Suatu hari, Rian, seorang pengantar pizza, melakukan pengantaran di siang hari yang terik.
Namun entah kenapa, ada perasaan aneh yang membuat langkahnya terasa berat saat menuju tujuan terakhirnya.
Begitu sampai di depan pintu apartemen lokasi pengantaran itu, suara tangis pelan terdengar dari dalam di ikuti suara kursi terguling.
Tanpa berpikir panjang, Rian mendobrak pintu dan menyelamatkan seorang gadis berseragam SMA di detik terakhir.
Ia tidak tahu, tindakan nurani itu akan menjadi titik balik dalam hidupnya.
Sistem memberi imbalan besar atas pencapaiannya.
Namun seiring waktu, Rian mulai menyadari
semakin besar sesuatu yang ia terima, semakin besar pula harga yang harus dibayar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quesi_Nue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
[Ding!]
Suara dan panel biru familiar itu muncul lagi.
Sekejap, senyum rian mereda dan berganti dengan suasana tegang.
Kaki nya lemas dan ...
"BRAK!"
Lututnya jatuh menghantam lantai mall keras.
Tubuhnya limbung. Pandangan nya fokus ke satu tulisan di panel biru itu :
[Resiko Kegagalan : Host Meninggal!]
Darahnya serasa berhenti ngalir. Ada rasa dingin yang nancep di tulang belakang, naik sampai ke tengkuk.
Keringat langsung keluar tanpa permisi.
“A-aku… aku bahkan nggak tau itu siapa…!” suara di kepala nya ngebentak panik.
[Misi Baru Telah Berhasil Dirilis]
[Detail : Seseorang dengan ♡ : 10 akan mengalami kecelakaan Di jalan Sina Merpati!]
[Tujuan : Cari cara apapun untuk menghentikan nya dari kecelakaan yang merenggut nyawa!]
[Reward : 3x Kelipatan Uang di miliki + 2x stat acak!]
[Waktu Kejadian : 10.48.47]
[Resiko Kegagalan : Host Meninggal!]
♡ : 10?
Seseorang?
Di Jalan Sina Merpati?
Jam 10.48.47?
SEMENTARA INI UDAH JAM BERAPA?!
Riannya bahkan nggak berani lihat jam di dinding mall. Napasnya masih tersangkut di tenggorokan.
“KAK?!”
Suara Yuna nyaris pecah.
Ia langsung jongkok, dua boneka nya jatuh ke lantai begitu saja.
Wajah Yuna pucat matanya membesar, panik, takut kak Rian pingsan… atau lebih parah..
“Kak Rian! K-kak! Kenapa?! Kenapa jatuh?! Sakit ya?! Pusing lagi?!”
Tangan kecilnya menepuk pipi Rian berkali-kali, gemetar.
Rian masih belum bisa jawab.
Panel itu masih menggantung di depan penglihatan nya, terang menusuk.
Jalan Sina Merpati…
10.48.47…
Kecelakaan…
♡ : 10…
Harus dihentikan…
Tapi siapa?
Siapa?!
Ia ngerasa kayak detik-detik di mall itu adalah detik hidup nya sendiri yang terus berkurang.
“Rian… Kak… ngomong dong…” suara Yuna mengecil, mulai serak.
Tangannya refleks menggenggam baju Rian erat-erat, takut kehilangan.
Dan Rian cuma bisa menarik napas pendek terengah berusaha bangkit dari kepanikan yang nyaris nutup seluruh pikiran nya.
Karena untuk pertama kalinya…
"Nyawanya sendiri ikut jadi taruhan jika gagal"
Memang benar hadiahnya sangat menggiurkan, 3x kelipatan uang yang dimilikinya yaitu ± Rp. 1.500.000.000 (Satu miliar lima ratus juta rupiah.)
Tapi di balik semua reward menggiurkan itu, ada satu hukum alam yang nggak bisa dibantah,
Ada harga, ada tanggung jawab.
Masih dengan kepala berdenyut dan pikiran terasa kayak benang kusut, Rian masih menunduk. Nafasnya pendek, terputus-putus.
Belum sempat ia nyari solusi teraman, suara DING! itu lagi-lagi nusuk telinga.
Panel Biru kembali muncul di pandangan rian.
[Ding!]
[Terdeteksi: Host Sedang Dalam Kesulitan]
[Mengaktifkan: Fungsi Toko Sementara]
[Di sini Host bisa membeli kemampuan sementara maupun permanen. (Kemampuan permanen akan jauh lebih mahal)]
[Pikirkan : OPEN SHOP untuk membuka]
Rian menatap kotak teks itu dengan setengah putus asa & setengah Harapan.
Rian langsung memikirkan "open shop" tampa pikir berlarut - larut.
[Ding!]
[Shop Terbuka]
[No 1. Pendengaran Tajam seperti hewan Great Wax Moth]
[Detail : Bisa mendengarkan frekuensi ±300 kHz dan perluasan pendengaran hingga jarak 400 Meter]
[Price Sementara 3 Hari : Rp. 150.000.000 (Seratus lima puluh Juta Rupiah)]
[Price Permanen : Rp. 800.000.000 (Delapan Ratus Juta Rupiah)]
[No. 2. Peningkatan Intelligence Host hingga 20]
[Detail : Membuka Keterangan Price, Name, Weight, Height dan seluruh latar belakang, Dan Masalah mereka!
[Serta jarak pandang fokus mata lebih luas 30 meter & respon mata lebih cepat 5x dari biasanya]
[Price sementara 3 Hari : Rp. 400.000.000 (Tujuh Ratus Lima Puluh Juta Rupiah]
[Price Permanen : Rp. 2.000.000.000]
[Tidak Tersedia]
[Tidak Tersedia]
Rian menatap itu dan menelan ludah, HARGANYA SANGAT TINGGI tetapi itu sangat harus demi keselamatan!
Rian pun memilih no 2 karena no 1 kurang lengkap tidak bisa melihat detail orang - orang.
Begitu ia memikirkan "Sistem Beli No 2" terucap dalam hati, panel biru meledak jadi cahaya kecil yang langsung menyerap ke tubuh Rian.
Dan detik berikutnya—
“UGH—!”
Perut nya seperti diaduk blender, otaknya kayak dicelup ke air es, lalu dipaksa overclock sekaligus. Tubuhnya menggeliat tanpa bisa di tahan.
Ia bahkan nggak sadar lagi dunia sekeliling nya.
Yuna yang tadi berdiri di sampingnya langsung terkejut.
Awalnya ia cuma jongkok sambil memegang bahu Rian sambil bertanya, tapi karena Rian tetap diam, tetap membungkuk dengan tubuh bergetar…
…ketakutannya meledak.
Ia langsung memeluk Rian erat, kedua tangannya gemetar hebat.
Wajahnya mendekat ke pundak Rian, napasnya sudah putus-putus.
“Kak… kenapa… kenapa kamu nggak jawab apa-apa…”
Tak ada respon.
Tak ada gerakan.
Yuna semakin panik.
Dengan suara serak kecil yang pecah, ia akhirnya bicara lebih tepatnya memohon:
“…kamu jangan diem gitu… aku takut…”
Kalimat itu, pelan… retak… tapi menyayat akhirnya menembus kabut di telinga Rian.
Perlahan, suara-suara mall kembali masuk.
Suara langkah orang.
Dengung AC.
Dan yang paling jelas
isakan Yuna.
Yuna memeluk Rian semakin kuat, seperti takut kalau Rian bakal menghilang kalau ia lepas sedikit saja.
Suara gadis itu bergetar, hampir runtuh:
“Tolong… ngomong sama Yuna… jangan bikin aku nunggu kayak gini… aku beneran takut kehilanganmu, kak…”
Baru saat itu Rian “kembali”.
Kesadarannya narik balik seperti pukulan keras di dada.
Dan yang pertama ia lihat…
…adalah Yuna, wajah pucat, mata berkaca-kaca, dan dari tadi ternyata memanggil sambil menangis di pelukan nya.
Beberapa orang mulai mendekat, suara langkah-langkah mereka menggema di lantai mall.
Ada ibu-ibu yang paling cepat refleknya berhenti tepat di depan mereka, wajah nya sedikit cemas.
“Nak… ada apa kakakmu?” tanyanya lembut sambil menaruh tangan di dada, siap membantu kalau perlu.
Yuna menoleh cepat, matanya masih basah.
Ia berusaha tegar, tapi suara bergetarnya nggak bisa ditipu.
“Ga tau bu… tadi kak Rian emang lagi pusing, dia paksa ke sini… terus—terus tiba-tiba gini lagi… aku jadi merasa menye—”
Kalimatnya terhenti saat Rian, dengan susah payah, memegang lengan nya.
“En… nggak apa, Bu.”
Ia mencoba tegak, meski napasnya masih ngos-ngosan.
“Hanya… pusing kumat sedikit aja.”
Ibu itu menatap keduanya, ragu.
Tatapannya turun ke tangan Yuna yang masih gemetaran memegang baju Rian.
“Yakin, Nak? Tadi sampai jatuh loh…”
Rian memaksa senyum kecil, menepuk pelan kepala Yuna supaya tenang.
“Iya, Bu. Beneran. Cuma butuh duduk sebentar… nanti juga hilang.”
Yuna masih melihatnya dengan mata melebar, wajah penuh kecemasan.