali mempertemukan mereka dalam ikatan bisnis. Sekar yang kini menjadi model terkenal dan di kenal dengan nama 'Skye' akan menjadi wajah utama untuk ATEEA group. Sebuah perusahaan fashion ternama yang ternyata dipimpin oleh Alex Mahendra prakasa, sang mantan calon suaminya.
Akankah bisnis ini batal seperti perjodohan mereka? simak disini ..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 #LONTONG KETUPAT DAN KENANGAN TERLARANG
Alex Mahendra mengemudikan mobilnya menjauh dari rumah Sekar. Ia memacu mobilnya dengan kecepatan sedang, pikirannya berkecamuk. Kemarahan dan kekesalan karena Sekar mengganggu kesendiriannya di pemakaman beradu dengan rasa lega karena berhasil menyelamatkan wanita itu dari bahaya.
Ia melirik laci dasbor yang baru saja ia cegah Sekar sentuh. Pergelangan tangannya masih terasa panas di tempat ia menggenggam tangan Sekar.
Saat mobilnya berhenti di lampu merah yang sepi, Alex menghela napas panjang dan pelan-pelan membuka laci dasbor itu.
Di dalamnya, tersembunyi di bawah beberapa dokumen mobil dan pulpen, terdapat sebuah foto kecil yang telah usang. Foto itu adalah foto dirinya dan Sekar, tersenyum lebar, yang diambil sepuluh tahun lalu saat sebuah acara amal sebelum rencana perjodohan formal mereka terjadi. Alex muda masih tampak lugu, dan Sekar muda tampak lebih lembut. Mereka terlihat begitu bahagia dan alami.
Foto itu adalah satu-satunya kenangannya yang tersisa dari hubungan mereka.
Alex menatap foto itu. Rambutnya yang kini ditata rapi, matanya yang tajam dan dingin, kontras dengan citra dirinya yang tersenyum bodoh di foto itu. Entah mengapa, ia tidak bisa membuang foto itu. Itu adalah pengingat akan dirinya yang dulu, dan pengingat akan rasa sakit yang tak terhindarkan. Foto itu adalah alasan mengapa ia membangun benteng di sekeliling hatinya.
Ia tahu, jika Sekar melihat foto itu, semua pertahanan dan image CEO dinginnya akan runtuh.
Alex menutup laci itu dengan bunyi klik yang keras, menyimpan kembali kenangan terlarang itu. Ia tidak akan pernah membiarkan Skye, atau Sekar, melihat betapa ia masih menyimpan sisa-sisa masa lalu mereka.
✨✨✨
Pagi harinya, Sekar bangun dengan misi. Meskipun masih sedikit mengantuk, ia segera menuju meja riasnya.
Alex Mahendra bilang dia tidak berselera? Sekar menyeringai. Kita lihat saja.
Ia memilih pakaian yang cukup seksi untuk ukuran penampilan di kantor. Gaun ketat berwarna merah anggur, dipadukan dengan high heels yang membuat kakinya jenjang. Ia merias wajahnya dengan sentuhan sensual, smoky eyes yang tajam dan lipstik merah gelap. Meskipun look ini nantinya akan disesuaikan saat pemotretan, setidaknya ia bisa menyapa CEO dulu dan membuatnya terpesona. Dia bertekad, pria 29 tahun itu harus menarik kata-kata "tidak berselera" itu sebelum hari berakhir.
Saat ia sudah siap dan akan berangkat, langkahnya di hadang oleh Fabian yang sudah berdiri di pintu.
"Pagi, Kakak Ratu Drama," sapa Fabian, matanya mengamati penampilan Sekar dari atas ke bawah. "Wah, penampilan yang luar biasa. Mau ke kantor atau ke pesta?"
"Ke kantor. Aku harus terlihat powerful," jawab Sekar, berusaha terdengar santai.
Fabian tidak tertawa. Ia justru menyipitkan mata, raut wajahnya serius.
"Mobil semalam. Yang mengantarmu," kata Fabian, suaranya pelan dan penuh kecurigaan. "Aku ingat sekarang. Itu mobil yang sama yang kulihat saat aku bertemu Nindy di Senayan City beberapa hari lalu. Mobil itu... aku yakin itu mobilnya Alex Mahendra."
Jantung Sekar langsung mencelos. Sial. Bagaimana bisa Fabian bertemu Alex di tempat umum?
"Jangan konyol, Fabian. Mobil sedan premium seperti itu banyak di Jakarta," elak Sekar, berusaha menjaga ekspresinya. "Itu mobil umum untuk para CEO. Kau terlalu sering menonton drama."
"Tidak, mbak. Aku ingat platnya. Platnya unik, ada inisial A-M-P. Dan yang mengemudikan adalah Alex Mahendra. Aku mengenali wajahnya, mbak. Meskipun dia sekarang jadi seperti bodybuilder dan jauh lebih menyeramkan, aku tahu itu dia," desak Fabian.
Sekar benar-benar terkejut. Adiknya, yang selama ini ia anggap santai, ternyata sangat detail dan cerdik. Fabian tahu dan mengenali Alex, meskipun sudah sepuluh tahun berlalu.
Sebelum Ibu atau Ayahnya mendengar percakapan ini, Sekar memutuskan untuk kabur.
"Aku buru-buru. Aku sudah terlambat untuk fitting," Sekar segera memotong pembicaraan, mengambil tasnya. Mobilnya sudah kembali dan menunggu di gerbang.
"Mbak! Apa hubunganmu dengan Alex Mahendra?" teriak Fabian dari belakang.
Sekar tidak menoleh, ia segera mengendarai mobilnya menuju ATEEA Group. Mode Skye langsung on. Dia harus mengalihkan pikiran Fabian dan Alex dari masalahnya, dengan satu cara. perang. Dengan lensa, dan dengan emosi.
✨✨✨
Sekar tiba di lobi ATEEA. Ia melancarkan aksinya, berjalan melewati lobi dengan langkah yang seksi dan percaya diri. Ia mencari target utamanya, dan keberuntungan sepertinya memihak padanya.
Sangat kebetulan, ia berpapasan langsung dengan Alex yang baru datang dari lift privatnya, bersama asisten pribadinya, Dandi. Alex tampak segar, mengenakan setelan abu-abu gelap, aura dinginnya tetap menusuk.
Skye berjalan ke arah mereka, seraya sedikit mengibaskan rambutnya yang panjang dan tebal. Senyum menggoda terukir di bibirnya.
Tidak bisa dimungkiri, Alex adalah pria normal. Meskipun ia membencinya, pemandangan yang ditampilkan oleh Skye, gaun merah anggur yang memeluk tubuhnya, riasan sensual, dan aroma parfumnya yang mahal, membuat mata Alex terpaku sesaat. Ekspresinya menunjukkan keterpesonaan yang nyata, meskipun hanya sepersekian detik.
Skye menyapa dengan suara rendah dan menggoda. "Pagi, Tuan Alex. Dandi."
Alex segera menyadarkan diri. Ia tidak boleh terlena, apalagi di depan Dandi, asistennya. Alex menarik napas, wajahnya kembali menjadi topeng es.
"Pagi, Skye," balas Alex, suaranya datar.
Dandi, di sisi lain, tidak bisa menyembunyikan kekagumannya. "Selamat pagi, nona Skye! Wow, Anda luar biasa! Benar-benar look yang powerful untuk memulai hari!"
Ini adalah momen Sekar. Ia merasakan kemenangan kecil. Alex pasti akan menarik kembali kata-katanya.
Namun, Alex justru meruntuhkan pujian itu seketika. Ia menatap Sekar dari atas ke bawah, perlahan, dengan nada dingin yang sinis.
"Penampilan yang... mencolok," ujar Alex. Ia berhenti sejenak, lalu melanjutkannya, berbicara dengan ciri khasnya yang dingin, yang sama sekali berbalik dengan suara hatinya.
"Tapi entah kenapa, style-mu saat ini, dengan gaun ketat dan warna bold itu, justru terlihat seperti... lontong ketupat."
Lontong ketupat? Sekar tertegun. Kekaguman Alex yang sempat ia lihat hilang total, digantikan oleh penghinaan absurd yang hanya bisa dilontarkan oleh Alex.
Dandi berusaha menahan tawa, sementara Sekar merasa wajahnya memanas.
"Maksud Anda?" tanya Sekar, berusaha menjaga ketenangan.
"Maksudku, Skye," Alex menegaskan, suaranya tanpa emosi. "Terlalu padat, terlalu mencolok, dan terlalu banyak lapisan. Aku lebih suka yang lebih clean dan straightforward. Jangan mencoba terlalu keras. Tapi, terima kasih sudah berusaha."
Skye yang kesal langsung memutar tumitnya. "Saya pamit pergi duluan untuk bersiap. Tuan Alex," ucapnya tajam.
Permainan kecilnya gagal total. Alex Mahendra memang pria yang paling kejam, dan ia telah berhasil membuktikan bahwa ia benar-benar tidak berselera.
Sekar tahu, balas dendam tidak bisa diselesaikan hanya dengan smoky eyes dan gaun ketat. Ia harus menggunakan senjata yang sebenarnya,kesempurnaan profesionalnya.
✨✨✨
Kantor CEO, Sepuluh Menit Kemudian
Alex Mahendra melangkah masuk ke kantornya yang luas di puncak gedung ATEEA, setelah membuat Sekar yang marah di lobi. Dandi mengikutinya, wajahnya masih memancarkan kebingungan atas komentar lontong ketupat yang baru saja dilontarkan Alex.
Alex melepas jasnya dan melemparnya ke kursi single. Ia berjalan ke jendela besar, menatap pemandangan kota Jakarta yang terbentang di bawah. Namun, pikirannya terpaku pada smoky eyes dan gaun merah anggur yang dikenakan Sekar.
Sial. Gaun itu tidak terlihat seperti lontong ketupat. Dia terlihat... mematikan.
Alex mengepalkan tangannya di balik punggung, memaksa dirinya kembali pada tujuan.
Dandi menutup pintu, lalu maju beberapa langkah, ekspresinya serius. Dandi adalah asisten pribadi Alex selama tujuh tahun terakhir, dan ia adalah satu-satunya orang di kantor yang mengetahui cerita pahit masa lalu Alex, khususnya penderitaan yang disebabkan oleh Sekar Kenanga.
"Mas Alex," ujar Dandi pelan. "Kau tahu, kau tidak perlu sekasar itu padanya."
"Dia modelku. Aku adalah CEO-nya. Aku bisa bicara sesuka hatiku, Dandi," jawab Alex dingin, tanpa menoleh.
"Bukan itu," balas Dandi. "Kau tahu, aku sudah lama bekerja denganmu. Aku tahu kau tidak pernah sekasar ini, bahkan pada orang yang kinerjanya buruk. Dan yang tadi... dia cantik sekali."
Alex mendengus. "Kecantikan tidak ada hubungannya dengan bisnis. Dia mencoba memancingku, dan aku tidak akan terjebak dalam permainan murahan itu."
Dandi terdiam sejenak. Ia melihat kembali kilas balik lobi tadi. Ia melihat kilatan apresiasi, bahkan hasrat, di mata Alex sebelum pria itu memasang topeng CEO dinginnya.
"Mas Alex, selama ini aku tahu cerita Sekar Kenanga. Gadis yang meninggalkanmu dan menyakitimu. Tapi aku baru tahu hari ini, bahwa 'Skye' model internasional yang kita kontrak ini adalah Sekar," ucap Dandi, suaranya sedikit mengandung ketidakpercayaan.
Alex berbalik. Tatapannya tajam, mengkonfirmasi kecurigaan Dandi. "Ya. Dia Sekar. Dan dia adalah model yang sempurna untuk 'Ascension'. Takdir yang lucu, bukan?"
Dandi menggelengkan kepalanya. "Ini bukan takdir lucu. Ini berbahaya. Mas Alex, mengapa jika kau membencinya, kau malah mengajaknya bekerja sama? Kau membayar jutaan dolar untuk membawanya kembali, dan sekarang kau menyiksanya dengan kritik yang tidak perlu."
Alex berjalan ke mejanya dan menuangkan air putih ke gelas. "Aku tidak menyiksanya. Aku hanya memastikan dia bekerja dengan standar ATEEA. Dan aku membawanya kembali karena ini adalah kesempatan terbaik untuk 'Ascension'. Dia adalah model yang hype-nya paling tinggi di pasar Asia saat ini."
"Bukan itu alasan utamamu," potong Dandi, berani menentang bosnya. "Ini adalah misi balas dendam terselubung. Kau ingin membuktikan bahwa kau adalah pria yang sukses, yang kini berada di atasnya, dan dia hanyalah boneka yang harus menari mengikuti iramamu."
Alex mendiamkan Dandi, meminum airnya perlahan.
"Aku hanya ingin menuntaskan urusan," kata Alex. "Dia meremehkanku. Sekarang dia akan tahu siapa Alex Mahendra Prakasa. Dia akan tahu bahwa aku bukan boneka yang dia tinggalkan."
Dandi mencondongkan tubuh ke depan, matanya penuh kekhawatiran. Ini adalah pertanyaan yang paling mengganggu dirinya, dan ia harus mengungkapkannya sekarang.
"Mas Alex," kata Dandi, nadanya mendesak. "Pikirkan ini baik-baik. Bagaimana jika dalam misi balas dendammu ini, yang kau dapat malah kau kembali jatuh cinta padanya?"
Alex Mahendra meletakkan gelasnya di meja dengan bunyi dentang yang keras. Suaranya menjadi sedingin es Arktik.
"Itu tidak akan terjadi, Dandi," tegas Alex. "Aku sudah melewati fase itu sepuluh tahun lalu. Hati Alex yang bodoh dan naif sudah mati. Sekarang, yang ada hanya profesionalisme dan kontrak. Aku tidak berselera, ingat? Yang kulihat hanyalah aset berharga yang harus bekerja keras untuk membuktikan bahwa dia layak dibayar mahal."
Alex kembali menatap ke luar jendela, sekali lagi memamerkan image CEO yang tak tersentuh. Namun, Dandi tahu, jauh di dalam lubuk hati pria itu, kenangan yang disimpan di laci dasbor kecil itu masih memiliki kekuatan untuk menghancurkan seluruh bentengnya.