Terpaksa Menikah Dengan Tuan Muda Sombong

Di dalam kamar shina mengutuk dirinya sendiri, menurutnya dia tak pantas sebagai wanita.

"Wanita macam apa aku ini, ingin merebut kekasih orang yang sedang koma, apa kau masih punya hati Shina, apa logikamu tak bisa kau pakai," Shina mengeritik dirinya sendiri, dia menangis mengingat semuanya,

"Harusnya aku tidak hidup, Tuhan aku sudah lelah, amat lelah, kenapa kah tak memanggilku untuk berada di sisimu," Shina menangis tanpa henti

suara langkah kaki mendekat ke arah kamar Shina, di pandangnya sosok laki-laki yang hampir membuatnya jatuh cinta

"Honey kau tidak apa-apa, " Ucap lembut miko yang coba mendekati Shina

"Tenang saja aku baik-baik saja jangan khawatir," Shina beranjak meninggalkan Miko

"Ada apa? apa ada yang salah?" Tanya Miko yang melihat sikap shina yang menurutnya menghindari nya

"Tidak, hanya saja aku mau melihat bunga Lily yang aku tanam, bunga nya akan segera mekar, " Ucap Shina yang mencoba tenang

"Ah baiklah, oh ya honey malam ini aku tidak akan pulang, aku dan Denis, ada perjalanan bisnis mungkin besok sore aku pulang"

"Baiklah aku mengerti," Ucap shina tersenyum,

*Perjalanan bisnis kah?, aku tau kau akan menemui kekasihmu, harusnya aku tidak merasakan sakit, tapi kenapa tetap terasa sakit,

bukannya sedari dulu aku tau bahwa akhirnya Miko tidak akan memilihku" gumam Shina dalam hati

Miko sudah berangkat, rumah terasa sepi

bik ita sedang sakit, Shina menyuruhnya istirahat saja di kamar, jadi Shina duduk di bangku taman di pandangi bunga-bunga Lily berwarna putih itu

"Ada apa Shina? apa ada yang salah " suara Bian mengagetkan Shina

"Tidak, tidak apa-apa, aku baik-baik saja" Shina mencoba memaksakan senyumnya

"kau tidak bisa membohongiku gadis kecil," Ucap Bian

Akhirnya Shina tak dapat lagi membendung air matanya, kak? di tatap nya wajah bian,

"Apa aku wanita yang tidak pantas bahagia?" suara shina terdengar bergetar

"Apa kau bodoh? gadis sebaik kamu sangat pantas bahagia, " Ucap Bian mencoba tenang

"Jangan coba menghiburku kak, aku sama sekali tidak terhibur, " Ucap Shina yang memaksakan senyumnya

"Shina Menangislah,menangislah, jangan kau pura-pura tersenyum di hadapanku, itu membuatku sakit, aku sudah bilang sebelumnya kan.

aku adalah kakakmu, aku akan ada di saat suka dan dukamu, jadi aku mohon menangislah, " suara Bian juga sudah terdengar bergetar

Tangis Shina semakin pecah di terisak mengingat semua yang terjadi pada dirinya

"aku takut untuk mencintai, aku takut untuk tersakiti, aku menyerah dengan kehidupan ini"

"Shina jangan bicara seperti itu, aku disini mendukungmu, jadi tolong percaya padaku, kau bisa bicarakan semua masalahmu, tanpa berpikir aku akan menaruh hati padamu, karna aku benar-benar menganggapmu seperti adik kandungku, " Ucap Bian yang mencoba menenangkan Shina

Roy yang sedari tadi mendengar pembicaraan Bian dan Shina tak sadar dia sudah meneteskan air mata, di hapusnya vidio yang akan di kirimkan kepada tuannya itu, akhirnya dia hanya mengirimkan pesan

" Tuan Nona shina baik-baik saja"

"Roy, kau disitu," Ucap bian yang mengagetkan Roy

Roy berjalan mendekati mereka berdua,

" Nona jangan menangis, aku yakin kebahagiaan nona pasti akan datang pada waktu yang tak terduga, " Ucap Roy yang mencoba menghibur Nona nya itu

"Trimakasih Mang Roy, Mang roy tolong rahasiakan ini dari Tuan muda miko"

"Baik Nona saya berjanji"

"Trimakasih, " Ucap shina sembari tersenyum,

*trimakasih Tuhan ternyata masih banyak orang yang peduli padaku, aku tidak boleh terpuruk, yang harus aku lakukan hanya

Jangan sampai aku mencintai tuan muda miko"