NovelToon NovelToon
My Chosen Wife

My Chosen Wife

Status: tamat
Genre:Tamat
Popularitas:11.3M
Nilai: 4.8
Nama Author: Putritritrii

Lanjutan Dari Novel Terpaksa Menikah. Sebelum membaca kisah dari Anak - Anak Raka dan Eva beserta sahabatnya. Mohon di baca untuk Season pertamanya.


Sebelum ke sini tolong baca dulu Terpaksa Menikah.

Memilih pasangan yang pas, seperti sang mama adalah keinginginan Rava Atmadja. Banyak keinginan yang ia dasari dari kisah cinta papa dan mamanya, yang bersatu karena sebuah kesalahan. Kesalahan yang menurut sang papa dan juga mamanya, adalah berkat dan kebahagiaan dengan hadirnya, Rava di kehidupan mereka.

.
Karena di Jodohkan oleh sang mama dengan anak sahabatnya, Rava mencoba untuk lari dari kenyataan. Dan berusaha untuk memilih yang terbaik antara pilihan sang mama dan juga pilihannya sendiri. Mari baca dan berikan dukungan kalian. Terima Kasih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putritritrii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KEPERGIAN RENATA.

Rava memilih untuk pulang ke kediamannya bersama Harsen. Harsen yang melihat Rava frustasi itu, memilih untuk diam. Karena dia sangat takut melihat Rava marah. Sesampainya di rumah Rava, Harsen memilih untuk tinggal di kediaman Rava, sudah punya kamar khusus tinggal rebahan saja. Berbedah dengan Rava, sebelum masuk ke kamarnya dia memilih masuk ke kamar Vara. Mendekati ranjangnya, dan menatap wajah Vara yang sudah nyenyak dalam tidurnya.

Begitulah Rava, walaupun dia marah dengan sang adik, tetapi hatinya tetap saja merasa bersalah membuat adiknya sedih. Hanya saja dia tidak nau memperlihatkannya di depan Vara. Karena takut, Vara jadi kebiasaan manja.

"Selamat malam sayang," ucapnya Lalu ia beranjak dan membetulkan selimut yang menutupi tubuh Vara .

Masih dengan perasaan yang sama, Rava masuk ke kamarnya, dan membersihkan dirinya. Lalu ia memilih untuk rebahan dan mencoba untuk memejamkan matanya. Barangkali saja, saat terbangun esok semuanya kembali normal.

***

Seluruhnya sudah berkumpul di meja makan, terkecuali Rava. Defan sudah kembali menyapa Vara , saat kemarin Rava memberikan perintah padanya untuk menemani Vara makan malam. Dan Alhasil, mau tidak mau Defan menyapa Vara walaupun keduanya selalu saja ada yang di ributkan.

"Kak Harsen, kak Rava kok belum turun?" tanya Vara menatap ke Harsen.

"Sebentar lagi, tunggulah." balas Harsen dengan senyuman.

"Iya... Tunggulah. Jika kau di marahin lagi, jangan menjawab. Apa kau mengerti?" tanya Defan pada nya.

"Hemmmmm... Kau sama saja sama Kak Rava, cerewet." ketus Vara.

"Siapa yang kau bilang cerewet!" Rava tiba-tiba datang dari arah belakang. Langsung saja, Harsen menepuk jidatnya.

"Agh.. Ka—." vara menjadi gugup.

"Kalau kau ingin, orang di sekitarmu tidak cerewet denganmu! belajar sopan santun, kakak sudah katakan kemarin padamu kan? Belajar baik-baik, jangan suka urusin urusan orang lain yang bukan hakmu. Apa kau paham?" kata Rava kemudian ia duduk di bangku biasa.

Vara menatap ke arah Rava, "Apa kakak masih marah dengan Vara?"

"Iya... Masih! Tergantung dengan sikapmu, kalau kau merubah sikapmu, kakak enggak bakalan marah lagi. Ya sudah... Kalian lanjutlah sarapan. Kakak gak berselerah!." ketus Rava, kemudian dia meninggalkan meja makan.

Dengan perasaan bersalah, Vara mulai menyesali perbuatannya.

"Defan... Kamu antarkan Vara, kakak menyusul kak Rava." ucap Harsen cepat dan berlalu dari meja makan.

"Pasti aku yang mengantarnya, bukannya aku satu kampus dengannya." gumam Defan dengan memiringkan kepalanya.

Defan melihat ke arah Vara yang bersedih, "Sudah... Kenapa kau sedih? bukankah yang di katakan kakak ada benarnya. Kenapa kau jadi sedih begitu?"

"Aku sedih... Karena kakak enggak mau banyak bicara padaku. Menjemputku pulang saja dia tidak mau, kakak enggak pernah semarah itu padaku." ucapnya dengan kedua bola mata yang sudah berkaca-kaca.

"Kau minta maaf saja ke kak Rava, nanti aku cuma ada satu kelas. Kalau kau mau, siang nanti akan aku antar ke kantornya kak Rava. Bagaimana?"

Vara menatap Defan, "Apa kau yakin? Kakak akan memafkan aku?"

"Yakin... Sudah makanlah." ucap Defan memberikan semangat.

***

Sesampainya di perusahaan, Rava langsung saja menyibukkan dirinya. Walaupun begitu, dia tetap saja masih memikirkan Renata. Karena hari ini adalah kepulangan Renata ke Jakarta, dia merasa seperti ada yang kurang kalau belum memberikan yang spesial di hari terakhirnya. Tapi bagaimana mau di katakan, kemarin saja mereka sudah berperang. Mana mungkin Rava bisa mengajaknya untuk sekedar berjalan bersama.

"Kak.. Rapat sudah bisa di mulai." ucap Harsen.

"Ouu.. Baiklah, Sen. Ayo kita ke ruang rapat." ajak Rava , dengan cepat keduanya berjalan ke arah ruangan rapat, di ikuti oleh Nadia.

Di dalam ruangan Rapat, Nadia yang bertugas untuk menjabarkan seluruh data yang di rapatkan terabaikan oleh Rava. Raganya Rava saja, yang ada di ruangan Rapat, hati dan pikirannya masih terus ke Renata.

"Tuan..." panggil Nadi yang ketiga kalinya, sontak Rava tersadar.

"Iya." balasnya singkat.

"Tuan... Bagaimana keputusannya?"

"Sen..." ucap Rava pada Harsen, karena dia tidak fokus dan merasa Harsen bisa menggantikan dirinya.

"Setuju Tuan, karena pemasokan barang yang diberikan anak perusahaan, bisa membantu kita sampai akhir produksi." ucap Harsen dengan serius.

"Baiklah Nadia, seusuai yang di katakan Harsen. kalau begitu Rapat selesai. Terima kasih." ucap Rava lalu beranjak dan keluar dari ruang rapat di ikuti Harsen

Seluruh anggota rapat yang kebanyakan wanita itu, banyak yang menyukai kepribadian Rava yang angkuh dan dingin. Walaupun jarang menyapa para staffnya, Rava tetap di gemari para staff wanitanya. Seusai Rava meninggalkan ruangan rapat, semuanya menjadi bisik-bisik tetangga.

"Jangan gosipin Bos! kembalilah keruangan kalian!." bentak Nadia.

Tidak ada yang berani membantah Nadia, semuanya pun bubar tanpa berani menjawab perintah Nadia.

***

Rava kembali berkutat dengan komputernya, seusai jam makan siang, Rava memilih untuk bekerja, karena dia mendapatkan info kalau Renata kembali ke Jakarta dengan penerbangan malam. Masih ada waktu pikirnya untuk bekerja, dan menyelesaikan seluruh tugas di kantornya.

"Permisi Tuan, Ada yang mau ketemu dengan Anda." ucap Nadia.

"Siapa?" tanya Rava, lalu menoleh ke depan.

Kemudian Harsen membawa Vara dan Defan masuk ke ruangan Rava.

"Ouuu.... Biarkan mereka masuk." ucap Rava pada Nadia, kemudian Nadia permisi untuk keluar dari ruangannya.

"Ada perlu apa kalian kemari?" tanya Rava dengan suara datar.

Vara gemetaran sendiri, sedangkan Defan menatap ke Rava seperti ingin membantu Vara.

"Kak... Kami ke sini karena, Vara mau meminta maaf pada kakak." ucap Defan membuka suara, kemudian dia menyenggol lengan Vara agar mengatakan sesuatu.

Rava yang dari meja kerjanya menopang dagu, menatapa pada Vara yang tertunduk.

"Mau minta maaf apa? Apa kalian bolos dari kelas?" tanya Rava.

"Eghh... Enggak kak, Kami hari ini cuma ada 1 kelas aja , karena itu kami bisa ke perusahaan kakak, karena Vara ingin meminta maaf ke kakak." balas Defan salah tingkah, karena takut dengan Rava.

"Buruaaan... Mau ngapain? Kalau cuma diam, lebih baik KELUAR! Di sini kantor, bukan di rumah." ketus Rava dengan kembali melihat dokumennya.

Vara yang mendengar ucapan kakaknya yang ketus itu mengangkat wajahnya, dan menatap galak ke Rava, ia pun maju mendekati meja kerja kakaknya.

"Kak... Sebenarnya kakak sayang enggak sih sama Vara?"

Rava sejenak terdiam, lalu menoleh ke Vara.

"Apa itu perlu di pertanyakan lagi? Apa kau ragu dengan kakakmu?" tanya Rava dengan santai.

"Terusss.. Kenapa kakak marah sama Vara. Sampai berlarut-larut, biasanya kakak enggak pernah seperti ini sama Vara." ucap Vara dengan menahan tangisnya.

"Karena kau sudah kelewat batas Vara. Kakak enggak mau punya adik yang tidak punya sopan santun!"

"Kakak lebih membela kak Renata, dari dulu kakak selalu membelanya, sedangkan Vara selalu di salahkan! Apa itu adil buat Vara kak?" air matanya pun mengalir.

"Vara! Kau tidak bisa membedahkan mana yang namanya bermain, bercanda, kau selalu menanggapi semua dengan serius. Apa kakak salah untuk mengajarkanmu?"

"Tapi Kak—"

"Maaf Tuan, Ada tamu." Nadia tiba-tiba memotong pembicaraan kakak beradik.

"Siapa Nadia?" tanya Rava.

"Silahkan masuk, Nona."

"Kak Rena," ucap Harsen.

"Kak Renata, " sambung Defan.

Semuanya menjadi kaget, melihat kedatangan Renata. Seusai Renata masuk ke ruangan, Nadia pun menutup pintu, merasa aneh dengan seluruh tamu bos nya itu. Enggak pernah biasanya, Rava menerima tamu sebegitu banyaknya. Karena seluruhnya memakai janji temu.

"Haiii semuanya, kenapa kalian semua berkumpul di sini? Apa aku mengganggu? Apa kalian mau menyambutku?" tanya Renata dengan santai dan dengan senyuman.

"Kak Rena," ucap Defan dengan sedih.

Renata hanya melambaikan tangannya pada Defan dan tersenyum. Harsen dan Defan , sama-sama berpikir, Kedatangan Renata akan membuat hubungan kakak beradik itu semakin memanas. Bukan waktu yang tepat, bagi Renata untuk muncul ke permukaan.

Rava sendiri, sangat senang melihat kedatangan Renata dengan senyum yang tersungging di bibirnya. Apa lagi itu kali pertama, Renata memijakkan kakinya di perusahaan tempat Rava bekerja.

"Vara... Kenapa menangis?" tanya Renata yang baru menyadari Vara menangis.

Rava langsung mendapatkan tatapan tajam Renata, ia pun mendekati Vara.

"Apa yang membuat mu menangis? Apa kakak memarahimu?" tanya Renata dengan lembut.

"Iyaaa... Semua karena kak Rena! Kakak terus memarahiku sampai tidak ingin berbicara kepadaku! Semua karena kak Rena! kedatangan Kak Rena ke sini membuat aku tersiksa!."

"Vara!" bentak Rava seraya berdiri.

"Rava!." Renata balik memarahi Rava, "Sudah jangan terus memarahi Adikmu. Kau jangan terlalu kejam dengannya, Vara sayang maafin kakak ya? Kakak ke sini cuma mau pamit sama kalian, kakak akan pulang nanti malam. Jadi kalian harus akur, kakak janji tidak akan menggnggu kalian lagi, dan kakak selamanya tidak akan menampakkan diri lagi di hadapan kalian."

Ucap Renata membujuk seraya mengusap air mata Vara, tetapi Vara menepis kasar tangan Renata.

"Apa yang kau katakan , Renata!." ucap Rava dengan kesal.

Vara langsung memotong, "Lebih baik seperti itu! Kakak jangan pernah menampakkan diri lagi di hadapan kami! kedatangan kakak membuat kesialan di dalam hidup Vara!" teriak Vara.

"Vara! Kau jangan keterlaluan!" bentak Rava dengan keras.

"Kakak memang lebih sayang ke Kak Rena ketimbang Vara, baiklah. Percuma Vara datang ke sini dan meminta maaf ke kakak, kakak sama sekali tidak perduli dengan Vara!" teriak Vara langsung berlari keluar.

Renata menatap tajam ke Rava, Harsen hendak mengejar Vara tetapi di dahului Renata. Renata berlari mengejar Vara yang sudah di depan Lift.

"Vara.. Sayang, Maafin kak Rena, kakak berjanji akan membujuk kak Rava." ucap Rena seraya menyentuh lengan Vara.

"Jangan menyentuhku! pergilah!" bentaknya dengan isakan tangis, staff yang berlalu lalang menatap aneh pada keduanya.

"Vara.." panggil Renata, saat pintu Lift terbuka ia pun ikut masuk ke dalam.

"Vara... Dengarkan kakak dulu, Kak Rava sangat menyayangimu.Dari dulu, dia selalu menyayangimu, kau harusnya lebih paham dari kakak."

"Tidak usah membujukku! Kakak sangat berubah saat kedatangan Kak Rena, karena itu aku sangat membenci kak Rena!" teriak Vara dengannya seraya menangis.

"Baiklah.. Kau boleh membenci kakak. Tapi tidak dengan kakakmu, kakak berjanji padamu untuk membujuk kak Rava."

Vara hanya terdiam, dan tak lama pintu lift terbuka. Dengan berlari, Vara keluar dari Loby perusahaan kakaknya. Sedangkan Renata, dengan cepat berlari mengejar Vara.

Karena Vara ingin menghindari dari Renata, tidak sempat ia melihat jalanan yang akan di sebranginya, dengan berlari sangat kencang Renata yang melihat ada mobil di perlintasan jalan yang ingin Vara jalani menarik tubuh Vara dan menolaknya ke pinggiran jalan.

Bruggggggg....!!!!

Vara dan Renata bersamaan terpental dan jatuh di jalan. Harsen dan juga Defan yang bersamaan datang, melihat dengan kedua mata mereka tersebut, mematung dan menutup mulut mereka dengan mata melotot.

"Kak Renaaa!" teriak Defan dan berlari mendekat pada Renata.

Seketika itu juga jalanan menjadi ramai, Harsen mendekati Vara dan membantunya untuk bangkit. Benar... Vara jatuh ke pinggiran jalan saat Renata menolaknya. Sedangkan Renata, mengorbankan dirinya yang kesambar mobil.

"Kak... Kak Rena." ucap Vara memeluk lengan Harsen dengan gugup.

"Ka Rena, Kak." dia mulai terisak.

"Vara... Tenanglah dulu, kau di sini jangan ke mana-mana. Kakak akan memanggil kak Rava." ucap Harsen kemudian meninggalkan Vara dan berlari kencang menuju ruangan Rava, sedangkan Ambulance sudah di panggil oleh keamanan setempat yang langsung datang mendekat. Begitu juga dengan para keamanan yang di tugaskan Rava di perusahaannya.

"Kak Renaaaa..." teriak Defan sambil menangis, Kepala Renata sudah di pangkuan Defan dengan bersimbah darah.

"Ka— Kak Rena, " ucap Vara mencoba mendekati Renata dan juga Defan. Mata Renata masih bisa berkedip, tetapi ia tidak bisa berkata, menahan rasa sakitnya.

"Kak Rena.. Tolong bertahan. Sebentar lagi akan datang, tolong kuat kak." ucap Defan terus terisak.

Di ruangan Rava, Harsen dengan cepat memberitahukan Rava, "Ada apa denganmu Sen, kenapa kau berlari - lari sampai nafasmu seperti itu?"

"Kak... Kak Rena kak!" ucapnya dan tak lama air matanya pun mengalir.

Rava berdiri dengan tatapan tajam, "Kenapa dengan Renata! kenapa kau menangis?"

"Kak Renata, kecelakaan kak di depan kantor." jawabnya terisak.

Langsung saja , Rava berlari sekencang mungkin. Tanpa menunggu Harsen yang sama berlari, dengan cepat Rava memasuk lift khususnya. Di dalam lift perasaannya sangat takut. Pintu lift terbuka, sekencang mungkin ia berlari keluar loby dan menemukan keramaian.

"Renata... Renata." ucap Rava mendekati Defan dan menarik kepala Renata serta menyentuh rambutnya yang menutupi wajahnya.

Defan dan Vara sama-sama menangis, sedangkan Rava masih bergetar melihat Renata bersimbah darah.

"Apa itu sakit? Di mana yang sakit, kasi tahu aku. Yang mana? Kau pasti kuat.. Tunggulah sebentar lagi. Jangan tinggalkan Aku, bukankah kau sudah berjanji denganku, apa kau ingat itu? " ucap Rava dengan menyentuh wajahnya, tak lama air matanya pun jatuh di wajah Renata. Renata tersenyum, tanpa bisa berkata menahan sakitnya.

"Apa kalian sudah memanggil Ambulance!." teriak Rava.

"Sudah Kak," jawab Defan dengan menangis,pilu.

Taka lama team medis datang segerah membawa Renata, tak pikir panjang Rava ikut masuk kedalam Ambulance. Menemani Renata, sepanjang jalan suara sirene Ambulance terdengar sangat jelas, sedangkan Rava terus memandangi wajah Renata yang sudah di berikan Alat bantu pernafasan.

"Kau harus kuat Rena... Jangan tinggalkan aku dengan cara yang kejam." ucap Rava dengan menggenggam terus tangan Renata sambilan terisak.

"Kau pasti kuat.. Aku yakin." Rava menggenggam dan mencium punggung tangan Renata, tak lama matanya terpejam.

"Rena... Rena...Bangunnnn!" teriak Rava dengan rasa kalutnya.

Bersambung

.......

2.000 kata lebih , Tekan like dan VOTE nya ya HONEY 🥰

.

NETIZEN : ADA MAUNYA AJA LO PANGGIL HONEY.

AUTHOR : YEEE SIRIK AJA LO AGH. PUAS LO PADA? RENATA TAK BIKIN MATI?

NETIZEN : PARAH LO THOR! TEGAAA

AUTHOR : KABORRRRRRRRR

1
Fatim Ummu Ayes
ciri khas frans banget ni si defan....😁😁😁😁
Fatim Ummu Ayes
bebal bnget si vara nih... jadi pengen getok kepalanya....
Fatim Ummu Ayes
kok q brasa cosplay jadi renata ya thos... sakitnya nyesek bangetttttt.....
Fatim Ummu Ayes
apakah nanti si zyan yg bikin rava cemburu na dia suka renata...?
Fatim Ummu Ayes
q nyangkax di awal si alice yg bkaal jadi pembantu di rumah rava🤭🤭🤭
Fatim Ummu Ayes
kok aku bacanya kayak bakal ada sakit"nya ya thor... secara q tim renata yg tetep swtia cintanya ke rava.. meskipun rava dah pernah khianat ma vanesa... masak iya sekrang mo khianat ama alice lagi...
❦վαղղí❦
tiba2 kangen pengan baca lagi,,novel favorit aku,,padahal bukan pertama baca tapi ttp mewek..☺️
Ema Sham
good 👍👍👍
Mohammad Ryan Haisy
bagus
VEI
🤩
ㅤㅤㅤㅤㅤ😻Kᵝ⃟ᴸ⸙ᵍᵏ نَيْ ㊍㊍🍒⃞⃟🦅😻
numpang lesehan bentar kak 🙏🏻🤭
A⃟🍏 ⍣⃝Sɾყ✪ƚҽɾʂҽɳყυɱ🖋️🎗️🌼
kukira akan ada season berikutnya ternyata judul baru,,siap meluncur lah 😉😉
Entin Fatkurina
siap meluncur.
Putritritri IG: @_putritritrii: Makasih kk :)
total 1 replies
Wayan Raningsih
Hai Kak Put apa kabar? /
terima kasih krn masih mau menulis cerita untuk kami di sini 😍😍
Putritritri IG: @_putritritrii: Hehwehe puji Tuhan sehat kak. Mampir ya kak 🤗
total 1 replies
༄༅⃟𝐐✰͜͡w⃠🆃🅸🆃🅾ᵉᶜ✿☂⃝⃞⃟ᶜᶠ𓆊
waaoooo kayaknya kereeen
Putritritri IG: @_putritritrii: Mampir ya kak 🤗
total 1 replies
Jumriana
semangatt kakak 😍😍😍
Putritritri IG: @_putritritrii: Makasih kak. Mampir ya 🤗
total 1 replies
Diana Hartati Tampubolon
hadirrrrr
Putritritri IG: @_putritritrii: Wah masih ada yg baca. Mampir ya kak 😍
total 1 replies
Mamaya Mamafaren
ya
Pratiwi Mulyani
lho belum
sarah Nhk
novel terbaik yg aku baca d noveltoon..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!