Warning 21+ guys ... harap cek umur dulu sebelum baca.
***
Arya seorang Presdir di sebuah perusahaan terjebak pesona sekretaris pribadinya sendiri yang setiap hari sering berinteraksi dengannya.
Suatu hari mereka terpaksa tinggal satu kamar dan tidur satu ranjang. Bisakah Arya bertahan dengan godaan ranjang dari sekretaris mudanya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puryani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Arya Panik Melihat Anak Sulungnya
Di tempat lain, Arya dan Anna telah selesai membeli beberapa perhiasan dengan jumlah uang yang harus dibayarkan cukup membuat mulut melongo.
Ponsel Anna tiba-tiba bergetar dan itu merupakan panggilan dari klien mereka yang harusnya ditemui sejak beberapa jam yang lalu.
Sebenarnya klien itu sudah menghubungi nomor Anna berkali-kali, namun selalu diabaikan oleh wanita cantik itu.
Kebetulan ponsel Anna saat ini ada di luar dan diletakan di atas meja membuat Arya bisa melihat nomor dan nama sang pemanggil telepon dengan jelas.
"Itu klien kita yang harusnya kita temui kan, Sayang?" tanya Arya yang saat ini sedang duduk di salah satu kursi meja restoran dekat toko perhiasan tadi.
"Iya, Sayang. Sebentar ya aku angkat dulu teleponnya," pamit Anna yang berjalan pergi menjauh dari tempat lelaki itu karena tidak enak menjawab telepon di tempat umum, takut mengganggu kenyamanan pengunjung lain.
"Iya." angguk Arya mengerti.
Anna yang sudah berada di tempat yang cukup sepi mulai mengangkat panggilan telepon itu dan kalimat yang diucapkan Anna terbilang tidak terlalu ramah karena wanita itu tidak meminta maaf kepada sang klien karena tidak mengabari mereka terlebih dahulu kalau pertemuan hari ini dibatalkan.
"Kenapa kalian tidak mengabari kami terlebih dahulu?" protes sang klien yang merasa waktunya di buang secara percuma karena menunggu kedatangan Arya dan sekretarisnya itu selama berjam-jam.
"Hei, harusnya kalian itu paham dengan kesibukan orang besar dan penting seperti Pak Arya. Aku juga sibuk sebagai sekretarisnya. Kalau memang kami lupa dengan janji itu harap dimaklumi lah!" sarkas Anna.
"Lalu kapan tepatnya kita bisa janjian bertemu kembali?" tanya sang klien yang memilih untuk mengalah.
"Belum tahu ya," jawab Anna sinis. "Aku harus memeriksa jadwal padat yang dimiliki oleh Pak Arya dulu. Setelah nanti ada waktu senggang, akan aku kabarkan secepatnya."
"Baiklah kalau begitu."
Panggilan telepon pun dimatikan, sang klien yang sangat kesal itu mulai menelepon seseorang dan mengadu kepadanya.
***
Di tempat lain, Arya yang kebetulan memang duduk di dekat dengan jendela melihat putranya Dimas sedang jalan bersama dengan Arum pembantunya Anna.
Mereka terlihat cukup mesra dan saat ini keduanya sedang duduk di sebuah bangku halte.
Arya memperhatikan keduanya dan dia bisa menebak dengan tepat bahwa wanita yang duduk di samping Dimas pasti adalah pacar anaknya itu.
"Kamu kenapa, Sayang?" tanya Anna merasa heran kepada Arya yang fokus melihat ke arah luar jendela restoran ini.
"Gawat, An," ucap Arya panik.
"Gawat kenapa?" kernyit Anna bingung yang baru kembali ke meja tempat duduk mereka di restoran ini.
"Lihat ke sana, An!" tunjuk Arya mengarahkan Anna agar bisa melihat Arum dan Dimas anaknya.
"Itu kan Arum pembantuku," gumam Anna lirih yang masih bisa didengar oleh Arya.
"Betul, An. Itu memang pembantumu. Tapi yang jadi masalah itu adalah ... orang yang ada di samping Arum adalah Dimas anakku," jelas Arya.
"Apah?!" kaget Anna nyaring yang membuat perhatian pengunjung di sekitar mereka terpusat padanya karena terlalu menarik perhatian.
Anna langsung salah tingkah dan meminta maaf kepada semuanya dengan anggukan singkat dan juga senyuman kaku merasa tidak enak hati.
Semua pengunjung mengalihkan pandangannya lagi dari Anna setelah wanita itu meminta maaf dengan gerakan tubuhnya.