Jodohku Tetanggaku

 Mendengar ibunya berceloteh mengenai cucu nya Mbah nur, Selin hanya diam dan tak terlalu memperdulikan nya. Dia hanya fokus dengan laptopnya saja, karena ada jadwal tugas dari dosen, sebelum menjelang skripsi nya itu.

keesokan harinya....

Dengan tampilan yang sederhana, dan juga memakai topi rajut yang dibuat oleh bunda nya itu. Selin ingin pergi ke sawah, menemui Mbah uty nya itu. sekalian ingin diajak ngonten bareng. tak lupa juga, dengan makanan yang sudah di simpan di rantang kecil untuk di makan bersama nanti nya. (rantang\=alat penyimpanan makanan, yang bisa dibawa kemana-mana).

"Tor monitor ketua... anggota mau lapor ketua...asekk" Selin menyanyikan lagu viral yang ada di sosmed nya itu dengan suasana hati yang senang. Tapi tiba tiba...

"Aduh.... sakit woi! turun ga kamu!" ucap Selina dengan suara keras nya. bagaimana tidak, penampilan nya saat ini benar benar kacau. Dia baru saja di senggol oleh sepeda motor oleh si pengendara motor sport terbaru itu.

"Sorry." ucap seorang pria dengan wajah yang tertutup helm mahal, dan mengeluarkan suara yang membuat gadis itu tertegun.

wajah nya yang kotor, akibat terjatuh di sawah, membuat nya seakan lupa, bahwa dia baru saja di senggol oleh orang di depan nya. tapi gadis itu malah melamun dan tak sadar untuk bersikap tegas.

Pria itu menatap heran, dan langsung pergi tanpa berkat apa apa lagi, sepertinya memang pria itu memiliki urusan yang lebih penting saat itu.

"Aisshh, dasar goblok, apa yang kamu pikirkan Selin, dia yang nabrak kamu, malah dia yang pergi. woi, liat ya kalau kamu balik lagi, tak cincang kamu jadi gulai!" pekik nya yang mencak mencak seperti seekor monyet. untung saja kondisi di sawah begitu sepi, dan kebetulan saat itu tengah hari, jadi aman tak membuat Selina malu.

"Makanan nya...huhu...awas ya kamu kalau jumpa lagi, aku minta tanggung jawab pokonya!" kesal Selin dengan berjalan tertatih tatih. sempat sempat nya Selin mengecek rantang yang berisi makanan nya itu. Untung saja tidak tumpah keluar.

 Tak lama kemudian, Mbah uty nya datang dengan raut wajah yang cemas. karena tadi saat sedang mengecek sawah nya, dia mendengar suara jeritan cucu kesayangan nya itu. Karena takut terjadi sesuatu dengan Selin, Mbah uty dengan cepat berjalan menuju ke arah cucu nya. Dan melihat wajah dan pakaian Selin sudah habis kotor dengan lumpur di tangan dan di baju nya.

"Ya ampun nduk. Kamu kenapa cucu ku. Kenapa malah main kotor kotoran begini?" ucap Mbah uty dengan wajah begitu khawatir nya.

"Mbah... Isss, Selin ga main kotor Mbah. Selin habis di senggol orang asing. Liat pakaian dan juga kaki dan tangan selin sampai wajah jadi kotor semua. Ini gara gara pengendara motor sport yang tadi mbah." ucap nya yang mengadu dengan tatapan kesal nya. Bagaimana bisa Mbah nya malah menuduh nya bermain lumpur di sawah.

"Yo wes, ganti baju nya nduk, ya ampun kasihan nya cucu ku yang cantik ini. ayo ayo kita ke pondok dulu. Bersihkan kaki, sama wajah kamu kayak anak kecil yang baru pulang main kotoran."

walaupun kesal dengan ucapan Mbah nya, tapi Selin tetap menurut dengan wajah yang cemberut. Mbah uty hanya menggelengkan kepala nya, merasa cucu nya ini benar benar seperti seorang anak kecil.

Mbah uty sangat menyayangi cucu gelis nya itu, apalagi Selin sering sekali bersifat manja dengan nya. walapun suami nya sudah meninggal dunia, hidup Mbah uty selalu dipenuhi warna karena ada cucu dan anak mantu nya. Karena memang rumah nya mereka berdekatan sehingga baik ana maupun Dimas tidak khawatir dengan ibunya itu. Ana juga menganggap mertua nya itu, sebagai orang tua kandung sendiri, karena memang orang tua Ana sudah meninggal dunia dua dua nya. dari mbah uty juga, ana belajar banyak hal hal yang baik. Mbah uty juga begitu menyayangi ana seperti anak nya sendiri, terkadang kalau Dimas berbuat salah, mbah uty sendiri yang menasehati anak nya itu.

tapi sejauh ini, Dimas tak pernah menyakiti istrinya dan juga anak nya. Mbah uty selalu menerapkan agar Dimas menjaga keluarga nya itu, dari orang orang yang berniat jahat.

"Kamu kenapa masih cemberut nduk?" tanya Mbah uty di sela sela membuka rantang yang dibawa oleh cucu kesayangan nya itu.

"Aku masih kesal Mbah. Udah tau ini desa, masih aja ada orang yang seenaknya begitu. Dan ga minta maaf pula, gimana kalau tadi anak kecil yang di tabrak nya. Kan di desa ini banyak anak anak yang berkeliaran di jalan. Lagian bawa motor kayak orang kesetanan."gerutu Selin dengan tatapan kesal nya.

"Sudah, mungkin orang nya buru buru tadi. Ayo dimakan, katanya mau buat konten disini. Ga jadi ya?"

"engga Mbah, Udah ga mood aku nya. Ayo Mbah kita makan sama sama. Ini lauk yang dibuat Buna tadi." ucap Selin yang merasa sedikit membaik dengan makanan yang dibawa oleh Buna nya itu. karena memang di dalam rantang makanan itu, berisi makanan kesukaan nya.

"Enak, makanan yang dibuat bunda kamu, nduk. memang begitu sangat lezat. Pantes ayah mu cinta mati dengan nya."puji Mbah uty yang sudah menambah nasi lebih banyak karena selera dengan masakan mantu cantik nya itu

" memang enak banget Mbah, ayah dimdim memang, selalu bucin akut Mbah. Di rumah aja sering mesra mesra di depan anaknya ini."

"Mbah senang liat ayah mu nduk, dulu ayah mu itu kayak kanebo kering. persis seperti Mbah Kakung mu. Jarang senyum, dijodohkan dengan Bunda kamu dulu ga mau dia itu." cerita Mbah uty di masa lalu anak nya.

"Oh ya, kok Mbah ga cerita soal ayah?"ucap Selin yang penasaran dengan cerita si Mbah.

"Ya gimana mau ngomong, ayah mu yang minta dirahasiakan. katanya malu, kalau kamu tau."

"Isss, ayah sempat sempat nya bilang begitu!"

"Terus Mbah, kok dulu ayah ga mau Buna. Padahal kan Buna cantik banget pas muda."

"Dia dulu punya pacar, Mbah ga suka dulu. Karena pacar nya Ayah kamu ga sopan. datang datang ke rumah bukannya Salim orang tua, malah nyelonong kayak wong edan."

"Hahaha, kok ayah bisa punya pacar begitu mbah, terus sekarang mantan ayah dimana?"

"Udah pindah kota, dulu profesi nya sama sama dokter. Mbah kurang srek sama mantan ayah mu itu nduk, terlalu banyak drama nya. Dimas selalu aja ngalah dan selalu berusaha buat menyakinkan Mbah mu ini, tapi Mbah Kakung mu dulu Nolak tegas. jadi anak itu harus nurut perkataan orang tua, karena orang tua itu ga salah nilai orang. Kalau dibilang ga baik, ya terbukti ga baik."