Demi hidup ayahnya Ruby rela menjadi istri Rai sang big bos mafia yang dingin dan kejam namun siapa sangka di balik sikapnya yang dingin dan kejam ternyata Rai adalah seorang yang manja dan juga sangat pencemburu. Mampu kah Rai meyakinkan Ruby tentang cinta nya?
Di tambah dengan Kisah Ken dan Kiran serta Dylan dan Dasya semakin memperlengkap keluarga Klan Loyard, bersama-sama mereka menjalani kehidupan dalam keluarga Klan Loyard yang menjadi mafia terbesar yang di pimpin oleh Regis.
Ini lah kisah cinta para Big Boss pemimpin Klan Loyard.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizca Yulianah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyihir Vi ( Part 2 )
“ Haaaahh “ Ruby menghela nafas panjang di kursi penumpang, liburan telah selesai, sekarang dia sedang dalam perjalanan menuju penjaranya.
“ Aku akan membaca sebanyak mungkin buku tentang cara melarikan diri dari penjara “ gumam Ruby sendiri.
Rai yang melihatnya tidak bisa menahan tawanya. Babysitter kecilnya benar-benar sempurna untuknya. Dering ponsel Rai berbunyi.
" Sudah kau siapkan semuanya ? Aku tidak ingin melihatnya lebih lama lagi " dia menjawab singkat dan kemudian menutupnya.
Dia tidak ingin melihat siapa ya ?
Ruby bertanya-tanya sendiri, tapi dia tidak mungkin menanyakannya pada Rai.
Mobil melaju melewati gerbang yang telah terbuka dan berhenti di depan pintu utama. Terlihat pak Handoko dan beberapa pelayan wanita berbaris menyambut mereka, dan terlihat juga Vivianne.
“ Pak Handoko saya sangat merindukan anda, harusnya anda ikut kami berlibur “ sapa Ruby saat turun dan melihat pak Handoko.
“ Terima kasih nyonya sudah merindukan saya “ balasnya tersenyum.
“ Hei bagaimana kepala mu, apakah sakit ? “ tanya Ruby kepada Vivianne dengan nada bersalah, dia merasa sudah keterlaluan tempo hari.
“ Aku tidak butuh rasa peduli mu “ jawab Vivianne sinis.
Yah bagaimanapun dia tetap seorang penyihir jahat, tidak akan ada yang berubah darinya meskipun aku membenturkan kepalanya, aish harusnya aku membenturkannya lebih keras lagi, sekalian saja hilang ingatan,
maki Ruby dalam hati.
Mereka semua masuk, dan Ruby berjalan menuju tangga.
“ Ruby ikutlah ke ruanganku “ perintah Rai demi melihat Ruby yang sudah menaiki beberapa anak tangga.
Ruby menghela nafas, dia merasa malas bertemu dengan dua orang yang sempurna dalam hal menyebalkan itu.
Rai menyuruh Vivianne duduk di sofa tunggal dan Rai memilih duduk di sofa panjang, menarik paksa Ruby agar duduk di sampingnya. Melingkarkan lengannya di leher Ruby mencegah babysitternya itu kabur. Ruby meronta berusaha melepaskan tangan Rai, tapi itu terlalu kuat.
“ Bagaimana ? “ Tanya Rai memulai pembicaraan dengan Vivianne. Seperti paham dengan arah pembicaraan Rai, dia mulai menangis.
“ Rai kau tidak bisa melakukan ini padaku, kau sudah berjanji akan menjagaku dan tidak akan membiarkan aku sendiri “ isak tangisnya.
“ Bukan aku yang berjanji tapi ayahku, aku tidak pernah menjanjikan kau apapun “ suara Rai datar.
“ Tidak, Rai kau bahkan memintaku menikahimu, tapi saat pelayan rendahan ini datang kau dengan seenaknya merubah keputusanmu, selama ini aku yang selalu ada untukmu, aku yang selalu disampingmu, aku yang paling mendekati sifat nyonya Lorie, kau tidak bisa membuangku begitu saja, aku sangat mencintaimu Rai “ Tangis dan emosi Vivianne bercampur.
" Aku melakukan kesalahan dengan memintamu menikah denganku, aku minta maaf "
" Tidak bukan itu yang ingin aku dengar, harusnya kau tidak meminta maaf, harusnya kau memintaku untuk menikah denganmu sekali lagi, Rai belum terlambat untuk mengatakan itu " Tuntut Vivianne.
" Aku tidak akan melakukan itu "
“ Rai aku benar-benar mencintaimu, sangat mencintaimu, aku tau kau menikahinya hanya karena dia mirip dengan nyonya Lorie, aku akan melakukan apapun agar bisa menjadi seperti nyonya Lorie, bila perlu aku akan merubah wajahku menjadi seperti dia, aku tidak keberatan melakukannya asal kau memilihku, Rai aku mohon, tak masalah aku jadi yang kedua, aku menerimanya “ Vivianne masih berusaha memohon.
“ Kau tidak mencintai ku, kau hanya menginginkanku “ kata-katanya dingin.
" Ya aku menginginkanmu, bertahun-tahun aku mencintaimu, berusaha sekuat tenaga menjadi seperti ibu mu, dan ini balasan yang ku dapat ? " Suara Vivianne tinggi penuh keputuasaan.
" itu bedanya kau dengan Ruby, kau berpura - pura, kau menjadi orang lain. Sedangkan dia tulus, sifatnya yang keibuan tidak di buat-buat"
" Tidak dia juga sama palsunya, dia berpura-pura baik didepanmu hanya karena takut kau mencabut alat-alat di tubuh ayahnya, ini cuma karena ayahnya. Kau lihat sendiri dia dengan Lucas... " Vivianne berusaha mencari alasan agar Rai merubah pendiriannya.
" Cukup Anne, aku sudah tau semuanya, kau, Lucas, balas dendam, kau kira aku sebodoh itu tidak akan mencari tau " Suara Rai mulai tidak sabar.
Vivianne terdiam oleh kata-kata Rai, dia hanya bisa menangis semakin terisak. Ruby melihat Vivianne yang putus asa merasa kasihan. Dia menoleh memandang Rai yang sama sekali tidak peduli dengan tangisan Vivianne, wajahnya datar tanpa ekspresi apapun. Ruby berfikir apakah dirinya akan bernasib sama seperti Vivianne saat dia melakukan kesalahan suatu saat nanti.
“ Aku sudah tidak ada urusan lagi denganmu, pergilah “ Rai berdiri beranjak pergi, menarik tangan Ruby agar mengikutinya.
“ Tidak Rai tunggu, tunggu “ Vivianne meraih tangan Rai menariknya dan langsung mencium bibirnya.
Ruby yang terkejut melihat itu menutup mulutnya. Dia tidak menyangka Vivianne akan berbuat sejauh itu. Ya begitulah manusia saat dia menjadi budak cinta, terkadang perasaan dan keegoisan mereka mengalahkan logika.
“ Anggaplah itu hadiah perpisahan dari ku “ Ucap Rai dingin setelah Vivianne melepaskan ciumannya. Dia menyeret Ruby mengikutinya meninggalkan Vivianne yang jatuh terduduk merasa semuanya sudah berakhir.
[ Flashback On ]
Dua orang anak kecil sedang duduk bersama, wajah anak laki-laki itu terlihat acuh dengan apa yang dilakukan anak perempuan yang sedang berusaha menarik perhatiannya.
“ Aku tidak menyukaimu, aku menyukai anak perempuan itu “ Tunjuknya pada anak perempuan yang sedang bermain bersama ibunya yang duduk di kursi roda.
“ Kau tidak boleh menyukai orang lain selain aku Rai, hanya aku yang boleh menyukaimu, aku akan menikahimu “ Anak perempuan itu marah.
“ Tidak aku akan menikahi anak perempuan itu “ Lanjutnya pergi meninggalkan anak perempuan itu, dia menangis terduduk.
[ Flashback Off ]
Vivianne yang kacau berjalan menyusuri lorong mansion, hatinya hancur melihat usahanya selama bertahun-tahun sudah berakhir, dia kalah dari pelayan.
“ Hei kau baik-baik saja ? “ Tanya Ruby kepada Vivianne, dia sengaja menunggunya di lorong.
“ Apa ? Kau sedang berakting ? Apa kau bahagia melihatku seperti ini ? Kau merasa menang ? “ Vivianne menjawab sinis, pandangan kebencian menyeruak dimatanya.
“ Aku tidak, kau tau kalau kau sedikit saja tulus pada Rai mungkin dia akan luluh, percayalah dia hanya sedang marah, mungkin beberapa hari lagi dia akan membaik, tidak mungkin kan dia marah selamanya, apalagi kau adalah temannya dari kecil “
“ Cih aku tidak mau menerima saran darimu, kau belum tau saja Rai orang yang seperti apa, kau hanya mainannya saat ini, mainan barunya, saat dia sudah bosan dia akan mencari mainan baru dan membuangmu ke tempat sampah. Apa kau berfikir kalau kau spesial karena dia menikahimu? Kau bahkan tidak lebih dari seorang pelayannya “ sinis Vivianne.
“ Kau benar aku cuma seorang pelayan, dan kau tau sendiri pernikahanku dilandasi kesepakatan, aku sangat menantikan kapan dia akan membuangku “ Ruby pergi meninggalkan Vivianne, dia menyesal telah mengkhawatirkannya.
Beberapa orang akan berubah dan belajar dari kesalahan, tapi beberapa orang menganggap kesalahannya adalah hal wajar yang harus di mengerti dan semakin jauh dari hal yang benar, dia akan semakin tersesat jauh dengan kesalahannya.
💔💔💔💔💔
Ruby memasuki kamarnya, suasana hatinya sedang buruk karena ucapan Vivianne. Dia mengedarkan pandangan mencari dimana Rai, kamar itu kosong. Dia bernafas lega. Saat ini dia hanya ingin sendirian.
Ruby merebahkan dirinya di atas kasur, berguling-guling membungkus dirinya dengan selimut. Dia ingin menikmati tidur siang yang tenang tanpa sentuhan ataupun gangguan dari Rai.
Aku akan melindungi diriku dengan selimut ini, jadi maniak gila itu tidak akan bisa macam-macam.
“ Hei otak udang apa yang kau lakukan ? “ Suara mengejutkan Ruby, dia jatuh dari atas kasur dengan tubuh masih terbungkus selimut.
Ruby melihat sepasang kaki sedang berdiri di depan wajahnya, dia menyusuri kaki itu ke atas, Rai baru saja selesai mandi, dia memakai jubah handuknya dengan dada yang terbuka, menunjukkan dada bidangnya, dan tetesan air menetes dari rambutnya membuatnya terlihat seperti es di tengah gurun, sesuatu yang menyegarkan. Wajah Ruby merona, dadanya berdegub kencang, dia menelan ludah melihat keadaan Rai sekarang.
Hei apa aku juga sudah jadi orang mesum ? Kenapa jantungku berdegub kencang melihatnya dalam keadaan seperti itu. Ini sangat memalukan.