Hidup sendirian setelah sang ayah meninggal, membuat Safira Johana tidak memiliki pilihan lain selain menuruti wasiat terakhir dari ayahnya untuk menikah dengan anak sahabatnya tersebut.
Namun, pernikahan itu hanya bersifat kontrak dan rahasia. Benny Zhen, sahabat dari ayah Safira dan merupakan ayah dari Virza Zhen, beliau mengidap penyakit jantung kronis.
Pria paruh baya itu mengancam Virza, kalau putranya tersebut tidak mau menikah dengan Safira, maka dirinya tidak akan mau menjalani operasi. Hingga pada akhirnya Virza melakukannya dengan terpaksa.
Bagaimanakah kehidupan rumah tangga mereka yang berawal tanpa adanya cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee_yuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjanjian Om Broto
Bab 31.
"Apa maksud mu Agnes berbohong?" pekik pria gendut berkacamata dengan suara tinggi yang duduk di samping Agnes.
"Bisa jadi, Om. Karena saya tidak merasa masuk ke kamar tamu," elak Virza membela diri.
"Bagiamana kalau tes saja?" usul Benny dengan tenang. Dengan pengawasan perawat yang di panggil oleh Virza untuk berjaga-jaga.
"Apa maksud anda? Kalau sampai terbukti saya tidak lagi meminta tanggung jawab. Tapi saya akan tuntut anak anda karena pelecehan!" ancam papa dari Agnes. "Kalaupun anak anda tanggung jawab, harus menceraikan istrinya. Karena saya dengar dia sudah menikah," lanjut pria itu.
"Tidak bisa!" tolak Benny dengan lantang.
"Kalau gitu saya akan tuntut anak anda!"
Deg!
Benny merasakan sakit yang luar biasa di dadanya. Terlihat wajahnya memerah meringis kesakitan.
"Kenapa sus?" tanya Virza takut. Suster itu lekas menaikkan oksigen. Tapi tetap tidak membuat pria itu reda. Safira yang tadi hanya mendengar percakapan itu akhirnya turun dan melihat keadaan ayah mertuanya.
"Ayah.... Ayah.... Lihat Safira ayah!" Safira berusaha menenangkan mertuanya.
"Dokter Agnes, tolong lakukan sesuatu," pinta suster itu.
"Tidak, anak saya tidak saya perbolehkan melakukan apapun," tolak pria itu.
"Agnes, tolong lakukan sesuatu," pinta Safira memohon kepada Agnes.
"Dokter macam apa lo? Lo bisa tenang lihat ayah gue kayak gini?" maki Virza yang menangis dan emosi.
Memang benar, Agnes dan Papanya seperti psikopat yang tenang melihat orang kesakitan. Bahkan saat napas Benny tersengal-sengal Agnes masih bisa melihat ponselnya.
Sedangkan perawat itu masih mengubungi dokter Andri.
"Saf, kita bawa ke rumah sakit sekarang." Virza hendak menggendong ayahnya di bantu dengan Safira.
"Percuma!" kata Agnes tiba-tiba. "Jika tidak mendapatkan pertolongan secepatnya, akan terjadi gagal jantung. Bisa-bisa...."
"Omong kosong!" hardik Virza tidak peduli.
"Coba saja!" tantang Agnes. Wajah wanita itu berubah seketika dari yang sebelumnya menangis meminta pertanggungjawaban.
Safira bimbang. Dia takut jika semua itu benar. Safira memohon kepada Agnes untuk membantu ayah mertuanya.
"Nes, please tolong ayah. Gue mohon, Nes." Safira memohon di depan Agnes.
"Saf, apa yang lo lakuin? Nggak usah ngemis ke dia!" teriak Virza. Mbok Ijah dan para ART yang lain membantu Virza.
"Nes. Gue bakal lakuin apapun asal lo bantu ayah," mohon Safira yang semakin ketakutan melihat Benny tak sadarkan diri.
"Oke!" sahut pria gendut itu setuju. "Tapi ada syaratnya." imbuhnya.
"Apa, pak? Saya coba penuhi," Safira melihat secercah harapan.
"Suruh suamimu mencerminkan mu. Lalu menikahi Agnes," ujar papa Agnes.
"Enggak! Saf lo jangan gila! Lo buang-buang waktu disini, gue nggak akan nikahi dia." sahut Virza tidak setuju dengan syarat yang di ajukan.
"Baik, saya setuju." Safira menyetujui syarat itu.
"Saf, Lo gila!" hardik Virza. Benny di dudukan di kursi roda. Lali Virza menghampiri Safira yang masih duduk di depan Safira.
"Buatlah perjanjian," titah pria di hadapannya.
"Om Broton! Tolong hentikan!" pekik Virza marah dan memaksa Safira berdiri.
"Lepas, Vir!" Safira menghempaskan tangan suaminya begitu saja. "Lakukan dulu. Baru saya buat perjanjian." Pinta Safira.
Agnes segera mengambil tasnya di kamar tamu dan meminta suster memasangkan sebuah infus yang berbeda. Lalu dia menyuntikkan sebuah cairan pada nadi tangan Benny. Terkahir dia memberikan oksigen kepada Benny. Terlihat napas pria itu sudah kembali normal meksipun matanya belum terbuka.
"Kenapa belum bangun?" tanya Safira.
"Sebentar lagi. terserah kalian bawa ke rumah sakit atau menunggu dokter andri. yang jelas kondisi sudah mulai stabil," jelas Agnes.
Virza menatap Safira yang sama sekali tidak mengindahkannya. Safira memenuhi janjinya untuk menanda tangani perjanjian dengan Agnes.
Benar saja saat dokter Andri datang mengatakan jika semua sudah stabil berkat penanganan cepat yang di berikan oleh Agnes. Safira merasa lega setelah memastikan ayah mertuanya bernafas dengan stabil. tidak sebelumnya.
Broto, papa dari Agnes menatap penuh kemenangan kearah Virza dan Benny. Sedangkan Virza hanya memberikan sorot penuh dendam kepada semua orang. Bahkan kepada Safira. Sorot matanya merah penuh amarah di tambah lagi dengan sisa air mata di bawah kantung matanya.