Lina adalah pewaris kekuatan supranatural Dorong & Tarik yang hebat, sebuah energi kinetik yang hanya mengalir di garis keturunan perempuan keluarganya. Jika Lina fokus, ia bisa memindahkan truk. Tapi karena ia ceroboh, ia lebih sering menghancurkan perabotan rumah, membuat Ayah dan adiknya, Rio, selalu waspada.
Kekuatan yang harus ia sembunyikan itu, ia gunakan secara terlalu ikhlas untuk membantu seorang kakek mendorong gerobak rongsokan, yang menyebabkannya melesat kencang di jalanan.
Insiden konyol ini ternyata disaksikan oleh CEO Aris, seorang pebisnis jenius nan tampan yang sedang diburu musuh misterius. Aris langsung terobsesi dan merekrut, apa yang terjadi di kehidupan lina Bersiaplah mengikuti drama komedi supranatural ini.lerstgooo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrina salsabila Alkhadafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4: Kekacauan Cinta Segitiga
Suasana di kantor CEO Aris mendadak dingin. Detektif Dika—teman masa kecil Lina, cinta pertamanya yang tidak terbalas, dan sekarang seorang Polisi Idealistik—berdiri di ambang pintu, tampak seperti patung yang diukir dari kekhawatiran dan kejengkelan.
“Lina, kenapa kau tiba-tiba bekerja di sini? Kau tahu reputasi orang ini kan?” Dika menunjuk Aris dengan dagunya.
CEO Aris hanya bersandar di mejanya, menyeringai. "Reputasi apa, Detektif Dika? Reputasi menjadi pria tampan yang sangat sukses? Tenang saja, saya tidak akan menculik teman masa kecil Anda.”
Lina buru-buru menengahi, merasa seperti sandwich di antara dua pria paling menarik (dan paling menyebalkan) di hidupnya. “Dika, aku hanya magang! Aku butuh uang untuk modal food vlogger!”
Dika tidak percaya. Ia mengenal Lina luar dalam—kecuali satu rahasia besar itu. “Magang apa yang membuat pintu lift di lantai 10 meledak? Aku datang karena ada laporan ‘gangguan’ di gedung ini.”
Aris mengangkat bahu santai. “Ah, itu. Pintu lift kami sudah tua dan Lina punya tendangan yang sangat kuat. Tidak ada yang ilegal, Detektif. Kecuali Anda mencoba memasuki properti pribadi tanpa surat perintah.”
Dika menatap Lina dengan tatapan yang sangat mengintimidasi. “Lina, kau baik-baik saja? Kenapa kau tidak memberitahuku?”
Lina merasa bersalah. Ia sangat ingin mengatakan, "Aku bodyguard rahasia dengan kekuatan kinetik super, dan CEO gila ini membayar mahal agar aku melindunginya dari penjahat misterius!" Tapi ia hanya bisa berkata, “Aku... Aku hanya ingin mencoba hal baru, Dika. Aku janji, aku akan menghubungimu.”
Dika menghela napas, kekhawatirannya terlihat jelas. “Baiklah. Tapi jika dia menyakitimu, atau memintamu melakukan hal aneh, telepon aku. Aku akan menjemputmu dan membuat CEO ini mengerti apa itu kekuatan hukum.”
Dika melirik Aris sekali lagi dengan tatapan penuh peringatan, lalu pergi.
Begitu pintu tertutup, Lina menghela napas lega. "Kau lihat? Dika adalah orang baik. Kenapa kau harus cari masalah dengannya?"
Aris tertawa kecil, melangkah mendekat. "Orang baik? Dia menganggapmu rapuh, Lina. Dia mengira kau butuh perlindungan darinya. Sementara aku... aku tahu kau bisa menghancurkan mobilnya hanya dengan niat. Ada perbedaan besar di sana."
Lina merasakan pipinya memanas. Aris selalu tahu cara membuatnya salah tingkah.
Malam harinya, setelah jam kantor, Aris memaksa Lina untuk ‘pelatihan rahasia’ di rooftop gedung Phoenix Tech yang mewah.
"Baiklah, Bodyguard Lina," kata Aris, dengan senyum menantang. "Kita akan melatih kontrol dosis Dorong & Tarik-mu. Musuh tidak selalu muncul dalam bentuk truk tiga ton."
Aris menunjuk sebuah meja lipat kecil di tengah rooftop. Di atas meja itu, ada tiga buah apel.
“Tujuanmu: dorong apel merah itu, dan hanya apel merah, agar jatuh dari meja. Apel hijau dan kuning harus tetap di tempatnya. Gunakan Dorong & Tarik-mu. Dosisnya harus selembut mungkin,” perintah Aris.
Lina mendengus. "Itu mustahil, Tuan Aris! Aku cuma punya mode 'Off' dan mode 'Hancur Total'!"
"Kalau begitu, ini saatnya menciptakan mode 'Sentuhan Lembut'," balas Aris.
Lina mulai berkonsentrasi. Ia membayangkan energi kinetiknya sebagai sehelai benang sutra tipis yang hanya menyentuh apel merah.
Lina fokus. Dorong, dorong, pelan-pelan.
WUUUSSSHH!
Apel merah, kuning, dan hijau melayang naik, berputar-putar di udara seperti planet mini, sebelum akhirnya jatuh di kepala Aris. Meja lipatnya sendiri terlipat dan terlempar ke sudut rooftop.
Aris memungut apel merah dari rambutnya. "Mode 'Hancur Total' gagal. Skor: Apel 3, Meja 1, Aris 1. Coba lagi."
PERCOBAAN 2:
Lina lebih hati-hati. Ia membayangkan dorongan itu sekecil embusan napas.
Lina menghela napas. Puuuuff.
Apel merah bergerak satu milimeter, lalu berhenti.
"Terlalu lembut!" seru Aris.
PERCOBAAN 3 (Frustrasi):
Lina mulai kesal. Ia memejamkan mata dan melepaskan sedikit lebih banyak energi.
DUGH!
Apel merah melesat kencang, menghantam pagar rooftop dengan kecepatan tinggi dan meninggalkan lubang seukuran koin di sana. Apel kuning dan hijau tetap di tempatnya.
Aris memandang lubang di pagar itu, lalu menatap Lina. Ia tertawa, kali ini dengan nada kagum yang tulus. "Luar biasa, Lina. Akhirnya mode 'Tembakan Jitu' berhasil! Sekarang, mari kita lihat lubang itu. Berapa biaya perbaikan pagar rooftop ini, ya?"
Keesokan paginya, Lina pulang sebentar untuk mandi dan berganti baju. Rumahnya tampak lebih tenang—terlalu tenang.
Ia menemukan Rio duduk di tangga, wajahnya lesu.
“Kau kenapa, Rio? Dimana Ibu dan Nenek?” tanya Lina.
“Mereka sedang ke rumah Bibi, ada acara keluarga. Ayah sedang kerja,” jawab Rio. “Dan aku… aku gagal, Lina.”
“Gagal apa?”
Rio mengangkat mug Ayah yang sudah diperbaiki dengan lem super. “Aku mencoba melindungi rumah ini semalaman! Aku mendengar suara mencurigakan di luar. Aku mengambil sapu dan penggorengan, siap berhadapan dengan musuh!”
“Lalu?” Lina bertanya, penasaran.
“Lalu… aku tersandung kucing oranye itu dan sapunya mengenai pot bunga Nenek. Sekarang Nenek marah karena aku tidak menggunakan ‘indera non-kinetik’ untuk melindungiku,” rengek Rio. “Aku merasa tidak berguna, Lina. Aku satu-satunya pria di keluarga ini yang tidak bisa mendorong atau menarik apapun!”
Lina tersentuh. Ia duduk di sebelah Rio dan menepuk bahunya. "Hei, jangan bilang begitu. Kau adalah pengingat kami untuk tetap menjadi manusia. Kau yang paling realistis di antara kami."
Tiba-tiba, mata Rio membulat. Ia menunjuk ke luar jendela dengan gemetar. “L-Lina! Ada apa itu?”
Lina menoleh ke luar. Di seberang jalan, sebuah Van Hitam dengan kaca gelap yang mencurigakan berhenti. Tepat di depannya, di pagar rumah, tergantung sebuah surat yang diikat dengan pita hitam.
Lina berjalan hati-hati dan mengambil surat itu. Di atasnya, tertulis "UNTUK PEWARIS KINETIK TERAKHIR".
Lina membuka surat itu. Isinya hanya satu kalimat yang diketik:
"WAKTUMU HABIS. KEMBALIKAN FORMULA ITU, ATAU KAMI AKAN MENGAMBIL APA YANG PALING KAU CINTAI."
Lina gemetar. Mereka tidak hanya mengincar Aris, mereka tahu siapa dia dan apa yang dia warisi. Ini bukan lagi sekadar pekerjaan sampingan. Ini adalah perang pribadi.
Rio melihat ekspresi Lina dan menjadi panik. “Lina, ada apa?!”
“Kita dalam bahaya, Rio,” bisik Lina, mencengkeram erat surat itu. Ia buru-buru mengambil ponsel. Ia harus menelepon Aris, Detektif Dika, atau—lebih baik—Nenek.