NOTA HUTANG DI ATAS PERNIKAHAN

Betapa bahagianya Michael ketika pesannya dibalas oleh Milley. Karena Milley sudah menunjukkan lampu hijaunya kepada Michael, maka dengan keberanian yang lebih, ia mulai menghubunginya.

Tanpa mereka sadari, keduanya mulai sering chat satu sama lain. Melupakan hubungan dan status antara dosen dengan murid. Lagi pula Michael mempunyai pembawaan yang easy going. Sangat kontras dengan dirinya ketika mengajar di kelas.

Lain lagi dengan Dylan. Ia masih uring-uringan ketika mulai dicampakkan oleh Milley. Semua novel yang diberikan oleh Dave ia hempaskan ke lantai.

"Semua novel-novel itu tidak bermutu, nggak ada yang cocok buat dipraktekkan ke Milley," ucapnya gusar.

Sementara itu, Milley sedang asyik mencoba beberapa pasang baju dan celana panjang. Katanya dia ada janji ketemu dengan teman barunya. Lagi pula kakek sudah memberikan ijin padanya.

Salah satu alasan Tuan Chryst memberikan kebebasan untuk Milley adalah menguji kesungguhan Dylan. Apakah benar ia sudah mencintai Milley apa adanya atau sekedar ucapan manis di mulut saja.

"Kak Michael tidak pernah menuntutku untuk berpenampilan sempurna, jadi nggak masalah kan aku berpakaian seperti ini?" ucap Milley sambil melihat pantulan tubuhnya di cermin.

Beruntung ia tidak lagi satu kamar dengan Dylan. Jadi ia bebas berekspresi sesuka hatinya. Ia sampai berulang kali berputar-putar di depan cermin. Milley tidak pernah sebahagia saat ini. Sejak kebebasannya direnggut Dylan, baru kali ini merasa bahagia.

Tidak mau menunggu waktu lama, Milley bergegas turun. Lagi pula, taksi online sudah menunggunya di depan. Dengan berlari-lari kecil, Milley menuju pintu gerbang. Tanpa ia sadari, Dylan memperhatikannya dari balkon kamarnya.

"Mau pergi kemana lagi, dia?" gumam Dylan.

Sesuai rencana, malam minggu ini Michael mengundang Milley untuk makan malam bersama. Namun, Milley tidak mau dijemput di rumah. Ini bukan kapasitasnya untuk memanfaatkan kekayaan Tuan Chryst. Lagi pula di rumah itu ada singa yang lagi ngamuk, makanya ia melindungi Michael dari terkaman singa tersebut.

Sayang, singa itu sudah mengendus aroma Milley lekat-lekat. Kemana pun ia pergi, maka dengan mudah ia bisa melacaknya.

Dylan meraih kunci mobilnya, tanpa menunggu waktu lama ia sudah mengekor di belakang mobil yang dikendarai Milley. Tidak butuh waktu lama, ia sudah sampai di lokasi.

Ternyata, Michael telah menunggunya di depan restauran. Dylan mengepalkan tangannya karena kecolongan satu langkah.

"Sialan! Lelaki itu mencoba mendekati Milley."

Michael tersenyum manis ketika Milley mulai datang ke arahnya.

"Malam, Kak," sapa Milley ramah.

"Malam Milley, ayo masuk!"

Michael mengulurkan tangan, tetapi Milley tidak meraihnya. Ia hanya tersenyum lalu berjalan berdampingan dengan Michael saat masuk restauran.

Michael menarik kursi untuk Milley duduk.

"Eh, tidak perlu repot-repot, Kak!" ucap Milley tidak enak hati karena perlakuan Michael terlalu berlebihan.

"Nggak apa-apa, bukankah wanita sangat istimewa?" ucapnya sambil tersenyum.

Milley tersipu atas ucapan Michael barusan. Bagaimana bisa ia diperlakukan se-istimewa ini, padahal sebelumnya tidak pernah ada yang melakukannya seperti ini.

Setelah memastikan Milley duduk nyaman, baru ia melangkah menuju kursinya. Sesaat kemudian, datanglah seorang pelayan ke meja mereka.

"Silakan menunya, Tuan dan Nona."

Milley melihat daftar menu makanan yang sangat asing baginya.

"Makanan apa sih, ini?"

"Sorry ya, kalau aku ngajak kamu ke restauran Eropa."

Milley tersenyum kikuk, tetapi ia bahagia karena setidaknya ia bisa mencoba masakan western yang katanya sangat lezat itu.

"Kalau begitu aku samain aja sama pesanan kamu, ya."

"Oke."

Setelah beberapa saat, akhirnya Michael memesan makanan untuk dirinya dan Milley. Ia tau jika Milley belum pernah makan makanan western. Oleh karena itu, ia memesan beberapa menu makanan yang sesuai dengan lidah Indonesia.

Meskipun Milley tidak mempunyai latar belakang orang kaya, tetapi kehidupannya selama beberapa bulan bersama Dylan cukup memberinya pelajaran makan ala orang kaya.

Dengan luwes, Milley mulai memakan satu persatu makanan itu. Sesekali Michael mencuri pandang tehadap Milley. Saat ada makanan sisa di sudut bibir Milley, dengan cekatan Michael mengusapnya dengan tisu.

Sementara itu, Dylan yang berada tidak jauh dari meja mereka semakin melampiaskan amarahnya pada daging steak di piringnya. Suara pisau dan garpu terdengar sangat nyaring hingga mengganggu meja tetangga.

Prang ... prang ... prong

Beruntung, meja Milley dan Michael tidak terlalu dekat dengannya. Sehingga tidak terganggu akan tingkah polah Dylan.

Bahkan terlihat sesekali Milley tersenyum lepas saat Michael mulai mengajaknya bercanda. Oh sungguh, rasanya itu sangat menyakitkan bagi Dylan.

"Kenapa dia tidak bisa selepas itu saat bersamaku," ucapnya geram.

Tidak lama kemudian, mereka berdua keluar dari restauran.

"Mau jalan kemana lagi, nih?"

"Aku ikut aja!"

"Oke, ayo kita pergi ke taman."

"Oke, Kak."

🍂

🍂

Dinginnya malam tidak mengurangi kebahagian kedua remaja tadi. Milley sangat bahagia ketika berada di sisi Michael. Ia tidak sekaku saat di kelas, sehingga dengan cepat ia bisa dekat dengannya.

"Rasanya berbeda sekali dengan Dylan yang sedingin es di kutub selatan."

"Eh, aku lupa aku mau liat balap motor, mau ikutan?"

Mata Milley berbinar, "Serius? Di mana?"

"Dua rius malah, yuk kita pergi."

"Ayuk!" ucap Milley dengan semangat.

Tanpa Milley sadari, tangan Michael menggenggam tangan Milley saat menuju mobil. Keduanya terlihat sangat mesra bak sepasang kekasih yang lagi kasmaran.

Sementara itu Dylan sedang mengamuk di bar milik Dave. Satu-satunya pelampiasan Dylan adalah melemparkan semua novel rekomendasi Dave ke wajahnya.

Dylan berjalan terburu-buru ke lantai atas. Sebuah ruangan tempat pemilik bar tersebut berada. Tanpa permisi, Dylan menggebrak pintu milik Dave hingga membuatnya terlonjak dari kursi.

"Dylan, ngapain kamu ke sini!"

Dylan segera melemparkan semua novel yang direkomendasikan Dave kepadanya.

"Hei, apa-apaan ini!" ucap Dave sambile menutupi seluruh wajahnya dari serangan Dylan.

Bukan hanya satu dua buah novel, tetapi hampir semua novel yang ia pinjaman kepadanya terlempar sempurna ke arah Dave.

"Stop, Dylan! Kamu sudah gila, kah?"

"Kamu tuh, yang gila! Pake nyuruh gue baca novel buat dapetin Milley, tapi apa buktinya, hah!"

Bukannya mengiba, Dave tergelak akan ucapan Dylan barusan.

"Makanya kalau mau sukses, belajar dari pawangnya dulu, dong!"

Dylan yang keburu emosi, mencengkeram erat leher Dave.

"Berani Lu mempermainkan gue!"

"Ampun Bos, kuh!"

🍂

🍂

Akankah Dave bisa mengelabui Dylan untuk kedua kalinya? Atau semakin dekat hubungan antara Milley dengan Michael?

...🌹Bersambung🌹...