Perjalanan Menjadi Dewa Terkuat S2

Pernyataan Tian Feng "Aku akan membersihkan seluruh sepuluh lantai itu... sebelum matahari terbenam" jatuh di Aula Tahta yang agung seperti sepotong es abadi, membekukan setiap sosok di dalamnya.

Keheningan total.

Lalu, tawa meledak. Bukan tawa geli, melainkan tawa mengejek dan marah dari Raja Bai Hu. "HAHAHA! Gila! Bocah manusia ini benar-benar sudah gila!"

 Feng Huang mendengus dingin. "Sepuluh lantai? Tao Ti, jenius terkuatmu di generasi ini saja hanya bisa bertahan di Lantai Dua selama tiga jam. Bocah ini... dia menghina warisan kita."

Para tetua naga lainnya dan para jenius muda yang berkumpul di luar aula menatap Tian Feng seolah-olah dia adalah seorang idiot yang sudah mati.

Di balik pilar, Xu Zhao menepuk dahinya dengan putus asa. "Tuan Muda! Apa yang kau lakukan?!" bisiknya panik di benak Tian Feng. "Aku tahu fisikmu kuat! Aku tahu kau Kaisar! Tapi itu Pagoda Naga! Pagoda itu tidak menguji kekuatan kasar, ia menguji pemahaman Dao dan kemurnian garis keturunan! Lantai Tiga dijaga oleh Golem Naga Bumi kuno! Lantai Empat adalah Ilusi Naga Hati! Lantai Sepuluh... bahkan Kaisar Long Yuan pun hanya mencapainya setelah seribu tahun berlatih!"

Tian Feng mengabaikan kepanikan Xu Zhao. Ia hanya menatap satu orang Qin Shi.

Kemarahan di wajah Iblis Wanita Dou Di Puncak itu telah lenyap, digantikan oleh kekosongan yang dingin dan menakutkan. Ia menatap Tian Feng seolah-olah dia sudah menjadi mayat.

"Kau..." desisnya, suaranya begitu dingin hingga membuat para Dou Di lainnya bergidik. "Beraninya kau mempermainkanku. Kau menghina ingatanku pada Long Yuan. Kau menghina warisan Alam Naga."

"Aku tidak mempermainkanmu," jawab Tian Feng tenang, melangkah turun dari takhta. "Aku hanya tidak suka membuang-buang waktu. Tiga hari untuk tiga lantai? Membosankan. Satu hari. Sepuluh lantai. Itu tawaranku."

"Dan jika kau berhasil?" tanya Qin Shi, matanya menyipit berbahaya.

"Kau tidak hanya akan mematuhiku," kata Tian Feng, senyum liciknya kembali. "Kau, Qin Shi, Tetua Agung Tersembunyi, akan menjadi Pengawal Pribadiku selama seratus tahun. Melayaniku seperti Jenderal Xu Zhao melayani Long Yuan."

Jika tantangan sebelumnya adalah penghinaan, ini adalah deklarasi penaklukan.

Mata Qin Shi membara. "BAIK!" raungnya, kemarahannya meledak. "Aku terima taruhan gilamu! Seratus tahun katamu? Kau tidak akan bertahan seratus menit!"

"TAPI!" suaranya menjadi sedingin es. "Jika kau gagal... jika matahari terbenam dan kau belum berada di puncak Lantai Sepuluh... aku tidak akan mengusirmu."

Ia mengangkat tangannya yang ramping, dan Hukum Absolut berkumpul di telapaknya, menciptakan badai salju hitam.

"Aku pribadi akan merobek Segel Kaisar Naga dari dahi kotormu. Aku akan menghancurkan Fisik Dou Di-mu yang sombong itu tulang demi tulang. Dan aku akan menyegel jiwamu di puncak Pagoda sebagai peringatan abadi bagi siapa pun yang berani menodai Tahta Kaisar!"

"Kesepakatan," jawab Tian Feng singkat, seolah mereka baru saja menyetujui harga secangkir teh.

Seluruh aula meledak dalam bisikan ngeri. Sumpah Dao telah dibuat di depan Tahta. Tidak ada yang bisa mundur.

"Tunggu apa lagi?" kata Tian Feng. "Ayo pergi."

Ia berjalan lurus keluar dari Aula Tahta, tidak melirik para pemimpin klan yang tertegun. Kerumunan jenius muda di luar alun-alun terbelah seperti air, memberi jalan bagi pemuda berjubah hitam yang baru saja menandatangani surat kematiannya sendiri.

Qin Shi, Tao Ti, Bai Hu, Feng Huang, dan para tetua agung lainnya mengikuti di belakangnya, wajah mereka dipenuhi oleh campuran kemarahan, antisipasi, dan sedikit... ketakutan yang tak bisa dijelaskan.

Mereka terbang melintasi istana, menuju menara kuno berwarna hitam pekat yang menjulang tinggi di kejauhan Pagoda Naga.

Saat mereka tiba, Tian Feng berdiri di depan dua pintu perunggu raksasa setinggi seratus meter. Pintu itu diukir dengan gambar ribuan naga yang sedang berperang, dan memancarkan aura kuno yang membuat jiwa gemetar.

Tian Feng menoleh ke belakang, menatap Qin Shi yang berdiri dengan tangan terlipat, senyum kejam di wajahnya. Ia melirik matahari emas di langit Alam Naga. Masih ada sekitar sepuluh jam sebelum matahari terbenam.

"Kalian semua," kata Tian Feng pada kerumunan yang berkumpul. "Saksikan baik-baik hari ini."

"Saksikan... bagaimana seorang Kaisar sejati mengambil kembali warisannya."

Dengan itu, ia berbalik. Ia tidak mendorong. Ia hanya meletakkan telapak tangannya di pintu perunggu raksasa itu.

DENTUM!

Pintu kuno, yang telah menolak setiap jenius selama sepuluh ribu tahun, bergetar dan terbuka dengan sendirinya, seolah menyambut tuannya yang telah lama hilang.

Tian Feng melangkah masuk ke dalam kegelapan Lantai Pertama. Pintu di belakangnya tertutup dengan suara BOOM yang mengguncang.