NovelToon NovelToon
Dunia Yang Indah

Dunia Yang Indah

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Kebangkitan pecundang / Spiritual / Persahabatan / Budidaya dan Peningkatan / Mengubah Takdir
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: YUKARO

Di balik gunung-gunung yang menjulang,ada dunia lain yang penuh impian. Dunia Kultivator yang mampu mengendalikan elemen dan memanjangkan usia. Shanmu, seorang pemuda desa miskin yang hidup sebatang kara, baru mengetahuinya dari sang Kepala Desa. Sebelum ia sempat menggali lebih dalam, bencana menerjang. Dusun Sunyi dihabisi oleh kekuatan mengerikan yang bukan berasal dari manusia biasa, menjadikan Shanmu satu-satunya yang selamat. Untuk mencari jawaban mengapa orang tuanya menghilang, mengapa desanya dimusnahkan, dan siapa pelaku di balik semua ini, ia harus memasuki dunia Kultivator yang sama sekali asing dan penuh bahaya. Seorang anak desa dengan hati yang hancur, melawan takdir di panggung yang jauh lebih besar dari dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YUKARO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Luka Tubuh Dan Jiwa

Langkah kaki Shanmu masih terasa berat oleh beban kekecewaan dan rasa sakit fisik. Suasana hati yang tadi dipenuhi harapan kini telah berubah menjadi kepedihan yang dalam. Ia berjalan menyusuri jalan setapak, mencoba memahami mengapa ia diperlakukan dengan begitu kejam. Tiba-tiba, derap kaki yang cepat mendekat dari belakang memecah kesunyian. Ia menoleh dan melihat ketiga pemuda itu berlari mengejarnya, wajah mereka dipenuhi amarah dan niat jahat yang semakin menjadi-jadi.

Jantung Shanmu berdebar kencang, kali ini bukan karena harapan, melainkan karena keheranan dan sedikit ketakutan. "Mengapa mereka mengejarku?" gumamnya dalam hati, kebingungan yang mendalam menyelimuti pikirannya. "Apakah aku melakukan kesalahan yang begitu besar? Apakah mereka masih belum puas setelah memukuliku sampai babak belur?"

Ia mempercepat langkahnya, berharap bisa menghindari konflik lebih lanjut. Namun, ketiga pemuda itu dengan cepat menyusulnya, menghadang di depannya dengan napas yang sedikit terengah-engah namun penuh dengan kesombongan.

"Berhenti!"

Teriak pemuda yang kekar, suaranya menggelegar penuh ancaman. "Jika kau tidak berhenti, kami akan memukulimu sampai tidak bisa berdiri lagi!"

Shanmu pun berhenti. Mereka kini berada di tempat yang cukup sepi, jauh dari pandangan warga desa. Ketiga pemuda itu menyeringai, puas melihat ketakutan di mata Shanmu. Pemuda yang kekar melangkah maju, sekali lagi menggosok-gosok tinjunya seperti ritual sebelum kekerasan.

"Kau sudah melewati desa kami," ujarnya dengan nada menggurui. "Seharusnya kau membayar upeti, apapun yang kau miliki. Itu adalah etika dasar, anak kampungan."

Shanmu terkejut. Etika? Membayar untuk sekedar melewati desa? Itu adalah konsep yang asing baginya. Di Dusun Sunyi, setiap orang asing disambut dengan keramahan, bukan pemerasan. Namun, ia berusaha tetap tenang. Sebuah senyum tulus yang dipaksakan menghiasi bibirnya yang masih berdarah.

"Kakak, maafkan aku. Aku tidak memiliki apapun yang bisa kubayarkan. Aku hanya memiliki pakaian di badan ini."

Jawaban jujurnya itu seperti minyak yang disiram ke bara api. Tanpa ampun, tinju pria kekar itu kembali menghujam, mendarat di dada Shanmu dengan kekuatan penuh. Shanmu terlempar ke tanah, debu beterbangan di sekitarnya. Sebelum ia bisa bereaksi, pemimpin mereka yang berpostur sedang sudah melesat mendekat, mengayunkan tendangan keras ke perut Shanmu.

"Ugh!"

Shanmu mendesah kesakitan, rasa mual yang hebat menyerangnya. Napasnya tercekat, dunia di sekelilingnya seolah berputar. Ia melihat ketiga pemuda itu tertawa terbahak-bahak, wajah mereka berubah menjadi sosok-sosok bengis yang menikmati penderitaannya. Bagi mereka, ini adalah hiburan. Bagi Shanmu, ini adalah penghancuran terhadap segala keyakinannya pada kebaikan manusia.

Air mata mulai menetes dari sudut matanya. Bukan air mata kesedihan karena dipukul, melainkan air mata kekecewaan yang mendalam. Hatinya yang polos dan jiwanya yang masih terluka oleh kepergian orang tuanya, juga kematian warga desa, kini kembali dihancurkan oleh kekejaman dunia yang tak dipahaminya. Realita pahit bahwa di luar desanya yang damai, terdapat manusia yang bisa begitu kejam tanpa alasan yang jelas.

Dengan tekad yang tersisa, Shanmu berusaha bangkit. Tubuhnya gemetar, tetapi ia berhasil berdiri lagi. Wajahnya yang tadinya cerah kini muram dan suram.

Melihatnya berdiri, ketiga pemuda itu berhenti tertawa. Pemuda yang kurus melangkah maju, wajahnya dipenuhi ekspresi jijik dan kesombongan.

"Yo ho! Lihatlah anak kampungan ini!" ejeknya dengan suara melengking. "Dia bahkan masih sanggup berdiri setelah dipukuli seperti itu! Pantas saja hanya bisa menjadi pengembara!"

Kali ini, Shanmu tidak langsung menjawab. Kepalanya menunduk, seolah-olah dalam posisi menyerah. Namun, di balik tatapan yang tertunduk itu, terdapat gelora amarah yang mulai mendidih. Amarah yang terakumulasi dari ditinggalkan orang tua, dari kehilangan seluruh desanya, dari perjalanan panjang yang melelahkan, dan kini dari perlakuan tidak adil yang ia terima.

"Kalian..." suara Shanmu keluar, pelan namun bergetar. "Mengapa memukuliku? Salahku apa? Apakah aku pernah menyinggung kalian?"

Pria kurus itu terkekeh bengis, matanya menyipit penuh penghinaan. "Kau dalam posisi tidak layak untuk bertanya padaku!" hardiknya, dan tanpa basa basi, pemuda kurus mengayunkan tinjunya ke arah wajah Shanmu.

Bugh

Namun, sesuatu yang tak terduga terjadi.

Refleks yang telah diasah Shanmu selama bertahun-tahun dalam menghadapi bahaya di hutan, ditambah dengan amarah yang meluap, membuatnya bereaksi dengan cepat. Tangannya yang kekar menangkis pukulan itu dengan mudah, mencengkeram pergelangan tangan si pemuda kurus dengan erat.

Mata pemuda kurus itu membelalak, terkejut dengan kekuatan dan kecepatan Shanmu. Tapi itu sudah terlambat.

Dengan gerakan yang cepat dan penuh kekuatan murni, Shanmu mengayunkan tinju kanannya. Bukan pukulan biasa, tetapi pukulan yang mengandung seluruh kekuatan dari tahun-tahun memanggul batu gunung, dari berburu hewan liar, dari bertarung melawan kerasnya kehidupan. Tinju itu mendarat tepat di ulu hati pemuda kurus itu.

"Glek!"

Suara itu pendek dan mengerikan. Mata pemuda kurus itu langsung memutih, dan ia memuntahkan darah segar dari mulutnya. Tubuhnya yang ringkas itu terlempar ke belakang dan jatuh tak bergerak di tanah, seperti boneka yang talinya putus.

Keheningan yang tiba-tiba menyergap. Pemuda kekar dan pemimpin mereka berdiri terpaku, tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Ekspresi kesombongan mereka lenyap, digantikan oleh keterkejutan dan kemudian kemarahan yang membara.

"Kau... kau harus mati!" raung pemuda kekar itu, dan dengan amukan buta, ia mengayunkan tinjunya yang terkuat ke arah kepala Shanmu.

Tapi bagi Shanmu yang sedang berada dalam keadaan setengah sadar karena amarah, semuanya terasa seperti gerakan lambat. Ia melihat pukulan itu datang, dan dengan tenang, ia menangkisnya dengan tangan kirinya. Rasa sakit dari pukulan itu tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan badai emosi di dalam hatinya.

"Mati?"

Gumam Shanmu, suaranya dingin dan datar, penuh dengan tanda tanya yang retoris. Tanpa penyesalan, ia membalas dengan pukulannya sendiri, sebuah pukulan lurus yang bersih dan mematikan, mendarat di rahang pemuda kekar itu.

"Krak!"

Suara tulang retus terdengar jelas. Pemuda kekar itu terpelanting, muntah darah dalam jumlah besar sebelum tubuhnya rubuh tak bernyawa di samping temannya.

Kini, hanya tersisa si pemimpin. Wajahnya pucat pasi, tubuhnya gemetar ketakutan. Ia mencoba untuk berkata-kata, memohon ampun, tapi Shanmu sudah tidak bisa mendengarnya lagi. Amarah buta telah sepenuhnya menguasainya.

Dengan lompatan yang lincah, Shanmu menerjangnya. Pemuda itu terjatuh telentang, dan Shanmu mendarat di dadanya, mengurungnya dengan berat tubuhnya. Tanpa sepatah kata, tanpa kesempatan untuk memohon, tinju Shanmu mulai menghujani wajah pemuda itu.

Satu, dua, tiga... pukulan itu berlangsung terus menerus, tak henti-hentinya. Suara tulang hancur dan teriakan kesakitan yang semakin melemah memenuhi udara. Shanmu tidak peduli. Di matanya, yang ia lihat adalah semua kejahatan dan ketidakadilan yang ia alami. Setiap pukulan adalah pelampiasan untuk rasa sakitnya, untuk penderitaan yang ia rasakan, untuk kematian Dusun Sunyi, untuk semua yang telah dirampas darinya.

Ketika amarahnya akhirnya mereda, Shanmu tersadar. Ia berhenti memukul. Tubuh di bawahnya sudah tidak bergerak lagi. Dengan gemetar, ia turun dan mendekatkan telinganya ke dada pemuda itu. Tidak ada detak jantung. Tidak ada hembusan napas.

"Tidak mungkin..." desisnya, wajahnya mendadak pucat. "Aku... aku bukan pembunuh."

Kenyataan itu menghantamnya bagai pukulan godam. Ia terduduk di tanah, menjauh dari mayat itu dengan panik. Kengerian yang mendalam menyelimutinya. Sepanjang hidupnya, bahkan di saat paling marah sekalipun, ia tidak pernah membayangkan akan melukai orang lain, apalagi membunuh.

Dengan tubuh yang masih dipenuhi adrenalin dan rasa ngeri, ia bangkit dan berlari. Ia melesat masuk ke dalam hutan lebat di seberang desa, meninggalkan tiga mayat dan desa yang penuh dengan kenangan buruk. Air matanya mengalir deras, bercampur dengan keringat dan darah di wajahnya. Ia berlari bukan hanya karena takut akan hukuman, bukan karena takut diburu. Ia berlari untuk melarikan diri dari dirinya sendiri, dari kenyataan bahwa ia kini telah menjadi seorang pembunuh. Emosinya yang tidak stabil, guncangan demi guncangan yang ia terima, dan realita kejam dunia luar telah mendorongnya ke tepi jurang dan membuatnya melakukan hal yang tidak pernah ia bayangkan.

Di dalam hatinya yang terluka, sebuah luka baru yang lebih dalam telah terbuka. Luka yang tidak hanya meninggalkan bekas di tubuh, tetapi juga noda abadi di jiwanya. Darah pertama telah tertumpah, dan jalan hidup Shanmu telah berubah selamanya.

1
YAKARO
iya bro🙏
Futon Qiu
Mantap thor. Akhirnya Shanmu punya akar spritual
Futon Qiu
Karena ada komedi nya kukasi bintang 5🙏💦
YAKARO: terimakasih🙏
total 1 replies
Futon Qiu
Lah ya pasti lanxi kok nanya kamu nih🤣
Futon Qiu
Jangan jangan itu ortunya 🙄
HUOKIO
Baik bnget si lancip😍😍
HUOKIO
Mau kemana tuh
HUOKIO
Ini penjaga kocak 🤣🤣
HUOKIO
Angkat barbel alam 🗿
HUOKIO
Makin lama makin seru 💪💪💪
HUOKIO
Gass terus thor💪💪💪
HUOKIO
Mantap thor lanjut
YAKARO: terimakasih
total 1 replies
HUOKIO
Lanjutkan ceritanya thor
HUOKIO
Shanmu kuat banget untuk manusia 😄
HUOKIO
Ohhh i see💪
HUOKIO
Oalah kok gitu 😡
HUOKIO
Mantap thor
HUOKIO
Gas pacari lqci
HUOKIO
Makin lama makin seru
HUOKIO
Lanjutkan 💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!