Follow ig~ mazarina_asrifaris
Kesalahan satu malam yang membuat kehidupan Disya Anggita jungkir balik menata kehidupannya.
Melewati satu malam dengan kekasihnya mungkin sedikit tidak masalah dan dibilang wajar. Namun melewati satu malam bersama pria asing yang tidak dikenalinya ini konyol namanya.
Gara-gara salah masuk apartemen tetangganya Disya harus kehilangan sesuatu yang paling berharga dalam dirinya. Disya syok seketika mengetahui pria tersebut?
"What! Kamu?" tentu saja keterkejutan itu hanya boleh ia ucapkan dalam hati.
"Aku akan bertanggung jawab!" ~> Daharyadika Ausky
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 31
"Sya kamu di dalam!" teriak Rayyan cemas.
Hening
"Disya sayang ...!" suara Rayyan makin kencang.
"Iya kak, bentar!" sahut Disya meninggikan suaranya.
"Aku tunggu di luar ya sayang!"
"Iya!"
"Bapak minggir deh, saya harus keluar sekarang," omel Disya dengan suara sepelan mungkin, gadis itu mendelik kesal.
Sky bergeming menatap Disya lekat dengan pandangan yang dingin dan begitu intens. Membuat gadis itu benar-benar takut. Disya sudah ancang-ancang untuk berteriak apabila Sky nekat. Namun, sepertinya kewarasan masih mendominasi sehingga ia dengan suka rela membiarkan Disya lolos.
"Kali ini aku membiarkan semuanya menjadi baik, tapi tidak untuk besok dan seterusnya." Pria tersebut menyeringai dengan senyum yang bagi Disya sangat menakutkan.
Disya pun segera keluar dari sana dengan tergesa.
"Sayang, udah?"
"Astaghfirullah ... ngagetin aja sih kak," protesnya kesal.
"Kan aku sudah bilang tunggu di luar, ayo pulang!" ujar Rayyan seraya menuntun gadis itu.
Mereka berjalan beriringan menuju parkiran.
"Sya, muka kamu pucet, kamu sakit?" tanya Rayyan seraya mengecek keningnya dengan punggung tangannya.
"Panas sayang, kamu demam ini kayaknya. Mampir apotik dulu beli obat, atau mau ke rumah ambil obat di rumah kakak?" tawarnya cemas.
Disya menggeleng, "Pulang aja, aku mau istirahat," ujar Disya lirih.
"Oke kita ngobrolnya ditunda besok saja, sekalian aku mau ngomong sama mama papa kamu," ujar Rayyan lalu mengecup kening Disya dengan sayang.
Tanpa mereka sadari ada dua pasang mata yang mengawasi dengan tatapan tajam. Tangannya yang kokoh mengepal sempurna dengan rahang yang mengeras.
Rayyan segera membukakan pintu mobil untuk Disya dan menyuruh gadis itu masuk. Setelahnya laki-laki itu memutari mobil dengan cepat lalu masuk dan duduk di kursi kemudi.
Disya mendadak kepalanya seakan mau pecah, pening dan terasa berat. Efek kaget, syok dan banyaknya tekanan masalah yang ada membuat gadis itu mendadak limbung dan lemas.
Sepanjang perjalanan pulang, Disya memilih memejamkan matanya untuk menetralisir rasa pening yang semakin terasa. Rayyan pun tidak langsung pulang, laki-laki itu menepikan mobilnya dan mampir ke apotik untuk menebus obat.
Sementara Rayyan membeli obat, Disya nampak anteng menunggu di mobil tanpa banyak bertanya. Kekasihnya itu akan sangat cerewet dan rewel kalau sudah menyangkut kesehatannya.
Setelah mencari apa yang sudah didapat, Rayyan segera melakukan pembayaran dan kembali ke mobil. Tanpa mereka sadari ada sebuah mobil yang terus mengikuti di belakangnya. Iya, pria itu Sky, walaupun kesal dan dongkol melihat mereka berdua tapi pria itu tetap nekat mengikuti mobil Rayyan.
Sky juga merasa khawatir sekaligus cemas mendengar Rayyan mengatakan bahwa gadis itu yang sepertinya demam. Sky merasa bertambah cemas tatkala melihat Rayyan membeli obat untuk Disya. Pikiran Sky langsung bercabang, antara Disya sakit beneran atau dia sedang mengandung anaknya, itu artinya Disya tidak boleh minum obat sembarangan.
Sky terus membuntuti mobil Rayyan hingga sampai di pelataran rumah Pak Amar. Ia melihat dengan mata kepala sendiri, menyaksikan sahabatnya memapah gadis itu yang nampak menyender di pundaknya.
"Kok gue kesel sih, lihat mereka nempel mulu," gumam Sky uring-uringan.
Sementara Rayyan mengantar memapah gadis itu sampai depan teras karena Disya tidak mau digendong.
"Kamu langsung pulang aja," ujar Disya menginterupsi.
"Kalau ada apa-apa telfon ya? Diminum obatnya, kamu panas, " ujar Rayyan perhatian, Disya mengangguk.
Sebelum beranjak, Rayyan lebih dulu mengelus pipi Disya dengan sayang dan mengacak rambutnya pelan.
"Besok aku ke sini lagi, bawa rombongan jangan kaget, harus sehat." Disya yang mendengarnya pun tak begitu merespon, dia terlalu mumet untuk hari ini.
Omongan Rayyan terdengar biasa tapi terdengar cukup menyita perhatian dan mencemaskan di pikiran Sky. Sky bahkan nekat masuk agar lebih jelas mendengarkan pembicaraan mereka. Laki-laki itu lebih dulu mampir ke pos satpam yang berjaga dan berjalan pelan.
Setelah melakukan obrolan dengan lembaran uang merah, pria itu nampak santai mengintai rumah Disya dengan leluasa. Sebelumnya Pak satpam yang berjaga sudah pernah melihat Sky dan setahu dia, Sky adalah calon mantunya rumah ini.
"Kenapa nggak masuk saja, Den?" ujar Pak satpam.
"Bentar Pak, nunggu tamu yang itu pergi."
Setelah Rayyan berujar pamit dan meninggalkan pekarangan rumah Disya. Sky langsung menampakkan batang hidungnya dan berjalan cepat menuju teras depan di mana gadis itu masih setia berdiri dan hendak melangkah masuk. Sky mencekal tangan Disya yang hendak masuk ke dalam.
"Tunggu Sya!" seru Sky.
Gadis itu cukup kaget dengan kemunculan Sky yang begitu nyata ada di depannya. Disya pikir hari ini berakhir manis di tutup dengan pandangan Rayyan, tapi apa? Sky bahkan malah muncul di depan rumahnya.
Suasana rumah masih sepi, bahkan mobil Pak Amar dan mamanya belum pulang. Setahu Disya mereka masih menghadiri undangan makan malam.
"Bapak ngapain ke sini sih, pulang sana, saya mau istirahat!"
"Iya sebentar saja," ujar Sky lalu menempelkan punggung tangannya di kening Disya.
"Kamu sakit?"
Disya langsung menepis tangan Sky yang menempel pada keningnya. Pria itu pun cukup terkesiap dengan sikap Disya. Sedikit sakit hati karena merasa diperlakukan sangat berbeda dengan Disya. Disya begitu lembut dengan Rayyan tapi terkesan galak dengan dirinya.
"Aku khawatir Sya, oke aku minta maaf atas sikapku tadi, kalau pun kamu demam tolong jangan minum obat sembarangan. Aku cuma ingetin kamu, takutnya kamu lagi hamil Sya. Waktu itu aku nggak pake pengaman dan itu sangat mungkin kamu ham—"
"Stop- stop, omongan Bapak sudah terlalu nglantur dan bikin saya tambah pusing, mendingan Bapak pulang deh!" usir Disya sewot.
Disya hendak melangkah masuk, tapi tubuhnya tidak seimbang dan malah terasa melayang. Sky langsung sigap menopang gadis itu dan menggendongnya membawa masuk.
Disya memberontak kesal dan meminta diturunkan dari gendongan Sky.
"Diem Sya, nanti jatuh, aku antar sampe kamar," ujar pria itu santai.
Disya pun menurut karena memang tidak ada tenaga untuk berdebat, entah mengapa tubuhnya mendadak begitu nyaman dalam gendongan pria itu.
Aneh gue kenapa sih ....
Sky membuka kamar Disya dan membaringkan tubuh gadis itu dengan hati-hati. Pria itu bukannya beranjak pergi dari kamarnya malah duduk dengan santai di bibir ranjang.
"Bapak ngapain masih di situ, pulang sana!" usirnya ketus.
"Tunggu Om Amar dan Tante Amy pulang dulu," ujar Sky santai.
"Mau ngapain, pulang sekarang!"
"Nggak Sya, aku harus ngomong sama mereka."
"Nggak perlu, tolong jangan bikin saya tambah pusing. Keluar dari kamar saya!"
Sky benar-benar tidak mau Rayyan sampai datang melamar Disya lebih dulu, sebelum semuanya terlambat Sky harus maju lebih dulu. Pria itu bahkan sudah siap dengan segala resikonya yang mungkin terjadi.
sungguh mantap sekali 🌹🌹🌹🌹
terus lah berkarya dan sehat selalu ✌️
knp gak jd sm rayyannnn